Ansor dan Masa Depan Indonesia

Selasa, 24 April 2018 - 08:00 WIB
Ansor dan Masa Depan Indonesia
Ansor dan Masa Depan Indonesia
A A A
Hasanuddin Ali
Ketua Bidang Litbang PP GP Ansor

GERAKAN Pemuda Ansor (GP An­sor) pada 24 April 2018 tepat berusia 84 tahun. Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO), yang menjadi cikal bakal GP Ansor, secara resmi didirikan di Banyuwangi, Jawa Timur pada 24 April 1934. Tahun kelahiran GP Ansor penting untuk dicatat karena terjadi enam tahun setelah Sumpah Pemuda 1928, dan 11 tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Karena itu, tidak salah bila semangat perjuangan, nasionalisme, dan epos kepahlawanan menjadi landasan lahirnya GP Ansor.

Nama Ansor merupakan usulan dari KH Abdul Wahab Chasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus guru besar kaum muda Nahdlatul Ulama kala itu. Ansor diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah.

Dalam perkembangan sejarahnya, kemudian GP Ansor selalu menjadi pelopor terdepan dalam setiap gerakan membela bangsa dan negara. Mengapa demikian? Karena Ansor meyakini bahwa membela Tanah Air adalah bagian dari jihad menjaga warisan para kiai dan muassis Nahdlatul Ulama yang telah turut mendirikan Republik Indonesia. Ketika ada sekelompok orang yang mencoba mengancam keutuhan bangsa dan negara, setiap kader Ansor dan Banser akan terpanggil jiwa raganya demi Ibu Pertiwi.

GP Ansor selalu menempatkan soal keagamaan dan kebangsaan ini sebagai landasan utama gerakannya. Paham keagamaan yang diikuti GP Ansor adalah moderat dan toleran terhadap berbagai perbedaan, dan menempatkan perbedaan itu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, GP Ansor menempatkan “Bela Agama Bangsa Negeri” sebagai satu kredo utama setiap kader dalam bertindak dan bergerak. Agama bangsa negeri diucapkan dalam satu tarikan napas dan tidak saling meniadakan satu sama lain.

Siapa yang dibela oleh GP Ansor? Pertama, setiap agama dan kepercayaan (tidak hanya Islam) yang ada di Indonesia. Kedua, setiap suku bangsa dan etnis yang hidup di Indonesia. Dan ketiga, setiap jengkal tanah air, tumpah darah, dan negeri Indonesia.

Sebagai sebuah gerakan pemuda, Ansor tentu tidak hanya terlibat dalam penyelesaian problem-problem kebangsaan dan keagamaan saja, tapi juga merespons setiap tantangan yang dihadapi oleh pemuda Indonesia di berbagai sektor, utamanya terkait persoalan ekonomi, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan.

GP Ansor hari ini hidup dalam dua spektrum yang sangat luas, di satu sisi banyak kader yang masih berjuang di lingkungan tradisional di daerah-daerah perdesaan yang bergelut dalam bidang pertanian, perikanan, dan sektor informal. Di sisi lain banyak juga kader-kader Ansor yang sudah terlibat di berbagai sektor industri modern seperti teknologi informasi, perbankan, telekomunikasi, dan manufaktur.

Masa depan Indonesia menurut beberapa kajian lembaga dunia cukup baik. Laporan Mckinsey Global Institute pada 2012 pernah menyebutkan bahwa Indonesia pada 2030 akan menduduki peringkat tujuh ekonomi dunia dengan ditopang oleh 135 juta kelas menengah dan 113 tenaga kerja terlatih. Sementara itu, PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam laporan risetnya pada 2017 menyebut Indonesia akan menjadi negara dengan tingkat perekonomian terbesar ke-4 di dunia pada 2050. Indonesia berada di bawah China, India, dan Amerika Serikat.

Bila dilihat secara demografi, Indonesia pada 2020-2030 memang didominasi oleh penduduk dengan usia muda. Dari data estimasi Badan Pusat Statistik (BPS), 39% penduduk Indonesia pada 2020 akan berada di rentang usia 15-39 tahun. Mereka adalah tulang punggung dan generasi masa depan Indonesia. Ansor yang sebagian ka­der­nya berada di rentang usia tersebut tentu terpanggil untuk berperan aktif menyiapkan generasi emas Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan di era persaingan global.

Tantangan yang dihadapi Ansor saat ini adalah bagaimana menyiapkan kader-kadernya agar mampu menghadapi sekaligus menjemput peluang di era revolusi industri 4.0. Kompetensi baru dibutuhkan dalam menghadapi tantangan ekonomi baru yang didorong oleh digitalisasi pada segala aspek kehidupan. Data scientist, forecasting, artificial intelligent, biotechnology adalah sedikit contoh dari berbagai kompetensi yang sedang banyak dibutuhkan hari ini.

Selain itu, semangat kewirausahaan saat ini subur tumbuh di generasi milenial, startup -startup bermunculan dengan berbagai inovasi produk dan layanannya. Hal ini menunjukkan bahwa anak muda Indonesia memiliki pilihan profesi yang lebih beragam. Survei Alvara Research Center tahun lalu menunjukkan bahwa cita-cita mayoritas anak-anak sekolah menengah atas dan mahasiswa ternyata lebih memilih menjadi pengusaha/entrepreneur dibandingkan bekerja di perusahaan tertentu.

Masa depan Indonesia ada di tangan anak-anak mudanya, dan GP Ansor sebagai organisasi kepemudaan dari organisasi kemasyarakatan (ormas) terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, tentu menjadi bagian yang tak terpisahkan untuk turut menentukan arah masa depan Indonesia. GP Ansor bersama semua eksponen bangsa lainnya tentu ingin menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Selain tetap berkhidmat menjaga Indonesia dari kelompok-kelompok radikal yang anti­keragaman, Ansor juga ingin memastikan bahwa Indonesia harus tetap berdaulat dan mandiri secara ekonomi di masa mendatang.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5779 seconds (0.1#10.140)