Pemuda Pemimpin Perubahan
A
A
A
Dr H Jazuli Juwaini, MA
Ketua Fraksi PKS DPR RI
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan satu titik kisah dari sejarah perjuangan bangsa meraih kemerdekaan. Tanpanya bisa jadi kemerdekaan Indonesia tidak pernah ada.
Dia menandai fase kebangkitan nasional kedua setelah kelahiran Budi Utomo pada 1908 yang kemudian kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Di kemudian hari peristiwa sejarah 28 Oktober 1928 itu kita peringati sebagai Hari Sumpah Pemuda yang intinya menegaskan kesepakatan dan komitmen pemuda dari berbagai daerah di Nusantara untuk berhimpun dalam satu identitas yang sama bernama Indonesia.
Sejak saat itu pemuda selalu hadir dalam setiap episode sejarah bangsa baik pada fase pergerakan dan/atau perjuangan kemerdekaan mau pun dalam rangka mengisi kemerdekaan hingga hari ini. Pemuda selalu tampil dalam memimpin perubahan di negeri ini termasuk dalam setiap episode pergantian (rezim) kepemimpinan nasional.
Berangkat dari preposisi atas eksistensi peran tersebut, pemuda hari ini setidaknya dituntut memiliki dua buah kesadaran sekaligus, yaitu kesadaran sejarah dan kesadaran (sebagai) pemimpin masa depan.
Kesadaran sejarah penting agar pemuda hari ini paham bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar, ditopang oleh konsepsi besar, yang lahir dari pemikiran tokoh-tokoh besar, melalui perjuangan dan pengorbanan yang besar.
Tidak ada bangsa sebesar Indonesia dalam keberagaman dan keseluruhan potensinya. Namun, bangsa yang beragam ini memilih untuk bersatu, meski ada seribu satu alasan untuk bercerai berai. Itu artinya ada kebesaran jiwa, semangat kebersamaan, dan kehendak untuk berjuang dan maju dalam tubuh bangsa ini.
Dus, sudah semestinya generasi penerus bangsa ini adalah orang yang selalu berpikir dan berjiwa besar. Pikiran besar akan menghasilkan karya dan tanggung jawab besar.
Entoh sejarah Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan contoh konkret bagaimana pemuda Indonesia bisa menjadi pelopor dalam mempersatukan Nusantara dalam sebuah nation bernama Indonesia jauh sebelum Indonesia lahir dan memproklamirkan diri sebagai negara merdeka.
Karena itu, tidak berlebihan jika kita katakan dalam diri pemuda Indonesia terdapat gen pemersatu dan pejuang republik.
Kesadaran kedua yang harus dimiliki pemuda adalah kesadaran (sebagai) pemimpin masa depan. Kesadaran ini mengantarkan pemuda pada tanggung jawab untuk mengambil peran, berkontribusi, dan menjadi yang terdepan dalam memimpin perubahan dan memajukan Indonesia.
Ya, para pemuda pelajar, mahasiswa, atau aktivis hari ini harus mengambil tanggung jawab kepemimpinan zaman. Dunia berkembang begitu cepat yang membutuhkan peran-peran akseleratif generasi muda untuk bisa mengendalikan perubahan itu dan mengarahkannya pada kemajuan bersama.
Lambat generasi muda bangsa meresponsnya, bangsa ini akan ketinggalan atau bahkan dilibas oleh laju perubahan yang cepat.
Di antara karakteristik pemimpin yang paling penting adalah kemauan dan kemampuan untuk bergerak dan menggerakkan orang untuk maju dan menjadi problem solver bagi permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsanya.
Inilah tantangan pemuda hari ini yang sekaligus menjadi risalah kehadirannya dari masa ke masa: pemuda yang selalu tampil menjadi pemimpin perubahan.
Menyemai Karakter Kepemimpinan
Untuk memenuhi risalah (ke)pemimpin(an) tersebut, setiap pemuda Indonesia harus menyemai karakter dan kompetensi unggul seorang pemimpin sehingga layak mewarisi kebesaran bangsa ini dan mampu mengarahkannya pada kemajuan.
Pertama, pemuda harus giat mengasah dan meningkatkan kapasitas (semangat, gagasan/pemikiran, keterampilan, karakter) pada level atau size yang besar. Karena amanah kepemimpinan yang diwarisi sangat besar, kalau size kapasitas tidak besar, Anda akan jatuh terpelanting dan mudah di ombang ambing dan dilibas kemajuan zaman.
Kedua, pemuda harus memikirkan hal-hal (urusan) yang strategis dan tidak terjebak pada hal-hal (urusan) yang remeh temeh dan tidak penting untuk kemajuan ke depan.
Karena pemimpin selalu berpikir strategis, berpikir besar, dan memiliki visi jauh ke depan. Lihatlah Bung Karno dan ”bung” pendiri bangsa lain, rata-rata mereka punya visi yang jauh ke depan.
