Fadli Zon Kritik Aksi Turunkan Santri Bercadar dari Bus
A
A
A
JAKARTA - Tindakan petugas Dinas Perhubungan yang menurunkan seorang santri berinisial SAN dari atas bus umum Bagong jurusan Trenggalek di Terminal Gayatri, Tulungagung, Jawa Timur pada Senin 14 Mei 2018 terus menuai kritik.
Kali ini, kritikan itu dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon."Jangan sampai ada pelembagaan tadi, pelembagaan Islamophobia karena terjadi pelembagaan Islam," ujarnya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (16/5/2018). (Baca juga: Pemuda Muhammadiyah Berharap Penanganan Terorisme Tak Timbulkan Teror Baru )
Menurut dia, Islamophobia akan menimbulkan saling curiga di masyarakat. "Itu menimbulkan keresahan. Jadi sekarang kita juga tentu harus memeriksa dan melihat dari mana kok tiba-tiba ini muncul kembali tindakan teroris," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Dia pun berharap agar jangan sampai tindakan terorisme justru memecah belah bangsa Indonesia. "Saya yakin dari tokoh-tokoh dari lembaga-lembaga semuanya yang terkait dengan institusi agama Islam, semua kan selalu damai," katanya.
Namun, dia tidak mempersoalkan upaya peningkatan kewaspadaan dari para petugas atau aparat keamanan, terutama di wilayah objek vital. "Tapi misalnya kalau di luar bagaimana, di luar orang naik bus mau diperiksa yang benar aja gitu yah, mau berapa juta orang yang mau diperiksa, mau berapa juta orang yang diperiksa," Ungkapnya.
Diketahui, video seorang santri berinisial SAN yang diturunkan dari atas bus umum Bagong jurusan Trenggalek di Terminal Gayatri, Tulungagung, Jawa Timur oleh petugas Dinas Perhubungan, Senin 14 Mei 2018 viral. Pasalnya, gerak gerik santri berusia 14 tahun itu dianggap mencurigakan.
Petugas Dinas Perhubungan saat itu semakin curiga karena SAN tidak menggunakan alas kaki sejak masuk terminal hingga naik bus jurusan Ponorogo. Setelah diinterogasi, SAN mengaku sebagai santri Pondok Pesantren Darussalam, Kelurahan Kampungdalem, Tulungagung.
Sedangkan pihak Kepolisian setempat membenarkan video tersebut. Namun, kepolisian membantah bahwa penurunan penumpang itu karena diskriminasi terhadap wanita bercadar.
Kali ini, kritikan itu dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon."Jangan sampai ada pelembagaan tadi, pelembagaan Islamophobia karena terjadi pelembagaan Islam," ujarnya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (16/5/2018). (Baca juga: Pemuda Muhammadiyah Berharap Penanganan Terorisme Tak Timbulkan Teror Baru )
Menurut dia, Islamophobia akan menimbulkan saling curiga di masyarakat. "Itu menimbulkan keresahan. Jadi sekarang kita juga tentu harus memeriksa dan melihat dari mana kok tiba-tiba ini muncul kembali tindakan teroris," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Dia pun berharap agar jangan sampai tindakan terorisme justru memecah belah bangsa Indonesia. "Saya yakin dari tokoh-tokoh dari lembaga-lembaga semuanya yang terkait dengan institusi agama Islam, semua kan selalu damai," katanya.
Namun, dia tidak mempersoalkan upaya peningkatan kewaspadaan dari para petugas atau aparat keamanan, terutama di wilayah objek vital. "Tapi misalnya kalau di luar bagaimana, di luar orang naik bus mau diperiksa yang benar aja gitu yah, mau berapa juta orang yang mau diperiksa, mau berapa juta orang yang diperiksa," Ungkapnya.
Diketahui, video seorang santri berinisial SAN yang diturunkan dari atas bus umum Bagong jurusan Trenggalek di Terminal Gayatri, Tulungagung, Jawa Timur oleh petugas Dinas Perhubungan, Senin 14 Mei 2018 viral. Pasalnya, gerak gerik santri berusia 14 tahun itu dianggap mencurigakan.
Petugas Dinas Perhubungan saat itu semakin curiga karena SAN tidak menggunakan alas kaki sejak masuk terminal hingga naik bus jurusan Ponorogo. Setelah diinterogasi, SAN mengaku sebagai santri Pondok Pesantren Darussalam, Kelurahan Kampungdalem, Tulungagung.
Sedangkan pihak Kepolisian setempat membenarkan video tersebut. Namun, kepolisian membantah bahwa penurunan penumpang itu karena diskriminasi terhadap wanita bercadar.
(dam)