BNPB Mencatat 95% Bencana di Indonesia Hidro Metereologi
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sepanjang tahun 2017 jumlah bencana yang terjadi di Indonesia mencapai 2.175 kejadian. Dari jumlah tersebut 95% merupakan bencana yang dipengaruhi oleh cuaca seperti banjir, longsor, kekeringan, puting beliung hingga kebakaran hutan.
“Kalau kita melihat trennya makin naik, 95% bencana di Indonesia adalah bencana hidro meteorologi,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Selasa (5/12/2017).
Data BNPB per Desember 2017 juga menyebutkan, jumlah korban jiwa akibat bencana mencapai 335 orang, korban luka 969 orang dan masyarakat yang mengungsi mencapai 3,2 juta. Sementara kerusakan bangunan akibat bencana sepanjang 2017 mencapai 31.746.
Rentannya Indonesia terjadi bencana hidro metereologi, menurut Sutopo, karena adanya kerusakan ekologi yang cukup parah di tengah masyarakat. Hal ini ditandai dengan kerusakan hutan, degradasi lahan, meluasnya DAS kritis, kerusakan sungai, hingga kurangnya budaya sadar bencana masyarakat Indonesia telah menyebabkan meningkatnya bencana hidro meteorologi.
“Sebagai gambaran, laju deforestasi, kerusakan hutan di Indonesia masih sekitar 750 ribu hektar pertahun. Sementara kemampuan pemerintah untuk melakukan rehabilitasi hutan dan lahan, baru mencapai maksimum 250 ribu hektar pertahun. Otomatis ada defisit, setengah juta hektar pertahun,” tutur Sutopo.
Sutopo berharap, di tengah kerentanan Indonesia dalam hal bencana disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk sadar akan bahaya bencana. Serta mencegah dengan menjaga lingkungan yang ada di sekitarnya.
“Karena kalau ini terakumulasi (potensi bencana) ketika terjadi hujan cukup deras, apalagi hujan deras terjadi longsor, banjir. Apalagi jutaan masyarakat Indonesia tinggal di daerah rawan bencana,” tambah Sutopo.
“Kalau kita melihat trennya makin naik, 95% bencana di Indonesia adalah bencana hidro meteorologi,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Selasa (5/12/2017).
Data BNPB per Desember 2017 juga menyebutkan, jumlah korban jiwa akibat bencana mencapai 335 orang, korban luka 969 orang dan masyarakat yang mengungsi mencapai 3,2 juta. Sementara kerusakan bangunan akibat bencana sepanjang 2017 mencapai 31.746.
Rentannya Indonesia terjadi bencana hidro metereologi, menurut Sutopo, karena adanya kerusakan ekologi yang cukup parah di tengah masyarakat. Hal ini ditandai dengan kerusakan hutan, degradasi lahan, meluasnya DAS kritis, kerusakan sungai, hingga kurangnya budaya sadar bencana masyarakat Indonesia telah menyebabkan meningkatnya bencana hidro meteorologi.
“Sebagai gambaran, laju deforestasi, kerusakan hutan di Indonesia masih sekitar 750 ribu hektar pertahun. Sementara kemampuan pemerintah untuk melakukan rehabilitasi hutan dan lahan, baru mencapai maksimum 250 ribu hektar pertahun. Otomatis ada defisit, setengah juta hektar pertahun,” tutur Sutopo.
Sutopo berharap, di tengah kerentanan Indonesia dalam hal bencana disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk sadar akan bahaya bencana. Serta mencegah dengan menjaga lingkungan yang ada di sekitarnya.
“Karena kalau ini terakumulasi (potensi bencana) ketika terjadi hujan cukup deras, apalagi hujan deras terjadi longsor, banjir. Apalagi jutaan masyarakat Indonesia tinggal di daerah rawan bencana,” tambah Sutopo.
(kri)