Pilpres 2019: Mampukah Prabowo Bangkit?

Sabtu, 03 Maret 2018 - 08:33 WIB
Pilpres 2019: Mampukah...
Pilpres 2019: Mampukah Prabowo Bangkit?
A A A
Dedy Abdullah
Wakil Ketua DPD Gerindra Jawa Barat

GENDERANG perang pe­mi­lih­­an presiden (pilpres) su­­dah dimulai. Hal ini an­­tara lain ditandai dengan di­umu­m­kannya secara resmi ca­lon presiden dari PDI Per­juan­g­an (PDIP) oleh Megawati Su­kar­­no­­putri dalam pembukaan Ra­­ker­­nas III PDIP di Bali, Jumat (23/2). PDIP akan kem­bali men­­ca­­lonkan Presiden Jo­k­o Wi­do­do seb­agai capres di ­Pil­­pres 2019.

Pengumuman ini tidak be­gi­tu mengagetkan karena s­e­be­lum­nya beberapa partai pen­du­kung pemerintah telah men­de­kla­rasikan terlebih dahulu. Na­mun pengumuman tersebut bi­sa dibaca sebagai sikap lebih per­ca­ya diri PDIP untuk bisa me­me­nangi kontestasi pada 2019. De­ngan tambahan dukungan PDIP, total dukungan untuk Jo­k­owi dari kelima partai, yaitu Nas­Dem 6,72%, Golkar 14,75%, Hanura 5,26%, PPP 6,53%, dan PDIP 18,95%, men­jadi 52,21%.

Tingginya kepercayaan diri PDIP untuk mendorong Jo­ko­wi kem­bali sebagai capres ten­tu se­lain karena sebagai p­et­a­ha­na, ju­ga karena dalam be­be­ra­pa sur­v­ei lem­baga in­de­pen­den Jo­ko­wi s­e­lalu lebih unggul da­r­i­pada tokoh lain. Pol­track­ing, mi­salnya, hasil sur­veinya yang di­umumkan pa­da Kamis (22/2) me­nempatkan elek­­ta­bi­li­tas Jokowi te­r­ting­gi, ter­ma­suk atas ri­valnya di Pil­pres 2014, Pra­bo­wo Subianto.

Dari 33 tokoh yang di­so­dor­kan, elektabilitas Jokowi se­be­sar 35%, Prabowo 21,2%, dan jauh di bawahnya ada Gatot Nur­mantyo, Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono. Ada­pun secara popularitas, Jo­ko­wi 95%, Prabowo Subianto 86%, dan beberapa tokoh lain me­nyusul di belakang mereka.

Untuk Prabowo, apakah akan kembali bertarung dalam kon­­testasi lima tahunan ini de­­ngan rival yang sama pada pe­­r­io­de sebelumnya atau Ge­rin­dra men­­cari kader lain? Sam­pai saat ini Gerindra mau­pun mi­tra koa­li­si abadinya, yak­ni PKS dan PAN, belum me­nyatakan se­cara resmi siapa capres yang akan diusung.

Apabila ketiga partai ini ber­­koa­lisi mengusung Pra­bo­wo se­ba­­gai capres, modal kursi di DPR su­dah lebih dari cukup dan me­lam­paui batas m­ini­mum pre­si­den­tial threshold. Ge­rindra pu­nya 73 kursi, PKS 40, dan PAN 49 kur­si. Namun per­tanyaan be­sar­­nya se­ka­rang, mampukah Pra­­bo­wo meng­atasi k­e­ter­ting­gal­­an atau bahkan me­nga­la­h­kan kan­­d­i­dat yang saat ini se­dang ber­­kuas­a? Kesimpulan yang di­rilis Pol­tracking m­e­nya­ta­­kan masih te­r­buka peluang Pra­­­bowo untuk bisa rebound ka­­re­­na sebenarnya ke­dua kan­di­­dat ini, yakni Jokowi dan Pra­­bo­wo, sama-sama meng­ala­mi pe­ning­katan jika di­ban­di­ng­­kan de­ngan survei pada No­­vem­ber 2017. Ditambah la­gi de­ngan pe­lak­sanaan pilpres mas­ih ter­sisa 15 bulan, potensi per­­ubahan per­sentase masih sa­ngat terbuka.

Faktor Pendorong Elektabilitas Prabowo
Setidaknya ada tiga hal po­kok yang bisa mendongkrak elek­tabilitas dan popularitas Pr­a­bowo, bahkan sampai bisa me­menangi Pilpres 2019. Per­tama, seberapa besar ­ke­me­nang­an kader-kadernya di pil­kada, baik untuk menjadi gu­ber­nur, bupati maupun wali ko­ta, yang akan digelar Juni nanti. Ke­dua, kemampuan mengelola isu terkini hingga 15 bulan ke de­pan. Ketiga, Gerindra dan mi­tra koalisi menyegerakan untuk men­deklarasikan Prabowo.

Pilkada serentak men­da­tang menjadi faktor penting ba­gi Prabowo untuk bisa mem­per­kuat akar pengaruhnya sampai ­ke daerah-daerah. Terutama dae­­rah yang memiliki pemilih be­sar seperti Jabar, Jateng, Ja­tim, Sumut. Gerindra sebagai par­tai pengusung Prabowo ha­rus bisa memenangkan kan­di­dat­nya di daerah strategis ini.

