Informasi Kondisi Ekonomi
A
A
A
EKONOMI Indonesia kini dibuat berdebar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kemarin hampir menyentuh level psikologis di angka Rp14.000. Pelemahan rupiah pada Rp13.943 menyentuh nilai paling rendah sejak dua tahun terakhir.
Kurs Referensi Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI kemarin juga menunjukkan pelemahan. Mengutip Jisdor BI, dolar diperdagangkan di Rp13.894 per dolar AS, melemah 90 poin dibandingkan Jumat (20/4) yang senilai Rp13.804. Kondisi sama juga dialami sebagian besar mata uang di negara-negara berkembang di Asia.
Penurunan secara tajam terjadi akibat kenaikan suku bunga (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) yang mendongkrak nilai dolar.
Kondisi ini tentu bukan menjadi kabar baik bagi Indonesia.
Di tengah upaya pembangunan infrastruktur yang masif dengan nilai utang yang cukup tinggi tentu pemerintah harus pintar bersikap. Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) memang telah melakukan intervensi agar rupiah tidak pada level psikologis karena jika ini terjadi akan menghambat upaya pemerintah dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi di angka 5,2% di tahun ini.
Intervensi BI memang menunjukkan hal yang positif karena pada penutupan kemarin nilai tukar menyentuh level Rp13.890 per dolar. Sedikit membaik, tapi tetap harus terus dijaga agar rupiah pada posisi benar-benar aman untuk ekonomi Indonesia.
BI mengakui sentimen ekonomi global kembali menekan rupiah lebih dalam kemarin, dibandingkan sepanjang pekan lalu. Bank Sentral melihat imbal hasil obligasi Pemerintah AS, US Treasury, juga meningkat, yang memicu kembalinya modal asing ke instrumen keuangan di Negeri Paman Sam.
Artinya, faktor eksternal menjadi pemicu utama kondisi nilai tukar rupiah kemarin, sedangkan fondasi ekonomi dalam negeri tampaknya masih bisa menopang kondisi eksternal tersebut. Namun, upaya untuk menstabilkan nilai rupiah tentu jangan hanya dari pemerintah.
Para pelaku usaha juga harus cawe-cawe untuk bisa membantu agar nilai tukar rupiah stabil. Para pelaku usaha atau individu yang memiliki cadangan dolar AS semestinya juga melakukan intervensi agar gejolak rupiah bisa mereda.
Sungguh naif jika para pelaku usaha hanya meminta pemerintah bertindak, namun dirinya justru tidak melakukan apa-apa. Bagaimanapun, peran para pelaku usaha juga cukup vital untuk menstabilkan kondisi ekonomi saat ini.
Intervensi pemerintah dan pelaku usaha dalam rangka meredakan gejolak rupiah ini tentu akan membuat masyarakat semakin tenang. Selain itu, mereka yang tahu kondisi ekonomi sebenarnya juga harus mampu memberikan informasi yang komprehensif tentang kondisi saat ini. Jangan hanya karena berbeda kepentingan lalu hanya memberikan informasi sepotong dan justru membingungkan masyarakat.
Pemerintah pun harus memberikan informasi yang utuh. Jangan hanya karena ingin mendapat penilaian yang baik dari masyarakat pemerintah tidak memberikan informasi yang utuh. Kita semua juga berharap kondisi ekonomi saat ini tidak semata digunakan para politikus atau parpol yang akan berkompetisi pada Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019 untuk saling menjatuhkan.
Para penantang petahana juga harus memberikan kampanye yang jujur dalam melakukan kritik terhadap upaya pemerintah saat ini. Petahana juga diharapkan bisa dalam mengeluarkan kebijakan semata untuk rakyat, bukan justru melakukan untuk kepentingan politik 2018 dan 2019. Karena, semua tahu, ekonomi adalah salah satu alat kampanye yang jitu untuk saling menjatuhkan.
Nah, di saat kondisi ekonomi yang penuh tantangan dan dinamika politik yang semakin kencang, semua pihak harus bisa bersikap bijak. Jika tidak, ujung-ujungnya yang dirugikan adalah rakyat.
Para politikus harus benar-benar santun dalam berkompetisi. Jangan hanya karena berseberangan secara politik lantas memberikan informasi yang tidak utuh tentang kondisi ekonomi saat ini. Semua pihak harus berhati-hati dalam melontarkan isu ekonomi jika tidak memiliki informasi yang komprehensif.
