Petugas Kesehatan Indonesia Masih Dampingi Jamaah Haji Sakit
A
A
A
JAKARTA - Operasional haji 2017 oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah ditutup sejak awal Oktober lalu. Seluruh petugas, baik dari Kementerian Agama maupun Kementerian Kesehatan telah ditarik pulang ke Tanah Air.
Namun sampai sekarang masih ada jamaah haji Indonesia yang masih dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Terkait hal ini pemerintah masih menempatkan petugas di Arab Saudi guna memantau perkembangan jamaah haji yang sakit.
Tim ini bernama PPIH Pasca-Operasional Haji 1438 H. Sampai Minggu (29/10/2017) jumlah jamaah haji yang dirawat di RSAS sebanyak 24 orang.
"Rinciannya lima orang dirawat di RSAS Jeddah, enam orang di RSAS Madinah, dan 13 orang di RSAS Mekkah," kata petugas PPIH Pasca-Operasional Haji 1438H, dr Shinta Soraya di Mekkah kepada SINDOnews.
Dikatakannya, ada tiga petugas yang ditempatkan di Mekkah untuk memantau perkembangan jamaah sakit. Setiap hari mereka selalu melakukan visitasi ke RSAS tempat jamaah dirawat.
Sementara itu, Prof Tjandra Yoga Aditama, Senior Advisor SEARO (South East Asia Regional Office) WHO saat melakukan visitasi ke jamaah haji mengatakan, sejauh informasi yang didapatnya, hanya Indonesia yang masih menempatkan petugasnya guna mendampingi jamaah haji sakit.
"Hanya Indonesia yang masih menempatkan petugas kesehatannya. Negara lain sudah tidak ada petugasnya walaupun ada jamaah hajinya yang masih dirawat di RSAS," ungkapnya saat visitasi di sela-sela mengikuti Konferensi Internasional Mass Gathering Medicine Ketiga di Riyadh, Arab Saudi, 23-26 Oktober 2017.
Dia menilai, ada banyak hal positif yang dilakukan Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) selama pascahajian. Pertama, membantu kebersihan dasar pasien, misalnya membantu merapikan kumis dan jenggotnya. Karena petugas RSAS tidak terlalu memerhatikan hal ini.
Kedua, membangun jembatan komunikasi antara petugas dan jamaah. Terutama pada kasus yang belum begitu baik tingkat kesadarannya oleh jamaah. Lalu memberikan dukungan psikologis kepada pasien.
"Pada kunjungan saya, ada pasien yang tersenyum senang ketika kami datang. Ada juga yang menangis terharu," ujar Prof Tjandra.
Dia pun mengapresiasi adanya data klinik updated walaupun tidak terrinci tentang keadaan pasien ke Pusat Kesehatan Haji dan TKHI kloternya.
"Yang sangat humanis adalah pada setiap pasien dilakukan video call dengan keluarganya di Indonesia, sehingga keluarga dapat melihat pasien setiap hari, dan bicara kepada pasien. Meskipun semua pasien di Mekkah sebagian besar terpasang ventilator, sehingga pasien tidak menjawab video call itu," paparnya.
Menurut dia, video call setiap pagi ini amat berarti bagi keluarga pasien di Tanah Air dan juga pasiennya. Perawat di RSAS juga terkesan dengan hal ini.
"Tentu petugas kita ini juga memproses kepulangan pasien yang sudah transportable dari Arab Saudi ke Indonesia," pungkasnya.
Namun sampai sekarang masih ada jamaah haji Indonesia yang masih dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Terkait hal ini pemerintah masih menempatkan petugas di Arab Saudi guna memantau perkembangan jamaah haji yang sakit.
Tim ini bernama PPIH Pasca-Operasional Haji 1438 H. Sampai Minggu (29/10/2017) jumlah jamaah haji yang dirawat di RSAS sebanyak 24 orang.
"Rinciannya lima orang dirawat di RSAS Jeddah, enam orang di RSAS Madinah, dan 13 orang di RSAS Mekkah," kata petugas PPIH Pasca-Operasional Haji 1438H, dr Shinta Soraya di Mekkah kepada SINDOnews.
Dikatakannya, ada tiga petugas yang ditempatkan di Mekkah untuk memantau perkembangan jamaah sakit. Setiap hari mereka selalu melakukan visitasi ke RSAS tempat jamaah dirawat.
Sementara itu, Prof Tjandra Yoga Aditama, Senior Advisor SEARO (South East Asia Regional Office) WHO saat melakukan visitasi ke jamaah haji mengatakan, sejauh informasi yang didapatnya, hanya Indonesia yang masih menempatkan petugasnya guna mendampingi jamaah haji sakit.
"Hanya Indonesia yang masih menempatkan petugas kesehatannya. Negara lain sudah tidak ada petugasnya walaupun ada jamaah hajinya yang masih dirawat di RSAS," ungkapnya saat visitasi di sela-sela mengikuti Konferensi Internasional Mass Gathering Medicine Ketiga di Riyadh, Arab Saudi, 23-26 Oktober 2017.
Dia menilai, ada banyak hal positif yang dilakukan Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) selama pascahajian. Pertama, membantu kebersihan dasar pasien, misalnya membantu merapikan kumis dan jenggotnya. Karena petugas RSAS tidak terlalu memerhatikan hal ini.
Kedua, membangun jembatan komunikasi antara petugas dan jamaah. Terutama pada kasus yang belum begitu baik tingkat kesadarannya oleh jamaah. Lalu memberikan dukungan psikologis kepada pasien.
"Pada kunjungan saya, ada pasien yang tersenyum senang ketika kami datang. Ada juga yang menangis terharu," ujar Prof Tjandra.
Dia pun mengapresiasi adanya data klinik updated walaupun tidak terrinci tentang keadaan pasien ke Pusat Kesehatan Haji dan TKHI kloternya.
"Yang sangat humanis adalah pada setiap pasien dilakukan video call dengan keluarganya di Indonesia, sehingga keluarga dapat melihat pasien setiap hari, dan bicara kepada pasien. Meskipun semua pasien di Mekkah sebagian besar terpasang ventilator, sehingga pasien tidak menjawab video call itu," paparnya.
Menurut dia, video call setiap pagi ini amat berarti bagi keluarga pasien di Tanah Air dan juga pasiennya. Perawat di RSAS juga terkesan dengan hal ini.
"Tentu petugas kita ini juga memproses kepulangan pasien yang sudah transportable dari Arab Saudi ke Indonesia," pungkasnya.
(maf)