Bung Karno telah memimpikan dan memikirkan Indonesia merdeka sejak 1926 atau sekitar 20 tahunan sebelum Indonesia akhirnya benar-benar merdeka, yaitu saat dia menuliskan gagasan-gagasan kebangsaannya yang kelak dibukukan dengan judul Di Bawah Bendera Revolusi.
Ketiga, pikiran besar dan strategis harus diikuti dengan kreativitas ide dan gagasan yang implementasi untuk kemajuan pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara.
Untuk itu, pemuda dituntut tidak hanya punya pikiran besar, tapi gagal membangun jembatan dengan realitas. Kata yang tepat mewakili jembatan antara ide dan realitas itu adalah karya dan prestasi nyata.
Pemuda hari ini seyogianya aktif memproduksi karya dan prestasi yang menjadikannya layak sebagai pemimpin perubahan bangsa ini di semua level. Benar kata Sayyidina Ali, "Laisal fataa man yaquulu ‘haadzaa abii’, walaakinnal fataa man yaquulu ‘haa anaa dzaa’". Artinya: ”Bukanlah seorang pemuda yang mengatakan ‘Ini Bapakku’, tetapi yang dikatakan pemuda adalah mereka yang mengatakan ‘Inilah (karya dan prestasi) Aku’.”
Keempat, pemuda harus senantiasa meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dalam mengartikulasikan gagasan serta kemampuan membangun jejaring yang luas sebagai sarana pertukaran, kontestasi, dan implementasi ide dan gagasan besar.
Kelima, pemuda harus senantiasa mengasah dan meningkatkan kepekaan dan kepedulian (awareness) terhadap persoalan-persoalan umat, rakyat, bangsa, dan negara. Sebagian besar pikiran dan tenaga pemimpin akan dicurahkan untuk menyelesaikan masalah dan problematika rakyatnya.
Akhirnya, kita sampai pada kesimpulan bahwa momentum Sumpah Pemuda ini sudah semestinya menjadi pengingat bagi bangsa ini untuk memberikan ruang seluasluasnya bagi tumbuhnya karya, prestasi, dan partisipasi generasi muda dalam pembangunan.
Inilah satu-satunya cara kita untuk mempersiapkan secara serius dan sebaik mungkin jalan mereka menjadi pemimpin perubahan bagi negeri ini. Tabik Pemuda Indonesia!
Ketua Fraksi PKS DPR RI
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan satu titik kisah dari sejarah perjuangan bangsa meraih kemerdekaan. Tanpanya bisa jadi kemerdekaan Indonesia tidak pernah ada.
Dia menandai fase kebangkitan nasional kedua setelah kelahiran Budi Utomo pada 1908 yang kemudian kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Di kemudian hari peristiwa sejarah 28 Oktober 1928 itu kita peringati sebagai Hari Sumpah Pemuda yang intinya menegaskan kesepakatan dan komitmen pemuda dari berbagai daerah di Nusantara untuk berhimpun dalam satu identitas yang sama bernama Indonesia.
Sejak saat itu pemuda selalu hadir dalam setiap episode sejarah bangsa baik pada fase pergerakan dan/atau perjuangan kemerdekaan mau pun dalam rangka mengisi kemerdekaan hingga hari ini. Pemuda selalu tampil dalam memimpin perubahan di negeri ini termasuk dalam setiap episode pergantian (rezim) kepemimpinan nasional.
Berangkat dari preposisi atas eksistensi peran tersebut, pemuda hari ini setidaknya dituntut memiliki dua buah kesadaran sekaligus, yaitu kesadaran sejarah dan kesadaran (sebagai) pemimpin masa depan.
Kesadaran sejarah penting agar pemuda hari ini paham bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar, ditopang oleh konsepsi besar, yang lahir dari pemikiran tokoh-tokoh besar, melalui perjuangan dan pengorbanan yang besar.
Tidak ada bangsa sebesar Indonesia dalam keberagaman dan keseluruhan potensinya. Namun, bangsa yang beragam ini memilih untuk bersatu, meski ada seribu satu alasan untuk bercerai berai. Itu artinya ada kebesaran jiwa, semangat kebersamaan, dan kehendak untuk berjuang dan maju dalam tubuh bangsa ini.
Dus, sudah semestinya generasi penerus bangsa ini adalah orang yang selalu berpikir dan berjiwa besar. Pikiran besar akan menghasilkan karya dan tanggung jawab besar.
Entoh sejarah Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan contoh konkret bagaimana pemuda Indonesia bisa menjadi pelopor dalam mempersatukan Nusantara dalam sebuah nation bernama Indonesia jauh sebelum Indonesia lahir dan memproklamirkan diri sebagai negara merdeka.