Di Jabar, Gerindra dan koa­li­si­­nya mengusung Mayjen (Purn) Su­drajat-Mohammad Sai­­khu, te­tapi hal itu dinilai ba­nyak ka­lang­an terlalu berisiko ka­rena ke­duanya memiliki po­pu­laritas dan elektabilitas ren­dah. Na­mun memang inilah sa­lah satu ke­lebihan Prabowo yang me­mi­liki intuisi dalam me­nem­patkan orang untuk posisi dan ke­­du­duk­an. Sama halnya ke­tika dia me­mi­lih Anies Bas­we­dan-San­diaga Uno di Pilkada DKI J­a­kar­ta. De­ngan ba­nyak­nya pa­sang­an calon yang be­r­t­a­rung di Ja­bar, yakni empat pa­sang­an, ke­mungkinan peroleh­an suara kan­d­idat akan ter­pe­cah dan be­r­ada dalam range yang sempit. Ma­ka dengan sol­i­di­tas dari me­sin partai yang di­mi­liki, ter­ut­a­ma PKS, pasangan yang diusung te­t­ap berpeluang menang.

Di Jateng, peluang untuk bi­sa menang mudah sangat sulit. Se­lain kandidat yang maju ha­nya ada dua pasangan calon, PDIP di daerah ini mengusung gu­bernur petahana, Ganjar Pra­no­wo, yang dipasangkan de­ngan Gus Yasin. Gerindra meng­usung Sudirman Said ber­pa­sangan dengan Ida Fauziah yang merupakan kader PKB.

Namun bagi pendukung pa­­sang­an Sudirman-Ida, m­e­re­ka te­tap yakin memenangi kon­­tes­tasi karena merasa akan di­un­tung­kan dengan ka­sus korupsi e-KTP yang ikut me­nyeret nama Ganjar.

Di Jatim, walaupun Ge­rin­dra dan mitra koalisi abadinya ha­nya sebagai partai pen­du­kung pasangan Khofifah Indar Pa­r­awansa-Emil Elistianto Dar­dak, mereka berharap di Pilpres 2019 peluang dukungan lebih be­sar jika Khofifah-Emil Dar­dak jadi pemenang.

Adapun di Sumut, Gerindra yang mengusung Edi Rah­ma­yadi-Musa Rajekshah akan ber­ta­rung head to head dengan pa­sang­an Jarot Saeful Hidayat- Si­har Sitorus yang diusung PDIP. Tam­paknya Gerindra dan mitra koa­lisi akan menang di Sumut.

Kedua, hal yang bisa me­me­ng­a­ruhi elektabilitas dan po­pu­la­ritas Prabowo dalam 15 bulan ke depan adalah kemampuan me­ngelola dan menyikapi ber­ba­gai polemik serta isu strategis saat ini maupun yang akan ber­kem­bang nanti. Setidaknya ada be­berapa isu penting yang bisa di­manfaatkan sekaligus jadi lan­dasan untuk melemahkan ku­bu Jokowi. Salah satunya isu gizi buruk yang menimpa warga su­ku Asmat Papua. Banyak pi­hak meyakini ini terjadi karena kes­alahan pemerintah dalam hal kebijakan pangan. Alih fung­si lahan yang dilakukan pe­me­r­intah saat ini bahkan dari pe­merintahan sebelumnya te­rus dilakukan. Dari lahan pa­ngan lokal menjadi lahan padi. Pre­siden Jokowi pada Mei 2015 men­dukung konversi lahan 1,2 juta hektare untuk program The Me­r­auke Integrated Food and Ener­gy Estate. Program ini ha­nya membuahkan hilangnya ka­wa­san hutan, ekosistem, po­ten­si pangan lokal, serta te­r­sing­kirnya penduduk lokal dari ta­nah sendiri. Data Ke­men­te­rian Sosial, sejak September 2017 hingga Januari 2018 ada 63 anak meninggal akibat cam­pak dan gizi buruk, 393 jiwa men­jalani rawat jalan, 175 men­jalani rawat inap. Isu ini tidak mud­ah dilupakan begitu saja.

Kecelakaan akibat di­ke­but­nya berbagai proyek i­nfra­stru­k­tur juga merupakan isu yang bi­sa dimanfaatkan. Berdasarkan ca­tatan Konfederasi Serikat Pe­ker­ja Indonesia, ada 9 ke­ce­la­ka­an sampai menelan korban jiwa se­jak akhir 2017 hingga awal 2018. Bahkan Presiden KSPI men­duga upaya ngebut ini se­ba­gai strategi untuk meraih citra baik di mata masyarakat men­je­lang pilpres. Isu ini tampaknya ju­ga akan terus menggelinding men­jadi isu politik.

Isu sensitif yang mengarah ke unsur SARA tampaknya juga akan mewarnai pilpres tahun de­pan. Setidaknya hal ini dipicu de­ngan banyaknya tindak pi­da­na penganiayaan dan pem­bu­nuh­an yang menimpa tokoh aga­ma. Juga isu lain seperti per­­ppu ormas, kebangkitan PKI, pe­negakan HAM, dan tingginya in­deks korupsi di pem­e­rin­tah­an Jokowi bisa menjadi polemik yang merepotkan petahana.

Ketiga, hal yang sebenarnya pa­ling mudah dilakukan adalah men­dorong partai pendukung Pra­bowo maupun pendukung ca­l­on lain untuk segera men­de­kla­rasikan calon yang akan di­usung. Bagi Prabowo, ini pen­ting karena akan memberikan ke­yakinan kepada pendukung lo­yalis yang memberikan sua­ra­nya saat Pilpres 2014 untuk ti­dak beralih ke pemilih lain.

Akankah Gerindra, PKS, PAN segera mendeklarasikan sia­­p­a calon presidennya untuk ber­­tarung di Pilpres 2019? Sa­ya men­duga langkah ini segera ­di­am­bil. Terutama Gerindra. De­kla­rasi dukungan akan di­da­hu­lui dari daerah-daerah di se­lu­ruh Indonesia. Puncak d­e­kla­rasi dukungan ini dila­ku­kan pa­da 11 Maret 2018 di Jateng.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0655 seconds (0.1#10.140)