Potensi Rokok Alternatif

Selasa, 21 November 2017 - 09:32 WIB
Potensi Rokok Alternatif
Potensi Rokok Alternatif
A A A
Konstantinos Farsalinos
Ahli Jantung dan Peneliti di Onassis Cardiac Surgery Center di Athena, Yunadi dan Departement of Pharmacy, Universitas of Patras, Yunani

SAAT ini Indonesia me­ru­pa­kan negara dengan jumlah pe­rokok terbesar kelima di dunia, dengan angka men­c­a­pai 57 juta jiwa. Pada saat yang ber­samaan, sektor kesehatan pub­lik tengah mengalami te­r­o­bos­an teknologi yang belum per­nah terjadi sebelumnya dan se­cara substansial berpotensi mem­perpanjang umur kon­sumen rokok (perokok aktif) dan orang-orang di sekitarnya (pe­rokok pasif).

Berdasarkan data Ke­men­te­ri­an Kesehatan Republik Ind­o­ne­sia, prevalensi rokok di ne­ga­ra ini tidak juga mengalami pe­nu­runan dalam 20 tahun ter­akhir. Artinya, kendatipun pe­me­rintah telah berupaya me­ngu­rangi konsumsi rokok me­la­lui berbagai kebijakan dan kam­pa­nye kesehatan, hasilnya ma­sih belum sesuai harapan. Namun, belakangan muncul ber­bagai jenis produk temb­a­kau dan nikotin alternatif se­per­ti rokok elektrik atau vape, ni­ko­tin tempel, snus, dan pro­duk tembakau yang di­pa­nas­kan bukan-dibakar (heat-not-burn).

Produk-produk tersebut sama-sama mengandung ni­ko­tin, tetapi dikonsumsi tanpa pro­ses pembakaran layaknya pa­da rokok konvensional. Eli­mi­nasi proses pembakaran ini ber­potensi menurunkan risiko ke­sehatan secara signifikan. Pada tahun 2015, Public Health England (PHE)—se­buah badan kesehatan in­de­pen­den di bawah Kementerian Ke­se­hatan Inggris, menyatakan bah­wa produk tembakau yang di­p­anaskan menurunkan risiko ke­sehatan hingga 95%. Pe­ne­li­ti­an tersebut lebih jauh men­je­la­s­kan bahwa komponen yang be­r­bahaya dari rokok adalah TAR, yang merupakan hasil dari pro­ses pembakaran tembakau.

Se­mentara itu, nikotin yang se­ring di­anggap sebagai kom­po­nen ro­kok paling berbahaya pa­da da­sar­nya hanya menye­bab­kan efek kecanduan, bukan pe­mi­cu uta­ma masalah kese­hat­an. Ba­nyak yang tidak tahu bah­wa ni­ko­tin juga sebenarnya ter­k­an­dung di dalam tomat, ken­tang, dan terung. Dengan kata lain, komponen berbahaya dari kon­sumsi rokok adalah proses pembakarannya, bukan nikotin.

Sebuah studi dari George­town University Medical Center Ame­rika Serikat, yang dit­er­bit­kan dalam jurnal of Tobacco Co­n­trol turut mengungkapkan bah­wa jika perokok beralih ke pro­duk tembakau alternatif, 6,6 j­u­ta orang di Amerika Serikat ber­po­tensi dapat terhindarkan da­ri kematian dini. Jika angka ini di­t­erjemahkan ke Asia, khu­sus­nya Indonesia yang saat ini me­mi­liki angka perokok yang se­de­mi­kian tinggi, dapat dib­a­yang­kan berapa besar potensi jutaan ji­w­a yang bisa diselamatkan.

Sebagai salah satu kota yang ber­­potensi mendapatkan ma­n­faat kesehatan besar atas pro­duk tem­bakau alternatif, baru-baru ini Jakarta menjadi tuan ru­mah Asia Harm Reduction Fo­r­um 2017, forum yang mem­per­te­mu­kan pakar pemerhati ke­se­hat­an publik, konsumen pro­duk tem­b­akau alternatif, ser­ta pem­buat kebijakan dari se­l­uruh Asia un­tuk men­dis­ku­si­kan produk tembakau al­ter­na­tif dari tiga as­pek utama: Tren kon­sumsi; Re­gu­lasi; dan Fakta il­miah.

