Poros Ketiga

Senin, 19 Maret 2018 - 07:45 WIB
Poros Ketiga
Poros Ketiga
A A A
TIGA partai politik (parpol) pemilik kursi di parlemen sempat mewacanakan pembentukan poros ketiga untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Tiga parpol itu yakni Partai Demokrat, PAN, dan PKB. Tiga partai menggagas poros baru di luar koalisi parpol yang dibangun petahana Joko Widodo (Jokowi) dan penantang terkuatnya, Prabowo Subianto. Dari sisi jumlah kursi, tiga parpol tersebut memenuhi syarat minimal 20% presidential threshold untuk bisa mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) sendiri.

Wacana poros ketiga sempat memunculkan harapan pilpres mendatang akan lebih berwarna karena memberi banyak alternatif pilihan calon pemimpin nasional kepada rakyat. Namun, dalam perkembangannya, gaung pembentukan poros ketiga ini mulai menghilang. Poros ketiga ini sepertinya bakal tinggal wacana, layu sebelum berkembang.

Bahwa poros ketiga ini hanya basa-basi politik sebenarnya sudah tercium jauh sebelumnya. Banyak pihak yang tidak yakin koalisi ini benar-benar akan terbentuk. Faktor pertama, poros ini dinilai tidak memiliki figur capres yang elektabilitasnya bisa menyaingi Jokowi dan Prabowo. Tokoh yang mereka punyai lebih tepat untuk posisi cawapres. Faktor kedua, soal keseriusan parpol di dalamnya, terutama Demokrat yang dinilai meragukan.

Banyak yang meyakini Demokrat sebenarnya lebih sreg jika AHY jadi calon pendamping Jokowi. AHY jadi cawapres Jokowi bahkan disebut-sebut sudah dipersiapkan Demokrat sejak jauh-jauh hari. Dugaan itu mendapat pembenaran ketika Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberi sinyal akan mendukung Jokowi di Pilpres 2019 dalam pidatonya di Rapimnas Demokrat, 10 Maret lalu.

Seiring meredupnya wacana poros ketiga, parpol tampaknya kembali ke strategi semula, yakni menyiapkan diri untuk bergabung ke salah satu kutub koalisi. Demokrat dan PKB condong mengarah ke Jokowi dengan mengincar posisi cawapres, sedangkan PAN lebih diidentikkan dengan Prabowo yang akan diusung oleh Partai Gerindra dan PKS. Akibat itu, di barisan Jokowi saat ini terjadi penumpukan bakal cawapres. Selain AHY yang akan diajukan Demokrat, juga ada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Roma¬hur¬muziy, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. PKB, PPP, dan Golkar siap melanjutkan du¬ku¬ngan ke Jokowi dengan harapan diberi kursi cawapres.

Alih-alih percaya diri mengajukan diri sebagai capres dengan membangun poros baru, pimpinan parpol-parpol ini memilih “memasrahkan” diri untuk diseleksi oleh petahana meski harus bersaing dengan belasan figur lainnya. Di daftar cawapres Jokowi ini tidak hanya bercokol pimpinan parpol, tetapi juga tokoh luar parpol yang menurut sejumlah lembaga survei sosoknya tidak kalah potensial.

Sebutlah di antaranya Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kepala BIN Budi Gunawan, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD. Di sisi lain, banyaknya figur cawapres ini bukan perkara mudah bagi petahana. Bisa jadi keputusan sulit bagi Jokowi dalam memilih pasangan yang paling tepat. Pertimbangannya tentu bagaimana agar pilihannya itu tidak mengganggu soliditas parpol koalisi, dan bagaimana memastikan figur yang dipilih memiliki basis elektoral untuk memperkuat dirinya.

Wacana poros ketiga sempat memberi harapan karena dengan tiga pasangan calon pilpres diyakini tidak akan setegang 2014 yang hanya diikuti dua pasangan calon. Masih lekat di ingatan bagaimana kerasnya pertarungan Jokowi dan Prabowo pada empat tahun lalu yang efeknya masih terasa hingga hari ini. Apalagi, jika yang maju capres hanya Jokowi dan Prabowo, ini akan jadi pertarungan jilid kedua bagi keduanya. Dalam setiap perebutan juara, “duel ulangan” atau rematch selalu menyajikan tensi yang lebih tinggi.

Poros ketiga juga sempat memberi harapan karena itu akan memberi alternatif pilihan kepada rakyat. Dengan menghadirkan lebih dari dua pasang capres-cawapres, rakyat akan lebih leluasa memilih calon pemimpin yang dinilai lebih mewakili aspirasinya.

Pendaftaran pasangan capres-cawapres masih lima bulan lagi. Apakah konfigurasi dukungan tidak berubah hingga pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum dilakukan pada Agustus mendatang? Jika tidak berubah kemungkinan pilpres kembali hanya akan mempertemukan dua kutub, Jokowi dan Prabowo. Semoga saja ada kejutan menjelang pendaftaran nanti.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4560 seconds (0.1#10.140)