Para Remaja Kita
A
A
A
SEKELOMPOK remaja, akhir pekan lalu, memasuki gerbang sebuah kompleks perumahan di kawasan Depok, Jawa Barat. Tidak hanya laki-laki, beberapa remaja perempuan juga ikut bersama membawa sebuah bundalan kertas.
Yang laki-laki berbaju koko, celana panjang, bersandal dan sebagian mengenakan peci. Sedangkan yang perempuan mengenakan jilbab. Mereka tampak rapi dan mengucapkan salam kepada penjaga kompleks. Ada sedikit perbincangan sebelum mereka benar-benar memasuki kompleks perumahan tersebut.
Rombongan remaja tersebut mengetuk pintu sebuah rumah di kompleks tersebut sambil mengucapkan salam. Mereka adalah sekelompok karang taruna di wilayah kompleks perumahan tersebut. Tujuan mereka adalah mengumpulkan dana untuk kegiatan keagamaan pada akhir Januari 2018 nanti.
Mereka tampak sopan menjelaskan kegiatan keagamaan tersebut dan mengucapkan terima kasih setiap si empu rumah memberikan sumbangan uang.
Pemandangan lain, sekelompok remaja yang jumlahnya puluhan pada dini hari Minggu 24 Desember 2017 menggunakan sepeda motor berkonvoi di jalanan. Bukan hanya laki-laki, perempuan juga tampak menyertai laki-laki mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm.
Beberapa senjata tajam terselip dan ketika melihat sebuah toko baju yang buka 24 jam. Melihat toko masih terang benderang mereka memasuki toko tersebut bukan untuk berbelanja, tapi malah menjarah. Dengan ancaman senjata tajam petugas toko hanya bisa pasrah. Baju, celana, dan jaket dijarah oleh para remaja tersebut.
Bukan hanya satu atau dua, bahkan nilainya mencapai belasan juta rupiah. Dalam rekaman CCTV yang tersebar, mereka tanpa segan menjarah dan seorang perempuan anggota kelompok tersebut nmenenteng senjata tajam dan ikut membawa beberapa baju. Bersyukur, aparat kepolisian bisa menangkap para remaja pelaku penjarahan tersebut. Puluhan remaja penjarah tersebut ditangkap polisi di beberapa lokasi.
Kejadian di atas membuat kita semua miris. Betapa anak remaja saat ini mudah sekali melakukan tindakan kriminal. Entah apakah dulu sudah ada tapi belum tersebar melalui media, tapi setidaknya aksi beberapa hari yang lalu sungguh membuat geram masyarakat.
Logika sederhana adalah bagaimana orang tua mereka membiarkan anak-anak remajanya keluar hingga dini hari tanpa terpantau? Bukankah jika anak tidak ada di rumah, seharusnya orang tua mulai resah? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berada di benak masyarakat.
Apakah remaja kita sekarang sudah sangat brutal? Jika melihat kegiatan remaja yang mendatangi kompleks perumahan tersebut tentu tidak semua remaja melakukan tindakan kriminal seperti menjarah toko. Lalu apakah orang tua yang patut disalahkan dalam kasus puluhan remaja yang melakukan tindakan kriminal? Tentu tidak.
Karena peran lingkungan luar (eksternal) juga akan memengaruhi, bahkan mungkin lebih kuat. Orang tua atau keluarga (internal) sepatutnya membentengi dengan etika dan moral. Dengan benteng etika dan moral (biasanya melalui pendidikan agama) maka akan ada filter jika pengaruh negatif luar memasuki seorang remaja.
Lingkungan sosial pun harus membuat sebuah ekosistem yang positif buat anak-anak remaja. Membuat kegiatan karang taruna (yang mungkin saat ini jarang didengar di perkotaan) salah satu menyalurkan energi remaja yang tengah membuncah.
Peran ketua lingkungan (RT, RW maupun Lurah) sangat dibutuhkan dalam hal ini. Sehingga anak-anak remaja di lingkungannya bisa mendapat saluran kegiatan yang lebih positf. Membuat organisasi di lingkungan hingga menghadirkan kegiatan lingkungan juga harus didukung oleh masyarakat sekitar.
Tujuannya adalah menyalurkan energi para remaja tersebut ke arah yang lebih positif. Jika tidak, bukan tidak mungkin mereka hanya sekadar nongkrong di suatu tempat hingga pag hari dan melakukan tindakan-tindakan di luar etika dan moral.
Aparat polisi pun harus berani tegas. Hukuman tetap harus diberikan tentu dengan memperhatikan psikologis para remaja tersebut. Karena para remaja masih mempunyai masa depan yang panjang dan masih bisa dibina dengan baik. Hukuma agar ada efek jera para remaja tersebut tapi hukuman yang membuat masa depan mereka semakin suram juga bukan langkah yang bijak.
