Ini Salah Satu Cara agar Bangsa Indonesia Bisa Bersatu
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (PP GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyebutkan, untuk mempersatukan bangsa Indonesia salah satunya bisa melalui olahraga.
Menurutnya, olahraga itu yakni sepakbola dan agama. Namun jika digunakan dan dipahami dalam perspektif yang salah, maka keduanya dapat menjadi alat pemecah belah.
"Sepakbola terbukti bisa menyatukan semua etnis, suku, agama, keyakinan, latar belakang, dalam satu lapangan," kata Yaqut Cholil, di kantor PP GP Ansor, kemarin.
"Namun banyak juga sepakbola menjadi momok menakutkan, ketika dipandang dalam perspektif yang salah. Kerusuhan yang kerap terjadi adalah karena salah dalam memahami sepakbola," imbuhnya.
Yaqut mengatakan hal itu dalam acara dalam acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Yayasan Generasi Indonesia Internasional (ID-Gen) dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan karakter anak dan pemuda melalui sepakbola sosial.
Gus Yaqut sapaan akrabnya mengatakan, begitu juga dengan agama. Gus Yaqut berterima kasih dan mendukung kerja sama ini karena lembaga ID-Gen, yang dikenal juga dengan ID Gen Uni Papua hadir mengajak kebaikan umat manusia.
"Kita ini sama, sama-sama cinta sepakbola, terutama sepakbola Indonesia. Kita akan bersama-sama dengan Uni Papua untuk menggelorakan semangat olahraga, semangat memajukan sepakbola, dan menjadikan sepakbola sebagai salah satu usaha memersatukan kebhinnekaan," tegas Gus Yaqut.
Sementara, CEO Yayasan ID-Gen Harry Widjaja mengatakan, kerja sama dengan PP GP Ansor dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan karakter anak dan pemuda melalui sepakbola sosial.
"Kerja sama juga bertujuan mengkampanyekan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan perdamaian kepada generasi muda Indonesia melalui sepakbola sosial," ujar Harry.
Menurut Harry, kedua belah pihak sepakat mengadakan beberapa program jangka pendek, di antaranya pada November mendatang akan diadakan coaching clinic di 12 provinsi, yakni Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, NTT, dan Papua.
Selama coaching clinic, jelasnya, peserta akan diajak bermain bola sambil mempraktikkan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan dan juga toleransi yang akan berdampak pada kehidupan sosial mereka.
"Metode sepakbola sosial ini diyakini cukup efektif menanamkan nilai-nilai tersebut dalam diri setiap orang yang bermain. Tanpa disadari, anak-anak atau pemuda yang menjadi peserta coaching clinic memahami pentingnya toleransi dan juga perdamaian serta akan terbentuk karakter yang baik dari dalam diri masing-masing peserta," kata Harry.
Menurutnya, olahraga itu yakni sepakbola dan agama. Namun jika digunakan dan dipahami dalam perspektif yang salah, maka keduanya dapat menjadi alat pemecah belah.
"Sepakbola terbukti bisa menyatukan semua etnis, suku, agama, keyakinan, latar belakang, dalam satu lapangan," kata Yaqut Cholil, di kantor PP GP Ansor, kemarin.
"Namun banyak juga sepakbola menjadi momok menakutkan, ketika dipandang dalam perspektif yang salah. Kerusuhan yang kerap terjadi adalah karena salah dalam memahami sepakbola," imbuhnya.
Yaqut mengatakan hal itu dalam acara dalam acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Yayasan Generasi Indonesia Internasional (ID-Gen) dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan karakter anak dan pemuda melalui sepakbola sosial.
Gus Yaqut sapaan akrabnya mengatakan, begitu juga dengan agama. Gus Yaqut berterima kasih dan mendukung kerja sama ini karena lembaga ID-Gen, yang dikenal juga dengan ID Gen Uni Papua hadir mengajak kebaikan umat manusia.
"Kita ini sama, sama-sama cinta sepakbola, terutama sepakbola Indonesia. Kita akan bersama-sama dengan Uni Papua untuk menggelorakan semangat olahraga, semangat memajukan sepakbola, dan menjadikan sepakbola sebagai salah satu usaha memersatukan kebhinnekaan," tegas Gus Yaqut.
Sementara, CEO Yayasan ID-Gen Harry Widjaja mengatakan, kerja sama dengan PP GP Ansor dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan karakter anak dan pemuda melalui sepakbola sosial.
"Kerja sama juga bertujuan mengkampanyekan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan perdamaian kepada generasi muda Indonesia melalui sepakbola sosial," ujar Harry.
Menurut Harry, kedua belah pihak sepakat mengadakan beberapa program jangka pendek, di antaranya pada November mendatang akan diadakan coaching clinic di 12 provinsi, yakni Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, NTT, dan Papua.
Selama coaching clinic, jelasnya, peserta akan diajak bermain bola sambil mempraktikkan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan dan juga toleransi yang akan berdampak pada kehidupan sosial mereka.
"Metode sepakbola sosial ini diyakini cukup efektif menanamkan nilai-nilai tersebut dalam diri setiap orang yang bermain. Tanpa disadari, anak-anak atau pemuda yang menjadi peserta coaching clinic memahami pentingnya toleransi dan juga perdamaian serta akan terbentuk karakter yang baik dari dalam diri masing-masing peserta," kata Harry.
(maf)