Kepuasan Publik Atas Kinerja Jokowi Masih Tinggi, Capai 74%
A
A
A
JAKARTA - Kepuasan publik atas kinerja pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mengalami peningkatan. Berdasarkan survei yang dilakukan Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), per bulan Desember 2017 tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi mencapai 74,3%. Sementara yang menyatakan tidak puas hanya sebesar 23,8%.
"Angkanya cukup tinggi (responden yang puas atas kinerja Jokowi), dan ini terus naik kalau dilihat dari hasil survei Maret, kemudian September 2017," kata Direktur Utama SMRC, Djayadi Hanan, di Jakarta, Selasa (2/1/2018). Survei SMRC dilakukan dengan wawancara lapangan pada 7-13 Desember 2017. Jumlah responden sebanyak 1.059 orang di 34 provinsi dengan margin of error sebesar 3,1%.
Menurut Djayadi, penilaian atas kinerja Presiden Jokowi yang positif itu konsisten dengan penilaian atas berbagai kondisi makro nasional oleh pemilih, yakni terkait penilaian kondisi ekonomi, politik, hukum, kemanan, dan sosial. Semuanya dinilai semakin membaik secara umum.
Dalam survei SMRC, 48,4% responden menilai kondisi ekonomi nasional pada 2017 lebih baik dari 2016. Hanya 17,5% yang menganggap ekonomi nasional lebih buruk. Adapun 28,9% menilai tidak ada perubahan kondisi ekonomi nasional, dan 5,3% tidak menjawab. "Di bidang politik, 32% responden menilai kondisinya baik. Sementara yang menilai buruk hanya 18% responden," tukasnya.
Kemudian di bidang penegakkan hukum, sebanyak 49% responden menganggap kondisinya baik, dan 26% menilai kondisinya sedang-sedang saja, sementara 21% responden menilai buruk. Mayoritas responden juga positif dalam menilai kondisi keamanan yakni 67%, kemudian yang menilai sedang-sedang saja sebesar 24%, sementara yang menilai buruk hanya 9% responden saja.
Djayadi mengungkapkan, kinerja baik tersebut bukan saja berimplikasi pada partai yang diidentifikasikan dengannya, tapi yang lebih langsung adalah efeknya pada Jokowi untuk kembali dipilih sebagai presiden pada 2019 nanti. "Dari 74,3% responden yang puas, 65% akan memilih Jokowi dalam Pilpres 2019," ujarnya.
Sementara itu, terkait dengan elektabilitas partai, berdasarkan survei SMRC hingga saat ini tidak ada kecenderungan partai yang menguat kecuali PDIP. Namun, partai-partai lain juga masih berpeluang menambah suara karena jumlah suara mengambang (swing voter) sebesar 38,4%. "Jumlah sebesar ini sangat besar untuk membuat sejumlah partai yang ada di Senayan sekarang tidak lolos ambang batas karena berpindah ke partai lain atau tidak memilih lagi," ungkapnya.
Sejumlah partai yang sekarang sudah duduk di Senayan, kata dia, cenderung merosot perolehan suaranya, bahkan ada yang terlihat belum aman seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Hanura, dan Partai Nasdem. "PDIP satu-satunya yang cenderung semakin kuat secara sangat signifikan dalam 3,5 tahun terakhir. Faktor utamanya penguatan itu karena identifikasi Presiden Jokowi dengan partai tersebut secara lebih kuat. Wajar karena Jokowi kader PDIP, dan PDIP adalah partai terbesar yang mencalonkan Jokowi 2014 yang lalu," terangnya.
Berdasarkan survei SMRC, elektabilitas masing-masing partai bila pemilu diselenggarakan saat ini yakni PDIP 27,6%, Partai Golkar 12,1%, Partai Gerindra 8,9%, Partai Demokrat 7,7%, PKB 6,3%, PKS 3,8%, PPP 3,3%, Partai NasDem 2,9%, Perindo 2,6%. Kemudian PAN 2,0%, Partai Hanura di angka 1,1%, PBB 0,3%. Sementara PSI, PKPI dan Partai Idaman hanya 0,1%.