Yang laki-laki berbaju koko, celana panjang, bersandal dan sebagian mengenakan peci. Sedangkan yang perempuan mengenakan jilbab. Mereka tampak rapi dan mengucapkan salam kepada penjaga kompleks. Ada sedikit perbincangan sebelum mereka benar-benar memasuki kompleks perumahan tersebut.
Rombongan remaja tersebut mengetuk pintu sebuah rumah di kompleks tersebut sambil mengucapkan salam. Mereka adalah sekelompok karang taruna di wilayah kompleks perumahan tersebut. Tujuan mereka adalah mengumpulkan dana untuk kegiatan keagamaan pada akhir Januari 2018 nanti.
Mereka tampak sopan menjelaskan kegiatan keagamaan tersebut dan mengucapkan terima kasih setiap si empu rumah memberikan sumbangan uang.
Pemandangan lain, sekelompok remaja yang jumlahnya puluhan pada dini hari Minggu 24 Desember 2017 menggunakan sepeda motor berkonvoi di jalanan. Bukan hanya laki-laki, perempuan juga tampak menyertai laki-laki mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm.
Beberapa senjata tajam terselip dan ketika melihat sebuah toko baju yang buka 24 jam. Melihat toko masih terang benderang mereka memasuki toko tersebut bukan untuk berbelanja, tapi malah menjarah. Dengan ancaman senjata tajam petugas toko hanya bisa pasrah. Baju, celana, dan jaket dijarah oleh para remaja tersebut.
Bukan hanya satu atau dua, bahkan nilainya mencapai belasan juta rupiah. Dalam rekaman CCTV yang tersebar, mereka tanpa segan menjarah dan seorang perempuan anggota kelompok tersebut nmenenteng senjata tajam dan ikut membawa beberapa baju. Bersyukur, aparat kepolisian bisa menangkap para remaja pelaku penjarahan tersebut. Puluhan remaja penjarah tersebut ditangkap polisi di beberapa lokasi.
Kejadian di atas membuat kita semua miris. Betapa anak remaja saat ini mudah sekali melakukan tindakan kriminal. Entah apakah dulu sudah ada tapi belum tersebar melalui media, tapi setidaknya aksi beberapa hari yang lalu sungguh membuat geram masyarakat.
Logika sederhana adalah bagaimana orang tua mereka membiarkan anak-anak remajanya keluar hingga dini hari tanpa terpantau? Bukankah jika anak tidak ada di rumah, seharusnya orang tua mulai resah? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berada di benak masyarakat.
Apakah remaja kita sekarang sudah sangat brutal? Jika melihat kegiatan remaja yang mendatangi kompleks perumahan tersebut tentu tidak semua remaja melakukan tindakan kriminal seperti menjarah toko. Lalu apakah orang tua yang patut disalahkan dalam kasus puluhan remaja yang melakukan tindakan kriminal? Tentu tidak.
Karena peran lingkungan luar (eksternal) juga akan memengaruhi, bahkan mungkin lebih kuat. Orang tua atau keluarga (internal) sepatutnya membentengi dengan etika dan moral. Dengan benteng etika dan moral (biasanya melalui pendidikan agama) maka akan ada filter jika pengaruh negatif luar memasuki seorang remaja.
Lingkungan sosial pun harus membuat sebuah ekosistem yang positif buat anak-anak remaja. Membuat kegiatan karang taruna (yang mungkin saat ini jarang didengar di perkotaan) salah satu menyalurkan energi remaja yang tengah membuncah.
Peran ketua lingkungan (RT, RW maupun Lurah) sangat dibutuhkan dalam hal ini. Sehingga anak-anak remaja di lingkungannya bisa mendapat saluran kegiatan yang lebih positf. Membuat organisasi di lingkungan hingga menghadirkan kegiatan lingkungan juga harus didukung oleh masyarakat sekitar.
Tujuannya adalah menyalurkan energi para remaja tersebut ke arah yang lebih positif. Jika tidak, bukan tidak mungkin mereka hanya sekadar nongkrong di suatu tempat hingga pag hari dan melakukan tindakan-tindakan di luar etika dan moral.
Aparat polisi pun harus berani tegas. Hukuman tetap harus diberikan tentu dengan memperhatikan psikologis para remaja tersebut. Karena para remaja masih mempunyai masa depan yang panjang dan masih bisa dibina dengan baik. Hukuma agar ada efek jera para remaja tersebut tapi hukuman yang membuat masa depan mereka semakin suram juga bukan langkah yang bijak.
(whb)