Elektabilitas PDIP Dinilai Tak Lepas dari Manuver Jokowi
A
A
A
JAKARTA - Survei yang dirilis CSIS menempatkan elektabilitas dan Popularitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di rangking teratas mengungguli partai-partai lama dan baru lainnya.
Pengamat politik UIN Jakarta, Adi Prayitno mencermati, ada tiga hal untuk menilai PDI-P dalam survei tersebut. Pertama PDIP merupakan partai pengusa, sehingga wajar memiliki popularitas yang tinggi.
"Apalagi PDIP sebagai partai lama, memiliki basis pemilih tradisional yang loyal. Justru aneh, jika PDIP tak populer dan elektabilitasnya rendah," ujar Adi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/11/2017).
Kedua lanjut Adi, elektabilitas PDIP tak lepas dari sosok dan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap berhasil melakukan sejumlah manuver, terutama membangun infrastruktur.
"Jokowi nyatanya mampu memberikan insentif positif secara elektoral kepada PDIP," ungkapnya.
Ketiga kata Adi, menguatnya PDIP dibarengi dengan menurunnya kualitas partai lain seperti Golkar dan Demokrat. Golkar misalnya, setelah selesai rekonsiliasi dualisme kepengurusan, partai beringin tercoreng karena sang ketua umum kerap dikait-kaitkan kasus e-KTP.
"Meski Setnov (ketua umum Golkar) menang Praperadilan, namun citra Golkar terlanjur menurun. Begitupun Demokrat yang kehilangan figur sentral SBY membuat partai ini cenderung jalan di tempat. Sementara figur AHY belum mampu mendongrak Demokrat," pungkasnya.
Pengamat politik UIN Jakarta, Adi Prayitno mencermati, ada tiga hal untuk menilai PDI-P dalam survei tersebut. Pertama PDIP merupakan partai pengusa, sehingga wajar memiliki popularitas yang tinggi.
"Apalagi PDIP sebagai partai lama, memiliki basis pemilih tradisional yang loyal. Justru aneh, jika PDIP tak populer dan elektabilitasnya rendah," ujar Adi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/11/2017).
Kedua lanjut Adi, elektabilitas PDIP tak lepas dari sosok dan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap berhasil melakukan sejumlah manuver, terutama membangun infrastruktur.
"Jokowi nyatanya mampu memberikan insentif positif secara elektoral kepada PDIP," ungkapnya.
Ketiga kata Adi, menguatnya PDIP dibarengi dengan menurunnya kualitas partai lain seperti Golkar dan Demokrat. Golkar misalnya, setelah selesai rekonsiliasi dualisme kepengurusan, partai beringin tercoreng karena sang ketua umum kerap dikait-kaitkan kasus e-KTP.
"Meski Setnov (ketua umum Golkar) menang Praperadilan, namun citra Golkar terlanjur menurun. Begitupun Demokrat yang kehilangan figur sentral SBY membuat partai ini cenderung jalan di tempat. Sementara figur AHY belum mampu mendongrak Demokrat," pungkasnya.
(maf)