AM Fatwa, Pengkritik Rezim Zalim yang Konsisten

Kamis, 14 Desember 2017 - 19:03 WIB
AM Fatwa, Pengkritik...
AM Fatwa, Pengkritik Rezim Zalim yang Konsisten
A A A
JAKARTA - Siapa tak kenal Andi Mappetahang Fatwa atau AM Fatwa. Nama pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 78 tahun lalu itu tak pernah redup sejak era Orde Lama hingga Orde Baru.

Berperawakan kecil, pidato berapi-api, Fatwa dikenal sebagai ulama kritis. Dari mimbar khutbah dan pengajian, forum akademis, hingga dari balik jeruji penjara, Fatwa secara konsisten melakukan kritik terhadap kebijakan represif pemerintah.

Persitwa Tanjung Priok 1984 adalah salah satu peristiwa besar yang dikritik habis oleh Fatwa. Bersama dengan kelompok kerja petisi 50, Fatwa menerbitkan pernyataan sikap Lembaran Putih Peristiwa Tanjung Priok 12 September 1948.

Melalui pernyataan sikap itu, kelompok Petisi 50 itu menolak pernyataan pemerintah yang menyatakan jumlah korban tewas dari tragedi Tanjung Priok sebanyak 9 orang. Pernyataan sikap itu juga menyebut tragedi Tanjung Priok terjadi karena penyimpangan penguasa dalam pengamalan ketentuan-ketentuan dalam Pancasila.

Fatwa juga kritis di mimbar-mimbar khutbah. Melalui forum tradisional umat Islam itu, fatwa kerap menyampaikan khutbah politik yang kritis terhadap Orde Baru. Tak heran bila pria yang masa mudanya aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini menghabiskan waktu selama 12 tahun di balik jeruji besi.

Sejak usia belia, Fatwa aktif berorganisasi. Dia pernah aktif di PII, GPII, HMI, dan Muhammadiyah. Dia memprakarsai pembentukan Keluarga Besar PII sebagai Penasihat dan kini Dewan Kehormatan. Demikian juga di KAHMI, Fatwa pernah jadi Wakil Ketua dan Dewan Penasihat. Fatwa juga tercatat sebagai Dewan Kehormatan ICMI.

Fatwa mengenyam pendidikan tinggi di IAIN Jakarta (kini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Fakultas Dakwah (1960-1965). Fatwa tercatat sebagai Ketua Senat dan Anggota Dewan Mahasiswa IAIN dan juga merupakan perintis terbentuknya HMI Komisariat IAIN dan Cabang Ciputat.

Selain dikenal sebagai ulama dan politisi, Fatwa juga pernah aktif sebagai militer. Karirnya di militer dimulai saat Fatwa mendapat beasiswa ikatan dinas dari ALRI dan menjabat Ketua Korps Pelajar Calon Perwira AL Komisariat Jakarta.

Fatwa mengikuti Sekolah Dasar Perwira Komando (Seeaspako) V/1967 KKO AL, namun tidak berlanjut sebagai Perwira AL. Karirnya di militer dihabiskan sebagai Imam Tentara yang menjabat Kepala Dinas Rohani Islam Pusat Pendidikan Tamtama, merangkap Kepala Penerangan di Gunung Sari, Surabaya.

Akhir karir Fatwa di militer menjabat Wakil Kepala Dinas Rohani Islam Komando Wilayah Timur KKO AL di Surabaya hingga akhir tahun 1969. Pada 1970 Fatwa diperbantukan kepada Gubernur DKI Jakarta, Letjen KKO AL Ali Sadikin, di bidang agama dan politik.

Di akhir masa hidupnya, Fatwa berkarir sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah perwakilan DKI Jakarta. Sebelumnya, dia sempat menjadi Staf Khusus Menteri Agama, mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) bersama Amien Rais dan menjadi anggota DPR RI.

AM Fatwa meninggal dunia pada Kamis, 14 Desember 2017 akibat penyakit liver stadium 4 yang dideritanya. Meninggal dunia pada usia 78 tahun, Fatwa meninggalkan lima anak.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1337 seconds (0.1#10.140)