Sekber Gerindra-PKS Berpotensi Jadi Magnet Koalisi
A
A
A
JAKARTA - Pembentukan Sekretariat Bersama (Sekber) antara Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dapat menjadi magnet bagi partai politik (parpol) lain untuk bergabung. Koalisi dua partai politik ini mempunyai modal cukup untuk mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden sehingga bisa mempunyai nilai tawar cukup jika harus berkoalisi dengan parpol lain yang belum mendeklarasikan sikap politiknya.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio melihat ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari pembentukan Sekber Gerindra-PKS. Sekber ini menunjukkan bahwa koalisi antara kedua parpol itu sudah settle atau kuat. "Tentu saja kalau koalisi dua partai tersebut sudah kuat dengan adanya sekber ini," kata Hendri saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta, Selasa (1/5/2018).
Kemudian, lanjut Hendri, pembentukan sekber ini berbeda dengan koalisi karena pembentukannya lebih sederhana dari koalisi, di mana koalisi membutuhkan pembicaraan berbagai hal detail, tapi kalau sekber ini sekadar sekretariat bersama saja atau posko pemenangan. "Jadi memang berbeda nilai strategisnya dibanding koalisi," imbuhnya.
Namun, kata Hendri, hal penting yang bisa digarisbawahi yakni sekber ini bisa menjadi sinyal kuat bagi parpol lain bahwa parpol mana pun bisa datang dalam Sekber Gerindra-PKS ini guna membicarakan peluang koalisi. "Kalau kemudian dihadiri oleh Hanafi Rais, ini mungkin jadi salah satu sinyal dan terbuka sekber ini untuk siapa saja boleh hadir dan kemudian membicarakan peluang-peluang koalisi," jelasnya.
Terkait dengan calon presiden (capres), menurut Hendri, kemungkinan posisi Prabowo Subianto sebagai capres masih bisa berubah, karena parpol masih melihat dinamika politik terkini, yakni hasil pilkada. "Menunggu perkembangan politik, salah satunya hasil Pilkada 2018," tandasnya.
Dihubungi terpisah, anggota Badan Komunikasi (Bakom) DPP Partai Gerindra Andre Rosiade menjelaskan bahwa sekber ini merupakan posko dua parpol, yakni Gerindra dan PKS, dalam mencapai konsolidasi dan membuat kerangka kerja sama. Tentu saja, sekber ini menjawab pertanyaan tentang siapa koalisi pengusung capres Prabowo. "Yakni ada Gerindra dan PKS," kata Andre kepada KORAN SINDO di Jakarta, Selasa (1/5/2018) malam.
Kemudian, lanjut Andre, dengan adanya sekber diharapkan Gerindra dan PKS bisa segera mematangkan kerja sama dan calon wakil presiden pendamping Prabowo bisa segera diputuskan. "Insya Allah, minggu depan sekber mulai bekerja setelah libur panjang ini," imbuhnya.
Andre juga berharap koalisi ini akan segera bertambah anggotanya seperti PAN, Partai Demokrat, dan PKB; karena komunikasi di antara ketiga partai tersebut cukup intens dan ada di antaranya menunjukkan sinyal positif. "Demokrat dan PKB terus bangun komunikasi, tapi yang sudah sangat positif adalah PAN," pungkasnya.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio melihat ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari pembentukan Sekber Gerindra-PKS. Sekber ini menunjukkan bahwa koalisi antara kedua parpol itu sudah settle atau kuat. "Tentu saja kalau koalisi dua partai tersebut sudah kuat dengan adanya sekber ini," kata Hendri saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta, Selasa (1/5/2018).
Kemudian, lanjut Hendri, pembentukan sekber ini berbeda dengan koalisi karena pembentukannya lebih sederhana dari koalisi, di mana koalisi membutuhkan pembicaraan berbagai hal detail, tapi kalau sekber ini sekadar sekretariat bersama saja atau posko pemenangan. "Jadi memang berbeda nilai strategisnya dibanding koalisi," imbuhnya.
Namun, kata Hendri, hal penting yang bisa digarisbawahi yakni sekber ini bisa menjadi sinyal kuat bagi parpol lain bahwa parpol mana pun bisa datang dalam Sekber Gerindra-PKS ini guna membicarakan peluang koalisi. "Kalau kemudian dihadiri oleh Hanafi Rais, ini mungkin jadi salah satu sinyal dan terbuka sekber ini untuk siapa saja boleh hadir dan kemudian membicarakan peluang-peluang koalisi," jelasnya.
Terkait dengan calon presiden (capres), menurut Hendri, kemungkinan posisi Prabowo Subianto sebagai capres masih bisa berubah, karena parpol masih melihat dinamika politik terkini, yakni hasil pilkada. "Menunggu perkembangan politik, salah satunya hasil Pilkada 2018," tandasnya.
Dihubungi terpisah, anggota Badan Komunikasi (Bakom) DPP Partai Gerindra Andre Rosiade menjelaskan bahwa sekber ini merupakan posko dua parpol, yakni Gerindra dan PKS, dalam mencapai konsolidasi dan membuat kerangka kerja sama. Tentu saja, sekber ini menjawab pertanyaan tentang siapa koalisi pengusung capres Prabowo. "Yakni ada Gerindra dan PKS," kata Andre kepada KORAN SINDO di Jakarta, Selasa (1/5/2018) malam.
Kemudian, lanjut Andre, dengan adanya sekber diharapkan Gerindra dan PKS bisa segera mematangkan kerja sama dan calon wakil presiden pendamping Prabowo bisa segera diputuskan. "Insya Allah, minggu depan sekber mulai bekerja setelah libur panjang ini," imbuhnya.
Andre juga berharap koalisi ini akan segera bertambah anggotanya seperti PAN, Partai Demokrat, dan PKB; karena komunikasi di antara ketiga partai tersebut cukup intens dan ada di antaranya menunjukkan sinyal positif. "Demokrat dan PKB terus bangun komunikasi, tapi yang sudah sangat positif adalah PAN," pungkasnya.
(amm)