Salah sa­tu yang menjadi fo­kus pem­ba­has­an utama da­lam forum ter­se­but adalah ba­gai­mana regulasi se­yogianya menjembatani, meng­atur serta me­lindungi kon­su­men dalam me­ngonsumsi pro­duk ini, b­u­kan serta-merta me­larang per­edar­annya hanya ka­rena ke­kha­wa­tiran yang da­sarn­ya tidak kuat, apalagi meng­ingat inovasi ini berpotensi me­nye­lamatkan ju­taan jiwa.

Berkaca dari beberapa n­e­ga­ra di dunia seperti Eropa dan Je­pang, pemerintahnya me­ne­rap­kan aturan dalam pere­dar­an, kemas­an, serta batas aman kan­dung­an nikotin. Peraturan di­buat untuk mengawasi ke­ama­­n­an penggunaan produk agar te­pat guna, bukan mem­ba­tasi ak­ses konsumsi. Di Eropa, re­gulasi pro­duk tembakau yang di­te­rap­kan membuat harga ro­kok ele­k­trik lebih murah di­ban­ding­kan ro­kok yang diko­n­sum­si dengan di­bakar.

Dengan de­mi­kian, pe­ro­kok dapat meng­akses pilihan ga­ya hidup yang le­bih rendah ri­si­ko melalui rokok ­elek­trik. Hal ini membantu pe­ro­kok yang b­e­lum mampu ber­hen­ti dari adik­si­nya secara total. Pemerintah Indonesia hen­daknya dapat lebih bijaksana da­lam merumuskan peraturan ter­kait inovasi kesehatan ini. Peng­awasan tentu berperan sa­ngat penting untuk menjamin ke­amanan dalam penggunaan, ta­pi jangan sampai meng­ha­langi potensi manfaat yang di­mi­liki.

Pemerintah juga he­n­dak­nya merujuk pada berbagai fak­ta ilmiah dan penelitian glo­bal yang ada sebagai referensi da­lam meregulasikan ke­bi­jak­an, serta bagaimana berbagai ne­gara di dunia merespons po­ten­si produk alternatif ini. Pada tahun 2015 yang lalu, mi­salnya, lebih dari 50 peneliti ke­se­hatan menulis surat kep­a­da World Health Organization (WHO), di mana dalam surat ter­sebut mereka menekankan pot­ensi yang dimiliki rokok elek­trik sebagai alternatif lebih ren­d­ah risiko untuk mereka yang telah terlanjur adiksi ter­ha­dap rokok.

Tidak bijak ki­ra­nya jika pemerintah membuat per­aturan yang justru meng­ham­bat pengembangan sebuah so­lusi alternatif berdasarkan bias kepentingan pihak-pihak ter­tentu. Ini tidak berarti bahwa produk semacam itu harus ber­kembang tanpa payung hu­kum yang jelas. Berbagai pem­ba­tasan harus tetap di­ber­la­ku­kan dengan ketat untuk me­mas­ti­kan bahwa pengembang­an produk nikotin dan tem­ba­kau alternatif tidak salah arah, mi­salnya pembatasan usia mi­ni­mum harus diberlakukan un­tuk konsumsi produk.

Pemerin­tah juga perlu melakukan peng­awas­an langsung terhadap ba­gai­mana produk diproduksi dan menetapkan standar kese­la­­matan untuk menjamin per­lin­dungan konsumen. Selain menyiapkan ke­rang­ka per­aturan, pemerintah juga per­lu mempromosikan pe­ne­li­ti­an yang lebih luas di Indonesia mengenai dampak penggunaan pro­­duk nikotin dan tembakau alternatif. Penelitian lokal s­e­ma­cam itu akan membantu pemerintah dalam merumuskan ke­b­i­jak­an yang tepat di­se­suai­kan dengan ke­butuhan unik Indonesia.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0879 seconds (0.1#10.140)