Made in China
A
A
A
Joni Hermana
Staf Pengajar ITS Surabaya
SAYA tidak terlalu yakin apakah Anda sependapat dengan saya, namun percayakah Anda dengan pendapat ”tiada hari tanpa produk negeri China dalam kehidupan kita?” Coba simak bagaimana sulitnya seorang ibu bernama Sara Bongiorni beserta keluarganya di Amerika Serikat berjuang selama setahun untuk tidak menggunakan barang yang berbau China. Pengalaman luar biasa ini dia tulis dalam bukunya yang berjudul A Year Without ”Made in China”. Atas eksperimennya itu, dia ternyata harus berjibaku, berkendaraan dari mal ke mal sekedar mencari sebuah kolam renang plastik untuk anaknya.
Bayangkan! Ini sekadar untuk menggambarkan bahwa tidak mudahnya kita melepaskan diri dari barang buatan China dalam kehidupan keseharian kita, bahkan untuk negara maju sekelas AS sekalipun.
Produk buatan negeri China sudah merasuk ke dalam semua sendi kehidupan kita; di rumah, di sekolah, tempat kerja, dan di mana-mana. Kalau bulan pun ada penduduknya, sudah dipastikan ada buatan negeri China di sana, he.. he.. Tak terkecuali kota suci Mekkah sekalipun. Lihat saja semua pernak-pernik peralatan ibadah umat Islam yang ada, hampir semua berasal dari Negeri Naga ini! Ada tasbih, sajadah, kafiah, peralatan salat, malah Alquran sekalipun, semua tertulis ”made in China ”.
Anehnya, walaupun produk mereka ini sudah menjadi keseharian dalam hidup kita, mayoritas bangsa kita pasti akan merasa gamang kalau diminta untuk memakai, apalagi membeli, produk berteknologi canggih dari negeri China. Setidaknya kita akan bertanya masygul apa beneran ya ? Sebab, branding produk buatan China yang tertanam dalam benak kita selama ini adalah untuk barang remeh-temeh dan - perlu juga dicatat - yang mudah rusak.
Wajarlah ketika kemudian China menampilkan produk-produk mereka yang berteknologi tinggi dan modern di negara kita, banyak orang yang meragukan keandalannya. Demikian, orang-orang bertanya ketika mulai banyak infrastruktur dibangun oleh kontraktor China. Lalu, orang-orang juga bertanya ketika kereta cepat dibangun mereka. Tidak ketinggalan orang-orang juga bertanya ketika pembangkit listrik dibangun mereka... beneran nih ?
Untuk menjawab keraguan seperti ini, tidak salah kalau direksi PLN mengajak akademisi dan para insan media mengunjungi pabrikan di China yang melaksanakan proyek pembangkit di Indonesia saat awal Desember beberapa saat lalu. Apa yang dilihat memang sangat berbeda dengan apa yang dibayangkan sebelumnya. Negeri China telah menjelma menjadi negara dengan kemampuan teknologi canggih dan terkini. Semuanya telah mereka kuasai. Sungguh luar biasa! Ini sesuai dengan misi mereka yang ingin menjadikan semuanya ”made in China ” pada 2025.
China ingin mengubah wajah brandingnya tidak sekadar negara penghasil barang kelontongan, tetapi juga barang berkualitas dengan dimensi teknologi tinggi, canggih, dan terkini. Penguasaan yang bahkan menembus ke teknologi luar angkasa. Tampaknya cita-cita itu akan mudah terwujud dengan kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia yang mereka miliki.
Yang mengagumkan juga adalah peran pemerintah yang demikian besar (baca: negara hadir!) untuk menjamin keberlanjutan produk-produk industrinya, China telah menggelar garis imajiner ”New Silk Road ” untuk memastikan aktivitas ekonomi mereka jalan dan berlanjut. Ini semua dengan memanfaatkan potensi pasar yang ada di negara-negara Jalur Sutra mereka, dari barat sampai timur dan dari utara sampai selatan dunia...(jadi ngiri melihat triple helix A-B-G mereka!)
Melihat beragam teknologi modern yang telah dikuasai bangsa China, dapat disimpulkan bahwa dari aspek teknis, sebetulnya produk mereka tidak ada masalah. China hari ini bukan lagi China yang kemarin! Artinya keraguan dalam keandalan teknologi mereka akan hilang dengan sendirinya sejalan dengan waktu dan pengalaman.
Toh, kita belajar, bagaimana ketika tahun 1960-70an dunia nyinyir terhadap mobil ”kaleng” buatan Jepang yang mulai masuk pasar ”menyaingi” mobil-mobil perkasa buatan Amerika dan Eropa yang saat itu merajai di jalan-jalan raya. Namun, seiring perjalanan waktu, kegigihan dan inovasi yang terus dilakukan produsen Jepang, mereka kemudian diterima bahkan digemari banyak orang. Sekarang Indonesia termasuk negara dengan persentase pemakai mobil Jepang terbesar di dunia di samping Jepang itu sendiri!
Belajar dari pengalaman itu, teknologi tinggi buatan negeri China pun akan mengalami fase dan pola yang serupa dalam memasuki pasar di negara kita.
SAYA tidak terlalu yakin apakah Anda sependapat dengan saya, namun percayakah Anda dengan pendapat ”tiada hari tanpa produk negeri China dalam kehidupan kita?”
