TNI-Polri Waspadai Ribuan Jalur Penyelundupan
A
A
A
PONTIANAK - Pemerintah terus berupaya menekan angka penyelundupan melalui jalur-jalur tikus di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia.
Saat ini setidaknya ada ribuan jalur tikus yang diduga digunakan sebagai akses berbagai perdagangan ilegal seperti narkoba dan perdagangan orang. Di kawasan Kalimantan Utara saja, sedikitnya ada 2.000 jalur tikus yang rawan digunakan untuk aksi penyelundupan.
Keluar-masuknya barang haram di perbatasan kedua negara memang menjadi persoalan akut yang terus saja terjadi. Untuk penyelundupan narkoba saja, misalnya, banyak terungkap bahwa banyak barang yang diselundupkan dari Malaysia. Belum lagi tingginya jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal yang nekat masuk Malaysia melalui jalur-jalur tikus.
“Dalam kunjungan ke perbatasan ini banyak ditemukan jalan tikus, bahkan di Kaltara jumlahnya mencapai 2.000, belum lagi di daerah lainnya,” ujar Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di sela kunjungan kerja di Kalimantan Barat kemarin.
Dalam kunjungan kerja kali ini, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto didampingi Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang (OSO), dan Pj Gubernur Kalbar Doddy Riyadmadji. Selain itu, hadir juga jajaran Bea Cukai Kementerian Keuangan.
Hadi menjelaskan, persoalan penyelundupan masih menjadi salah satu masalah besar di kawasan perbatasan. Menurutnya, persoalan ini hanya bisa diselesaikan dengan koordinasi antarpihak terkait.
“Tentunya kita harus berpikir bahwa hanya dengan kerja sama antara TNI-Polri dan Bea Cukai dan aparat terkait, untuk bisa membantu pemerintah untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah jalan-jalan tikus yang digunakan untuk melaksanakan penyelundupan,” tuturnya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, peninjauan di perbatasan tadi membuat TNI dan Polri merasa bangga karena masyarakat di Entikong dan Aruk banyak menyampaikan perubahan, terutama tampilan dari perbatasan yang dulunya jomplang dengan negara tetangga, Malaysia, sekarang beranda Indonesia jadi lebih baik daripada Malaysia.
“Ini otomatis akan membuat manajemen perbatasan kita akan lebih baik,” kata Tito dalam kesempatan sama. Terkait masalah penyelundupan di daerah perbatasan, kata Tito, TNI-Polri melihat memang ada beberapa jalan tikus yang cukup banyak.
Karena itu, Panglima TNI, Dirjen Bea Cukai, dan dirinya sepakat untuk membangun kerja sama yang lebih baik agar jalan tikus ini bisa dideteksi, termasuk juga mengajak semua masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan karena memahami jalan tikus ini dapat berkoordinasi dengan aparat setempat.
“Ada semacam mekanisme koordinasinya yang lebih baik se hingga masyarakat bisa memberikan informasi kepada aparat dan kemudian kita bisa memberi tindakan,” ujarnya.
Di sisi lain, Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang mendukung TNI-Polri yang memiliki program mendidik masyarakat di perbatasan.
Menurut pria yang akrab disapa OSO itu, program TNI-Polri ini sangat menarik karena mereka menunjukkan bahwa selain menjaga keamanan perbatasan, TNI Polri juga mau memberikan pendidikan kepada masyarakat perbatasan.
“Juga membantu masyarakat terutama guru-guru, yang kemudian jaraknya jauh dan terlambat datang itu, diambil alih oleh prajurit TNI Polri di sana untuk mengajar anak-anak sekolah,” kata OSO dalam kesempatan sama. (Kiswondari)
Saat ini setidaknya ada ribuan jalur tikus yang diduga digunakan sebagai akses berbagai perdagangan ilegal seperti narkoba dan perdagangan orang. Di kawasan Kalimantan Utara saja, sedikitnya ada 2.000 jalur tikus yang rawan digunakan untuk aksi penyelundupan.
Keluar-masuknya barang haram di perbatasan kedua negara memang menjadi persoalan akut yang terus saja terjadi. Untuk penyelundupan narkoba saja, misalnya, banyak terungkap bahwa banyak barang yang diselundupkan dari Malaysia. Belum lagi tingginya jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal yang nekat masuk Malaysia melalui jalur-jalur tikus.
“Dalam kunjungan ke perbatasan ini banyak ditemukan jalan tikus, bahkan di Kaltara jumlahnya mencapai 2.000, belum lagi di daerah lainnya,” ujar Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di sela kunjungan kerja di Kalimantan Barat kemarin.
Dalam kunjungan kerja kali ini, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto didampingi Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang (OSO), dan Pj Gubernur Kalbar Doddy Riyadmadji. Selain itu, hadir juga jajaran Bea Cukai Kementerian Keuangan.
Hadi menjelaskan, persoalan penyelundupan masih menjadi salah satu masalah besar di kawasan perbatasan. Menurutnya, persoalan ini hanya bisa diselesaikan dengan koordinasi antarpihak terkait.
“Tentunya kita harus berpikir bahwa hanya dengan kerja sama antara TNI-Polri dan Bea Cukai dan aparat terkait, untuk bisa membantu pemerintah untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah jalan-jalan tikus yang digunakan untuk melaksanakan penyelundupan,” tuturnya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, peninjauan di perbatasan tadi membuat TNI dan Polri merasa bangga karena masyarakat di Entikong dan Aruk banyak menyampaikan perubahan, terutama tampilan dari perbatasan yang dulunya jomplang dengan negara tetangga, Malaysia, sekarang beranda Indonesia jadi lebih baik daripada Malaysia.
“Ini otomatis akan membuat manajemen perbatasan kita akan lebih baik,” kata Tito dalam kesempatan sama. Terkait masalah penyelundupan di daerah perbatasan, kata Tito, TNI-Polri melihat memang ada beberapa jalan tikus yang cukup banyak.
Karena itu, Panglima TNI, Dirjen Bea Cukai, dan dirinya sepakat untuk membangun kerja sama yang lebih baik agar jalan tikus ini bisa dideteksi, termasuk juga mengajak semua masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan karena memahami jalan tikus ini dapat berkoordinasi dengan aparat setempat.
“Ada semacam mekanisme koordinasinya yang lebih baik se hingga masyarakat bisa memberikan informasi kepada aparat dan kemudian kita bisa memberi tindakan,” ujarnya.
Di sisi lain, Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang mendukung TNI-Polri yang memiliki program mendidik masyarakat di perbatasan.
Menurut pria yang akrab disapa OSO itu, program TNI-Polri ini sangat menarik karena mereka menunjukkan bahwa selain menjaga keamanan perbatasan, TNI Polri juga mau memberikan pendidikan kepada masyarakat perbatasan.
“Juga membantu masyarakat terutama guru-guru, yang kemudian jaraknya jauh dan terlambat datang itu, diambil alih oleh prajurit TNI Polri di sana untuk mengajar anak-anak sekolah,” kata OSO dalam kesempatan sama. (Kiswondari)
(nfl)