Politikus PDIP yang hadir dalam pemaparan survei tersebut, Maruarar Sirait mengungkapkan, terkait dengan kepuasan publik yang terus meningkat, hal itu tidak terlepas dari kinerja Presiden Jokowi yang memang bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Angkanya cukup tinggi (responden yang puas atas kinerja Jokowi), dan ini terus naik kalau dilihat dari hasil survei Maret, kemudian September 2017," kata Direktur Utama SMRC, Djayadi Hanan, di Jakarta, Selasa (2/1/2018). Survei SMRC dilakukan dengan wawancara lapangan pada 7-13 Desember 2017. Jumlah responden sebanyak 1.059 orang di 34 provinsi dengan margin of error sebesar 3,1%.
Menurut Djayadi, penilaian atas kinerja Presiden Jokowi yang positif itu konsisten dengan penilaian atas berbagai kondisi makro nasional oleh pemilih, yakni terkait penilaian kondisi ekonomi, politik, hukum, kemanan, dan sosial. Semuanya dinilai semakin membaik secara umum.
Dalam survei SMRC, 48,4% responden menilai kondisi ekonomi nasional pada 2017 lebih baik dari 2016. Hanya 17,5% yang menganggap ekonomi nasional lebih buruk. Adapun 28,9% menilai tidak ada perubahan kondisi ekonomi nasional, dan 5,3% tidak menjawab. "Di bidang politik, 32% responden menilai kondisinya baik. Sementara yang menilai buruk hanya 18% responden," tukasnya.
Kemudian di bidang penegakkan hukum, sebanyak 49% responden menganggap kondisinya baik, dan 26% menilai kondisinya sedang-sedang saja, sementara 21% responden menilai buruk. Mayoritas responden juga positif dalam menilai kondisi keamanan yakni 67%, kemudian yang menilai sedang-sedang saja sebesar 24%, sementara yang menilai buruk hanya 9% responden saja.
Djayadi mengungkapkan, kinerja baik tersebut bukan saja berimplikasi pada partai yang diidentifikasikan dengannya, tapi yang lebih langsung adalah efeknya pada Jokowi untuk kembali dipilih sebagai presiden pada 2019 nanti. "Dari 74,3% responden yang puas, 65% akan memilih Jokowi dalam Pilpres 2019," ujarnya.
Sementara itu, terkait dengan elektabilitas partai, berdasarkan survei SMRC hingga saat ini tidak ada kecenderungan partai yang menguat kecuali PDIP. Namun, partai-partai lain juga masih berpeluang menambah suara karena jumlah suara mengambang (swing voter) sebesar 38,4%. "Jumlah sebesar ini sangat besar untuk membuat sejumlah partai yang ada di Senayan sekarang tidak lolos ambang batas karena berpindah ke partai lain atau tidak memilih lagi," ungkapnya.
Sejumlah partai yang sekarang sudah duduk di Senayan, kata dia, cenderung merosot perolehan suaranya, bahkan ada yang terlihat belum aman seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Hanura, dan Partai Nasdem. "PDIP satu-satunya yang cenderung semakin kuat secara sangat signifikan dalam 3,5 tahun terakhir. Faktor utamanya penguatan itu karena identifikasi Presiden Jokowi dengan partai tersebut secara lebih kuat. Wajar karena Jokowi kader PDIP, dan PDIP adalah partai terbesar yang mencalonkan Jokowi 2014 yang lalu," terangnya.
Berdasarkan survei SMRC, elektabilitas masing-masing partai bila pemilu diselenggarakan saat ini yakni PDIP 27,6%, Partai Golkar 12,1%, Partai Gerindra 8,9%, Partai Demokrat 7,7%, PKB 6,3%, PKS 3,8%, PPP 3,3%, Partai NasDem 2,9%, Perindo 2,6%. Kemudian PAN 2,0%, Partai Hanura di angka 1,1%, PBB 0,3%. Sementara PSI, PKPI dan Partai Idaman hanya 0,1%.
Politikus PDIP yang hadir dalam pemaparan survei tersebut, Maruarar Sirait mengungkapkan, terkait dengan kepuasan publik yang terus meningkat, hal itu tidak terlepas dari kinerja Presiden Jokowi yang memang bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
(amm)