Pantau Ekosistem Gambut, BRG Buat Titik Pengamatan Tinggi Muka Air
A
A
A
JAKARTA - Badan Restorasi Gambut (BRG) menyelesaikan penyusunan rencana restorasi ekosistem gambut (RREG) untuk tujuh provinsi target restorasi, RREG setiap provinsi, rencana tindak tahunan dan pemetaan kesatuan hidrologis gambut (KHG).
Pemetaan dilakukan untuk KHG Sungai Lalan-Sungai Merang, Sungai Sugihan-Sungai Lumpur (keduanya di Sumatera Selatan), Sungai Tapung Kiri-Sungai Kiyap (Riau), Sungai Ambawang-Sungai Kubu (Kalimantan Barat), Sungai Utar-Sungai Serapat (Kalimantan Tengah/Kalimantan Barat), Sungai Barito-Sungai Alalak dan Sungai Maluka-Sungai Martapura (Kalimantan Selatan).
Sebelumnya, BRG memetakan ekosistem gambut di KHG Sungai Saleh-Sungai Sugihan, KHG Sungai Cawang-Sungai Air Lalang (Sumatera Selatan), dan KHG Sungai Kahayan-Sungai Sebangau (Kalimantan Tengah). "Untuk mendukung monitoring ekosistem gambut, BRG membuat titik pengamatan tinggi muka air lahan gambut. Data tinggi muka air dapat diakses secara real time," kata Kepala BRG Nazir Foead di Mandari Hotel Jakarta, Kamis (28/12/2017).
Nazir menambahkan, tahun ini pihaknya memasang 40 alat. Titik pengamatan terbanyak terdapat di Sumatera Selatan, yaitu delapan titik. Riau dan Jambi masing-masing tujuh titik. Hanya ada satu titik pengamatan tinggi muka air lahan gambut di Kalimantan Barat, tujuh lainnya di Kalimantan Tengah. (Baca juga: Kesadaran Masyarakat Melindungi Lahan Gambut Meningkat )
"Pemantauan tinggi muka air lahan gambut menjadi penting untuk mengidentifikasi potensi kebakaran Iahan dan hutan. Lahan gambut yang kering menjadi pemicu kebakaran. Pada 2015, kebakaran lahan gambut menimbulkan kerugian triliunan rupiah dan menciptakan bencana asap regional," urainya.
Terkait supervisi pembasahan gambut di lahan konsesi, tahun ini BRG menyiapkan pedoman supervisi. BRG menyambut baik upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah mengarahkan pemegang konsesi untuk menuntaskan rencana pemulihan.
Pada 2018 mendatang, BRG akan menjalankan supervisi kepada perusahaan dalam kegiatan restorasi gambut. Seluas 1,4 juta hektare areal target restorasi gambut ada di areal konsesi kehutanan dan kebun.
Kegiatan restorasi yang dilakukan BRG bersifat komprehensif dan inklusif, artinya melibatkan semua pihak. "Tidak sekadar membasahi, namun restorasi juga berupaya menjadikan masyarakat sebagai garda depan pengelolaan gambut secara bijak dan pencegahan dini bencana kebakaran gambut," ujarnya.
Pemetaan dilakukan untuk KHG Sungai Lalan-Sungai Merang, Sungai Sugihan-Sungai Lumpur (keduanya di Sumatera Selatan), Sungai Tapung Kiri-Sungai Kiyap (Riau), Sungai Ambawang-Sungai Kubu (Kalimantan Barat), Sungai Utar-Sungai Serapat (Kalimantan Tengah/Kalimantan Barat), Sungai Barito-Sungai Alalak dan Sungai Maluka-Sungai Martapura (Kalimantan Selatan).
Sebelumnya, BRG memetakan ekosistem gambut di KHG Sungai Saleh-Sungai Sugihan, KHG Sungai Cawang-Sungai Air Lalang (Sumatera Selatan), dan KHG Sungai Kahayan-Sungai Sebangau (Kalimantan Tengah). "Untuk mendukung monitoring ekosistem gambut, BRG membuat titik pengamatan tinggi muka air lahan gambut. Data tinggi muka air dapat diakses secara real time," kata Kepala BRG Nazir Foead di Mandari Hotel Jakarta, Kamis (28/12/2017).
Nazir menambahkan, tahun ini pihaknya memasang 40 alat. Titik pengamatan terbanyak terdapat di Sumatera Selatan, yaitu delapan titik. Riau dan Jambi masing-masing tujuh titik. Hanya ada satu titik pengamatan tinggi muka air lahan gambut di Kalimantan Barat, tujuh lainnya di Kalimantan Tengah. (Baca juga: Kesadaran Masyarakat Melindungi Lahan Gambut Meningkat )
"Pemantauan tinggi muka air lahan gambut menjadi penting untuk mengidentifikasi potensi kebakaran Iahan dan hutan. Lahan gambut yang kering menjadi pemicu kebakaran. Pada 2015, kebakaran lahan gambut menimbulkan kerugian triliunan rupiah dan menciptakan bencana asap regional," urainya.
Terkait supervisi pembasahan gambut di lahan konsesi, tahun ini BRG menyiapkan pedoman supervisi. BRG menyambut baik upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah mengarahkan pemegang konsesi untuk menuntaskan rencana pemulihan.
Pada 2018 mendatang, BRG akan menjalankan supervisi kepada perusahaan dalam kegiatan restorasi gambut. Seluas 1,4 juta hektare areal target restorasi gambut ada di areal konsesi kehutanan dan kebun.
Kegiatan restorasi yang dilakukan BRG bersifat komprehensif dan inklusif, artinya melibatkan semua pihak. "Tidak sekadar membasahi, namun restorasi juga berupaya menjadikan masyarakat sebagai garda depan pengelolaan gambut secara bijak dan pencegahan dini bencana kebakaran gambut," ujarnya.
(poe)