Made in China

Senin, 18 Desember 2017 - 07:08 WIB
Made in China
Made in China
A A A
Joni Hermana
Staf Pengajar ITS Surabaya

SAYA tidak terlalu ya­kin apa­­kah Anda se­pen­dapat de­­ngan sa­ya, namun per­ca­y­a­kah An­da dengan pen­da­pat ”ti­­ada hari tanpa produk ne­­ge­­ri Chi­na dalam ke­hi­dup­an ki­ta?” Co­ba simak ba­gai­mana su­litnya s­e­orang ibu bernama Sa­ra Bo­­ngi­or­ni beserta ke­lua­r­ga­­nya di Ame­rika Serikat ber­­juang se­la­ma setahun un­tuk ti­dak meng­gu­na­kan barang yang berbau Chi­­na. Pe­nga­la­man luar bia­sa ini dia tulis da­lam bu­ku­nya yang be­r­judul A Year Wi­thout ”Made in Chi­na”. Atas eksperimennya itu, dia ter­nyata harus ber­­ji­ba­ku, ber­ken­daraan da­ri mal ke mal se­ke­dar me­n­cari se­buah ko­lam re­nang plastik un­tuk anaknya.

Bayangkan! Ini sekadar un­­tuk menggambarkan bah­wa ti­dak mudahnya ki­ta melepaskan di­ri dari b­a­rang buatan China da­lam keh­idupan keseharian ki­ta, bahkan untuk negara ma­ju se­kelas AS sekalipun.

Produk buatan negeri China su­dah merasuk ke da­lam semua sen­di ke­h­i­dup­an kita; di rumah, di se­ko­lah, tempat kerja, dan di mana-mana. Kalau bulan pun ada penduduknya, sudah dipas­ti­kan ada buatan negeri China di sa­na, he.. he.. Tak terkecuali kota suci Mekkah sekalipun. Lihat sa­ja semua pernak-pernik per­alat­an ibadah umat Islam yang ada, hampir semua berasal dari N­e­geri Naga ini! Ada tasbih, sa­ja­dah, kafiah, peralatan salat, ma­l­ah Alquran sekalipun, se­mua tertulis ”made in China ”.

Anehnya, walaupun produk me­reka ini sudah menjadi kes­e­ha­ri­an dalam hidup kita, ma­yo­ri­tas bangsa kita pasti akan me­ra­sa gamang kalau diminta u­n­tuk memakai, apalagi membeli, pro­duk berteknologi cang­gih da­ri negeri China. Se­tidaknya ki­ta akan ber­ta­nya masygul apa be­neran ya ? Sebab, branding pro­duk buatan China yang ter­­ta­nam dalam benak ki­ta selama ini adalah untuk ba­rang remeh-t­e­meh dan - per­lu juga dicatat - yang mu­dah rusak.

Wajarlah ketika kem­u­di­a­n Chi­na menampilkan produk-pro­duk mereka yang ber­tek­no­lo­gi tinggi dan modern di negara kita, ba­nyak orang yang me­ra­gu­­kan keandalannya. De­mi­­ki­an, orang-orang ber­ta­nya ke­ti­ka mulai banyak in­frastruktur di­ba­ngun oleh kontraktor Chi­n­a. La­lu, orang-orang juga ­ber­ta­nya ketika kereta cepat di­b­­a­ngun mereka. Tidak ke­ting­­gal­an orang-orang ju­ga bertanya ke­tika pem­bang­kit listrik di­ba­ngun me­reka... beneran nih ?

Untuk menjawab ke­ra­gu­an se­p­erti ini, tidak sa­lah kalau di­rek­si PLN meng­ajak akademisi dan pa­ra insan media mengun­jungi pabrikan di China yang me­laksanakan pro­yek pem­bang­­kit di In­do­ne­sia saat awal De­sember b­e­be­rapa saat lalu. Apa yang di­li­hat memang sa­ngat berbeda de­ngan apa yang di­bayangkan se­be­lumnya. Ne­ge­ri China telah men­jelma me­n­ja­di negara de­ngan kemampuan tek­n­ologi cang­gih dan terkini. Se­muanya te­lah mereka kuasai. Sung­guh luar biasa! Ini sesuai de­ngan misi mereka yang ingin men­ja­di­kan semuanya ”made in Chi­na ” pada 2025.

China ingin meng­ubah wajah brandingnya ti­dak se­kadar negara penghasil ba­rang kelontongan, tetapi juga ba­­rang berkualitas dengan di­men­­si teknologi tinggi, cang­gih, dan terkini. Penguasaan yang bahkan menembus ke tek­no­­logi luar angkasa. Tam­pak­nya cita-cita itu akan mudah ter­wu­­jud dengan kesiapan in­fra­struk­­tur dan sumber daya ma­nu­­sia yang mereka miliki.

Yang mengagumkan juga ada­lah peran pemerintah yang de­mikian besar (baca: negara ha­dir!) untuk menjamin ke­ber­lan­jutan produk-produk ind­us­tri­nya, China telah menggelar ga­ris imajiner ”New Silk Road ” un­tuk memastikan aktivitas eko­nomi mereka jalan dan ber­lan­jut. Ini semua dengan me­man­faatkan potensi pasar yang ada di negara-negara Jalur Sutra me­reka, dari barat sampai timur dan dari utara sampai selatan du­nia...(jadi ngiri melihat triple he­lix A-B-G mereka!)

Melihat beragam teknologi mo­dern yang telah dikuasai bang­sa China, dapat disim­pul­kan bahwa dari aspek teknis, se­be­tulnya produk mereka tidak ada masalah. China hari ini bu­kan lagi China yang kemarin! Ar­ti­nya keraguan dalam ke­an­dal­an teknologi mereka akan hi­lang dengan sendirinya sejalan d­e­ngan waktu dan pengalaman.

Toh, kita belajar, bagaimana k­e­tika tahun 1960-70an dunia nyi­nyir terhadap mobil ”ka­leng” buatan Jepang yang mulai ma­suk pasar ”menyaingi” mobil-mobil perkasa buatan Ame­rika dan Eropa yang saat itu me­rajai di jalan-jalan raya. Na­mun, seiring perjalanan waktu, ke­g­igihan dan inovasi yang te­rus dilakukan produsen Je­pang, mereka kemudian di­te­ri­ma bahkan digemari banyak orang. Sekarang Indonesia ter­ma­suk negara dengan pe­r­sen­ta­se pemakai mobil Jepang ter­be­sar di dunia di samping Jepang itu sendiri!

Belajar dari pengalaman itu, tek­nologi tinggi buatan negeri Chi­na pun akan mengalami fase dan pola yang serupa dalam me­ma­suki pasar di negara kita.
SAYA tidak terlalu ya­kin apa­­kah Anda se­pen­dapat de­­ngan sa­ya, namun per­ca­y­a­kah An­da dengan pen­da­pat ”ti­­ada hari tanpa produk ne­­ge­­ri Chi­na dalam ke­hi­dup­an ki­ta?”
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9367 seconds (0.1#10.140)