Karena itu, tidak berlebihan jika kita katakan dalam diri pemuda Indonesia terdapat gen pemersatu dan pejuang republik.
Kesadaran kedua yang harus dimiliki pemuda adalah kesadaran (sebagai) pemimpin masa depan. Kesadaran ini mengantarkan pemuda pada tanggung jawab untuk mengambil peran, berkontribusi, dan menjadi yang terdepan dalam memimpin perubahan dan memajukan Indonesia.
Ya, para pemuda pelajar, mahasiswa, atau aktivis hari ini harus mengambil tanggung jawab kepemimpinan zaman. Dunia berkembang begitu cepat yang membutuhkan peran-peran akseleratif generasi muda untuk bisa mengendalikan perubahan itu dan mengarahkannya pada kemajuan bersama.
Lambat generasi muda bangsa meresponsnya, bangsa ini akan ketinggalan atau bahkan dilibas oleh laju perubahan yang cepat.
Di antara karakteristik pemimpin yang paling penting adalah kemauan dan kemampuan untuk bergerak dan menggerakkan orang untuk maju dan menjadi problem solver bagi permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsanya.
Inilah tantangan pemuda hari ini yang sekaligus menjadi risalah kehadirannya dari masa ke masa: pemuda yang selalu tampil menjadi pemimpin perubahan.
Menyemai Karakter Kepemimpinan
Untuk memenuhi risalah (ke)pemimpin(an) tersebut, setiap pemuda Indonesia harus menyemai karakter dan kompetensi unggul seorang pemimpin sehingga layak mewarisi kebesaran bangsa ini dan mampu mengarahkannya pada kemajuan.
Pertama, pemuda harus giat mengasah dan meningkatkan kapasitas (semangat, gagasan/pemikiran, keterampilan, karakter) pada level atau size yang besar. Karena amanah kepemimpinan yang diwarisi sangat besar, kalau size kapasitas tidak besar, Anda akan jatuh terpelanting dan mudah di ombang ambing dan dilibas kemajuan zaman.
Kedua, pemuda harus memikirkan hal-hal (urusan) yang strategis dan tidak terjebak pada hal-hal (urusan) yang remeh temeh dan tidak penting untuk kemajuan ke depan.
Karena pemimpin selalu berpikir strategis, berpikir besar, dan memiliki visi jauh ke depan. Lihatlah Bung Karno dan ”bung” pendiri bangsa lain, rata-rata mereka punya visi yang jauh ke depan.
Bung Karno telah memimpikan dan memikirkan Indonesia merdeka sejak 1926 atau sekitar 20 tahunan sebelum Indonesia akhirnya benar-benar merdeka, yaitu saat dia menuliskan gagasan-gagasan kebangsaannya yang kelak dibukukan dengan judul Di Bawah Bendera Revolusi.
Ketiga, pikiran besar dan strategis harus diikuti dengan kreativitas ide dan gagasan yang implementasi untuk kemajuan pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara.
Untuk itu, pemuda dituntut tidak hanya punya pikiran besar, tapi gagal membangun jembatan dengan realitas. Kata yang tepat mewakili jembatan antara ide dan realitas itu adalah karya dan prestasi nyata.
Pemuda hari ini seyogianya aktif memproduksi karya dan prestasi yang menjadikannya layak sebagai pemimpin perubahan bangsa ini di semua level. Benar kata Sayyidina Ali, "Laisal fataa man yaquulu ‘haadzaa abii’, walaakinnal fataa man yaquulu ‘haa anaa dzaa’". Artinya: ”Bukanlah seorang pemuda yang mengatakan ‘Ini Bapakku’, tetapi yang dikatakan pemuda adalah mereka yang mengatakan ‘Inilah (karya dan prestasi) Aku’.”
Keempat, pemuda harus senantiasa meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dalam mengartikulasikan gagasan serta kemampuan membangun jejaring yang luas sebagai sarana pertukaran, kontestasi, dan implementasi ide dan gagasan besar.
Kelima, pemuda harus senantiasa mengasah dan meningkatkan kepekaan dan kepedulian (awareness) terhadap persoalan-persoalan umat, rakyat, bangsa, dan negara. Sebagian besar pikiran dan tenaga pemimpin akan dicurahkan untuk menyelesaikan masalah dan problematika rakyatnya.
Akhirnya, kita sampai pada kesimpulan bahwa momentum Sumpah Pemuda ini sudah semestinya menjadi pengingat bagi bangsa ini untuk memberikan ruang seluasluasnya bagi tumbuhnya karya, prestasi, dan partisipasi generasi muda dalam pembangunan.
Inilah satu-satunya cara kita untuk mempersiapkan secara serius dan sebaik mungkin jalan mereka menjadi pemimpin perubahan bagi negeri ini. Tabik Pemuda Indonesia!
(nag)