20 Tahun Reformasi, Bamsoet Serukan Jihad Lawan Korupsi

Senin, 07 Mei 2018 - 21:12 WIB
20 Tahun Reformasi,...
20 Tahun Reformasi, Bamsoet Serukan Jihad Lawan Korupsi
A A A
JAKARTA - Reformasi telah memasuki usia 20 tahun. Sayangnya selama era reformasi belum terlihat tanda-tanda kemajuan dalam pemberantasan korupsi.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet) pun menyerukan jihad kepada semua elemen untuk membersihkan negara dari praktik kejahatan kerah putih tersebut. Seruan jihad terhadap korupsi bukan tanpa alasan.

“Selama dua puluh tahun perjalanan reformasi, indeks persepsi korupsi Indonesia masih rendah. Menurut Transparancy International, Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara, dengan nilai 37,” kata Bamsoet saat membuka rangkaian acara Peringatan 20 Tahun Reformasi di Lobi Gedung Nusantara V DPR RI, Jakarta, Senin (7/5/2018).

Mantan Ketua Komisi III DPR ini menyadari, 20 tahun perjalanan reformasi bukan waktu yang singkat. Sebagai lembaga perwakilan, DPR telah melakukan berbagai upaya dalam menegakan demokrasi. Proses check and balances terus berlangsung dengan baik guna memastikan tidak terjadi abuse of power.

”Jika dua puluh tahun lalu para mahasiswa menyerukan reformasi di Gedung DPR RI, maka sekarang mari kita kembali ke rumah rakyat ini untuk menggaungkan kembali berbagai agenda reformasi yang belum terwujud. Satu di antaranya dalam pemberantasan korupsi. Saya serukan, mari berjihad melawan korupsi,” ujarnya.

Bamsoet mengingatkan para koleganya di DPR untuk membuat beleid yang memperkuat pemberantasan korupsi. ”Selaku pimpinan maupun kolega, saya mengajak para anggota dewan bersungguh-sunguh menjauhkan diri dari praktik korupsi. Tugas DPR bukan membuat undang-undang yang memperlemah, melainkan melahirkan undang-undang yang memperkuat pemberantasan korupsi,” tegasnya.

Menyikapi 20 tahun reformasi, politis Partai Golkar ini merasa bersyukur perjuangan yang panjang akhirnya membuahkan transisi dalam demokrasi Indonesia. Ia mengemukakan tugas berikutnya adalah melanjutkan konsolidasi agar demokrasi menjadi jalan yang lapang untuk menciptakan kemakmuran dan keadilan sosial.

”20 tahun lalu, di area gedung DPR ini para mahasiswa dan berbagai elemen bangsa menorehkan sejarah membawa negara kita ke arah demokrasi. Berbagai agenda reformasi akan terus dijalankan. Kita tidak boleh berhenti hanya pada demokrasi prosedural, tetapi harus berikhtiar memberi makna pada substansi demokrasi,” tukasnya.

Bamsoet mengajak para elite politik maupun tokoh publik bisa menumbuhkembangkan kedewasaan masyarakat dalam berdemokrasi. Karena apa yang dilakukan masyarakat, tak terlepas dari pengaruh para elite yang menjadi panutan.

Demokrasi membuka peluang kepada siapapun untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran bersaing secara sehat.

“Kita harus siap meraih kemenangan dan siap pula menerima kekalahan. Jika tidak, demokrasi kita akan rusak dan perpecahan antar anak bangsa sangat mungkin terjadi,” tutur Bamsoet.

Acara Peringatan 20 Tahun Reformasi mengambil tema ”Kembali ke Rumah Rakyat” diisi berbagai kegiatan antara lain, Diskusi Publik Kiprah Aktivis '98 sebagai Anggota DPR, Pameran Foto Reformasi, Diskusi Publik Anak Muda di Era Reformasi, Panggung Puisi dan Musik, dan Peringatan Malam Refleksi 20 Tahun Reformasi, digelar mulai Senin (7/5/2018) hingga Senin 21 Mei 2018.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9474 seconds (0.1#10.140)