Staf Pengajar ITS Surabaya
SAYA tidak terlalu yakin apakah Anda sependapat dengan saya, namun percayakah Anda dengan pendapat ”tiada hari tanpa produk negeri China dalam kehidupan kita?” Coba simak bagaimana sulitnya seorang ibu bernama Sara Bongiorni beserta keluarganya di Amerika Serikat berjuang selama setahun untuk tidak menggunakan barang yang berbau China. Pengalaman luar biasa ini dia tulis dalam bukunya yang berjudul A Year Without ”Made in China”. Atas eksperimennya itu, dia ternyata harus berjibaku, berkendaraan dari mal ke mal sekedar mencari sebuah kolam renang plastik untuk anaknya.
Bayangkan! Ini sekadar untuk menggambarkan bahwa tidak mudahnya kita melepaskan diri dari barang buatan China dalam kehidupan keseharian kita, bahkan untuk negara maju sekelas AS sekalipun.
Produk buatan negeri China sudah merasuk ke dalam semua sendi kehidupan kita; di rumah, di sekolah, tempat kerja, dan di mana-mana. Kalau bulan pun ada penduduknya, sudah dipastikan ada buatan negeri China di sana, he.. he.. Tak terkecuali kota suci Mekkah sekalipun. Lihat saja semua pernak-pernik peralatan ibadah umat Islam yang ada, hampir semua berasal dari Negeri Naga ini! Ada tasbih, sajadah, kafiah, peralatan salat, malah Alquran sekalipun, semua tertulis ”made in China ”.
Anehnya, walaupun produk mereka ini sudah menjadi keseharian dalam hidup kita, mayoritas bangsa kita pasti akan merasa gamang kalau diminta untuk memakai, apalagi membeli, produk berteknologi canggih dari negeri China. Setidaknya kita akan bertanya masygul apa beneran ya ? Sebab, branding produk buatan China yang tertanam dalam benak kita selama ini adalah untuk barang remeh-temeh dan - perlu juga dicatat - yang mudah rusak.
Wajarlah ketika kemudian China menampilkan produk-produk mereka yang berteknologi tinggi dan modern di negara kita, banyak orang yang meragukan keandalannya. Demikian, orang-orang bertanya ketika mulai banyak infrastruktur dibangun oleh kontraktor China. Lalu, orang-orang juga bertanya ketika kereta cepat dibangun mereka. Tidak ketinggalan orang-orang juga bertanya ketika pembangkit listrik dibangun mereka... beneran nih ?
Untuk menjawab keraguan seperti ini, tidak salah kalau direksi PLN mengajak akademisi dan para insan media mengunjungi pabrikan di China yang melaksanakan proyek pembangkit di Indonesia saat awal Desember beberapa saat lalu. Apa yang dilihat memang sangat berbeda dengan apa yang dibayangkan sebelumnya. Negeri China telah menjelma menjadi negara dengan kemampuan teknologi canggih dan terkini. Semuanya telah mereka kuasai. Sungguh luar biasa! Ini sesuai dengan misi mereka yang ingin menjadikan semuanya ”made in China ” pada 2025.
China ingin mengubah wajah brandingnya tidak sekadar negara penghasil barang kelontongan, tetapi juga barang berkualitas dengan dimensi teknologi tinggi, canggih, dan terkini. Penguasaan yang bahkan menembus ke teknologi luar angkasa. Tampaknya cita-cita itu akan mudah terwujud dengan kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia yang mereka miliki.
Yang mengagumkan juga adalah peran pemerintah yang demikian besar (baca: negara hadir!) untuk menjamin keberlanjutan produk-produk industrinya, China telah menggelar garis imajiner ”New Silk Road ” untuk memastikan aktivitas ekonomi mereka jalan dan berlanjut. Ini semua dengan memanfaatkan potensi pasar yang ada di negara-negara Jalur Sutra mereka, dari barat sampai timur dan dari utara sampai selatan dunia...(jadi ngiri melihat triple helix A-B-G mereka!)
Melihat beragam teknologi modern yang telah dikuasai bangsa China, dapat disimpulkan bahwa dari aspek teknis, sebetulnya produk mereka tidak ada masalah. China hari ini bukan lagi China yang kemarin! Artinya keraguan dalam keandalan teknologi mereka akan hilang dengan sendirinya sejalan dengan waktu dan pengalaman.
Toh, kita belajar, bagaimana ketika tahun 1960-70an dunia nyinyir terhadap mobil ”kaleng” buatan Jepang yang mulai masuk pasar ”menyaingi” mobil-mobil perkasa buatan Amerika dan Eropa yang saat itu merajai di jalan-jalan raya. Namun, seiring perjalanan waktu, kegigihan dan inovasi yang terus dilakukan produsen Jepang, mereka kemudian diterima bahkan digemari banyak orang. Sekarang Indonesia termasuk negara dengan persentase pemakai mobil Jepang terbesar di dunia di samping Jepang itu sendiri!
Belajar dari pengalaman itu, teknologi tinggi buatan negeri China pun akan mengalami fase dan pola yang serupa dalam memasuki pasar di negara kita.
SAYA tidak terlalu yakin apakah Anda sependapat dengan saya, namun percayakah Anda dengan pendapat ”tiada hari tanpa produk negeri China dalam kehidupan kita?”
(kri)