Napak Tilas Media Cetak di Era Kolonial

Jum'at, 09 Februari 2018 - 10:58 WIB
Napak Tilas Media Cetak di Era Kolonial
Napak Tilas Media Cetak di Era Kolonial
A A A
PADA 9 Februari hari ini insan pers Indonesia memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2018. Sejauh ini media massa di Tanah Air telah mengalami perkembangan menggembirakan dalam menjalankan fungsinya sebagai pilar demokrasi dan juga alat mencerdaskan bangsa.

Untuk mengenang perkembangan jurnalisme di Tanah Air, berikut sejumlah media massa yang terbit di era penjajahan.

Medan Prijaji (1907)
Medan Prijaji adalah surat kabar pertama yang terbit dan dikelola oleh orang Indonesia. Surat kabar berbahasa Indonesia dengan bahasan politik ini terbit pada Januari 1907. Pelopornya adalah Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Kehadiran Medan Prijaji menjadi penggerak terbitnya surat kabar lain yang dipelopori tokoh-tokoh perjuangan Indonesia.

Fajar Asia (Jakarta, 1924)
Fadjar Asia merupakan kelanjutan dari surat kabar Bendera Islam yang terbit di Yogyakarta pada periode 1924-1927. Bendera Islam dikelola oleh petinggi-petinggi Syarikat Islam seperti Tjokroaminoto, Agus Salim, dan Sjahbuddin Latif. Setelah eksis selama 4 tahun corong pergerakan Syarikat Islam ini sempat dilanda krisis keuangan.

Darmo Kondo (Solo, 1910)
Darmo Kondo adalah salah satu surat kabar terkenal di Jawa. Surat kabar ini dibeli oleh Boedi Oetomo sekitar 1910 dari penerbit China. Sebelum dibeli Boedi Oetomo cabang Surakarta, surat kabar Darmo Kondo diterbitkan oleh Tan Tjoe Kwan. Melalui Darmo Kondo, Boedi Oetomo menyebarluaskan cita-citanya kepada masyarakat.

Sedio Tomo (Yogyakarta, 1920)
Pergerakan nasional dimulai dengan lahirnya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Harian “Sedio Tomo” yang didirikan pada Juni 1920 di Yogyakarta merupakan kelanjutan harian Boedi Oetomo yang lebih dulu terbit di Yogyakarta

Fikiran Ra’jat (Bandung, 1932)
Media massa Fikiran Ra’jat diterbitkan oleh Ir Soekarno pada 1932 sebagai salah satu bentuk aksi menentang penjajah. Bung Karno sebagai ketua sidang redaksi beberapa kali mendapat teguran akibat sajian Fikiran Ra’jat yang terang-terangan menentang praktik imperialisme (penjajahan) di bumi Indonesia. Bukan hanya itu, Fikiran Ra’jat juga sempat diberangus oleh penjajah.

Soeloeh Ra’jat Indonesia (Surabaya, 1928)
Majalah ini terbit di Surabaya pada masa penjajahan Belanda, tepatnya pada 2 Januari 1928. Media massa berkala ini pada terbitan edisi pertama menurunkan artikel untuk mengobarkan semangat mandiri dengan judul headline “Pertjajalah pada Kekoeatanmoe Sendiri”.

Asia Raya (Jakarta, 1942)
Asia Raya adalah sebuah surat kabar yang diterbitkan di masa pendudukan Jepang. Edisi pertama Asia Raja, dengan total empat halaman, diterbitkan pada 29 April 1942. Kebanyakan staf editorial pribuminya berasal dari jurnal Berita Oemoem, sebuah terbitan konservatif milik Partai Indonesia Raya (Parindra). Staf lainnya berasal dari kelompok masyarakat yang lebih radikal dan cenderung kekirian.

Tjahaja (Bandung, 1942)
Saat Jepang menginjakan kakinya di tanah air pada 1942, di Bandung terbit surat kabar Tjahaja dengan pemimpin redaksi tokoh pergerakan nasional Oto Iskandardinata. Setelah Indonesia merdeka, Surat kabar Tjahaja dinasionalisasi dan berganti nama menjadi Soeara Merdeka, yang dipimpin Muhammad Koerdi. Surat kabar ini pertama kali terbit pada September 1945 dengan porsi pemberitaan yang banyak mendukung revolusi dan kemerdekaan.

Soeara Asia (Surabaya, 1945)
Surat kabar Soeara Asia merupakan surat kabar pertama yang menyebarkan berita proklamasi Indonesia dan diterbitkan di Kota Surabaya pada 22 Agustus 1945.Saat itu Soeara Asia menjadi media massa propaganda Pemerintah Militer Jepang untuk wilayah Surabaya dan Jawa Timur

Tokoh Pergerakan Nasional yang juga Jurnalis

Dalam sejarahnya, media massa di Indonesia banyak digunakan tokoh pergerakan nasional untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Bahkan tak sedikit tokoh-tokoh pergerakan nasional yang memiliki latarbelakang seorang jurnalis, berikut di antaranya.

Tirto Adhi Soerjo
Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (1880–1918) adalah seorang tokoh pers asal Blora Jawa Tengah. Dia dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia, ditetapkan sebagai Bapak Pers Nasional pada 1973. Surat kabar yang pernah diasuhnya antara lain Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908).

Mas Marco Martodikromo
Marco Kartodikromo (1890–1935) pernah bekerja di beberapa surat kabar seperti Medan Prijaji, Saro Tomo, Doenia Bergerak, Pantjaran Warta. Lewat media, Mas Marco menulis dalam rangka melawan pemerintah kolonial Belanda.

Tan Malaka
Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (1897 - 1949) pernah bergabung dengan Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging (SDOV) atau Asosiasi Demokratik Sosial Guru (ADSG) sebelum berjuang bersama tokoh pergerakan nasional lain dalam Partai Komunis Indonesia. Pahlawan Nasional ini menulis di beberapa surat kabar seperti Het Vrije Woord dan Sumatera Post.

Mohammad Hatta
Pria bernama lahir Mohammad Athar (1902– 1980) ini pernah aktif dan memimpin Perhimpunan Indonesia semasa kuliah di Handels Hogeschool (kini Universitas Erasmus) Rotterdam Belanda. Dia menulis dan mengelola majalah Hindia Putera yang berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Adam Malik
Adam Malik Batubara (1917–1984) turut menjadi pendiri Kantor Berita Antara yang pada waktu itu berlokasi di Buiten Tijgerstraat 38 Noord Batavia. Dia sempat menjabat Redaktur merangkap Wakil Direktur, memimpin Partai Indonesia (Partindo) Pematang Siantar dan Medan pada 1934-1935, anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta 1940-1941, serta anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4777 seconds (0.1#10.140)