Masyarakat pun juga harus pintar dalam mencerna informasi ekonomi. Jangan hanya menerima informasi sepotong lantas memberikan kesimpulan.
Kurs Referensi Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI kemarin juga menunjukkan pelemahan. Mengutip Jisdor BI, dolar diperdagangkan di Rp13.894 per dolar AS, melemah 90 poin dibandingkan Jumat (20/4) yang senilai Rp13.804. Kondisi sama juga dialami sebagian besar mata uang di negara-negara berkembang di Asia.
Penurunan secara tajam terjadi akibat kenaikan suku bunga (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) yang mendongkrak nilai dolar.
Kondisi ini tentu bukan menjadi kabar baik bagi Indonesia.
Di tengah upaya pembangunan infrastruktur yang masif dengan nilai utang yang cukup tinggi tentu pemerintah harus pintar bersikap. Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) memang telah melakukan intervensi agar rupiah tidak pada level psikologis karena jika ini terjadi akan menghambat upaya pemerintah dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi di angka 5,2% di tahun ini.
Intervensi BI memang menunjukkan hal yang positif karena pada penutupan kemarin nilai tukar menyentuh level Rp13.890 per dolar. Sedikit membaik, tapi tetap harus terus dijaga agar rupiah pada posisi benar-benar aman untuk ekonomi Indonesia.
BI mengakui sentimen ekonomi global kembali menekan rupiah lebih dalam kemarin, dibandingkan sepanjang pekan lalu. Bank Sentral melihat imbal hasil obligasi Pemerintah AS, US Treasury, juga meningkat, yang memicu kembalinya modal asing ke instrumen keuangan di Negeri Paman Sam.
Artinya, faktor eksternal menjadi pemicu utama kondisi nilai tukar rupiah kemarin, sedangkan fondasi ekonomi dalam negeri tampaknya masih bisa menopang kondisi eksternal tersebut. Namun, upaya untuk menstabilkan nilai rupiah tentu jangan hanya dari pemerintah.
Para pelaku usaha juga harus cawe-cawe untuk bisa membantu agar nilai tukar rupiah stabil. Para pelaku usaha atau individu yang memiliki cadangan dolar AS semestinya juga melakukan intervensi agar gejolak rupiah bisa mereda.
Sungguh naif jika para pelaku usaha hanya meminta pemerintah bertindak, namun dirinya justru tidak melakukan apa-apa. Bagaimanapun, peran para pelaku usaha juga cukup vital untuk menstabilkan kondisi ekonomi saat ini.
Intervensi pemerintah dan pelaku usaha dalam rangka meredakan gejolak rupiah ini tentu akan membuat masyarakat semakin tenang. Selain itu, mereka yang tahu kondisi ekonomi sebenarnya juga harus mampu memberikan informasi yang komprehensif tentang kondisi saat ini. Jangan hanya karena berbeda kepentingan lalu hanya memberikan informasi sepotong dan justru membingungkan masyarakat.
Pemerintah pun harus memberikan informasi yang utuh. Jangan hanya karena ingin mendapat penilaian yang baik dari masyarakat pemerintah tidak memberikan informasi yang utuh. Kita semua juga berharap kondisi ekonomi saat ini tidak semata digunakan para politikus atau parpol yang akan berkompetisi pada Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019 untuk saling menjatuhkan.
Para penantang petahana juga harus memberikan kampanye yang jujur dalam melakukan kritik terhadap upaya pemerintah saat ini. Petahana juga diharapkan bisa dalam mengeluarkan kebijakan semata untuk rakyat, bukan justru melakukan untuk kepentingan politik 2018 dan 2019. Karena, semua tahu, ekonomi adalah salah satu alat kampanye yang jitu untuk saling menjatuhkan.
Nah, di saat kondisi ekonomi yang penuh tantangan dan dinamika politik yang semakin kencang, semua pihak harus bisa bersikap bijak. Jika tidak, ujung-ujungnya yang dirugikan adalah rakyat.
Para politikus harus benar-benar santun dalam berkompetisi. Jangan hanya karena berseberangan secara politik lantas memberikan informasi yang tidak utuh tentang kondisi ekonomi saat ini. Semua pihak harus berhati-hati dalam melontarkan isu ekonomi jika tidak memiliki informasi yang komprehensif.
Masyarakat pun juga harus pintar dalam mencerna informasi ekonomi. Jangan hanya menerima informasi sepotong lantas memberikan kesimpulan.
(whb)