Pusat dan Daerah Harus Bergandengan
A
A
A
OBJEK wisata di Indonesia bukan hanya terbanyak, tapi terbaik di dunia. Berbagai macam jenis objek wisata bisa ditemui di bumi Nusantara ini. Dari wisata budaya, alam, kuliner, ataupun belanja, Indonesia adalah yang terbaik jika dibandingkan negara-negara lain di dunia, apalagi dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Sayang, terbanyak dan terbaik itu masih belum bisa dimaksimalkan karena terkendala banyak hal. Bahkan, untuk urusan wisata Indonesia harus mengakui Thailand, Malaysia, atau negara kecil seperti Singapura. Bisa dibayangkan, kekayaan dan keragaman tiga negara tersebut sangat jauh dari Indonesia.
Namun, dari jumlah kunjungan wisatawan pada 2016 kita hanya 11,62 juta wisatawan mancanegara (wisman). Bandingkan dengan Thailand yang mencapai 32,59 juta, Malaysia 26,76 juta dan Singapura 12,91 juta wisman pada 2016.
Artinya, ada yang salah dalam pengelolaan objek wisata kita. Infrastruktur, promosi, keramahan, dan lain-lain tampaknya masih kalah dengan tiga negara di Asia Tenggara tersebut. Mungkin hanya Bali yang bisa mengimbangi atau mengungguli tiga negara tersebut.
Tapi, objek wisata Indonesia yang sangat indah bukan hanya Bali. Di Pulau Jawa, terutama di pesisir selatan atau pegunungan di wilayah tengah, akan banyak dijumpai objek wisata. Sumatera dengan Danau Toba (danau vulkanik terbesar di dunia) ataupun jajaran bukit barisan, belum lagi pantai-pantainya. Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, bahkan Papua pun mempunyai daya tarik yang tak kalah dengan Bali.
Bukan hanya alam, tapi kebudayaan itu bisa menjadi daya tarik yang luar biasa bagi wisman. Kita tentu senang pemerintah saat ini sangat peduli dengan potensi wisata tanah air. Bahkan baru-baru ini, pemerintah daerah didorong untuk aktif menggelar event pariwisata berskala internasional.
Pada 2018 didorong untuk digelar 100 premier event berskala internasional. Langkah tersebut untuk mendukung pencapaian target jumlah kunjungan sebanyak 17 juta wisman pada tahun depan.
Jumlah yang tentu masih jauh dengan tiga negara di Asia Tenggara di atas.
Namun langkah tersebut sangat tepat karena memang selama ini daerahlah yang mempunyai kewenangan lebih untuk bisa memaksimalkan potensi wisatanya. Lalu pemerintah pusat bisa mengoordinasikan dengan baik potensi-potensi objek wisata di daerah tersebut.
Pemerintah pusat harus bisa memfasilitasi, terutama dalam hal promosi ke luar negeri, dan membuat infrastruktur secara memadai. Dengan promosi, objek wisata di tanah air kita ini bisa lebih mudah dikenal di mancanegara.
Infrastruktur akan mampu membuat wisman merasa nyaman untuk kembali lagi datang. Di samping itu, pemerintah daerah harus mampu mengubah pola pikir dan laku masyarakat untuk bisa lebih ramah lagi kepada wisatawan. Keramahan tentu bukan hanya dalam bersikap, tapi juga dalam memberikan penawaran produk atau jasa yang berkaitan dengan objek wisata.
Dengan cara tersebut wisman bukan hanya sekali datang ke Indonesia, tapi berulang kali. Percuma saja jika promosi (pengenalan) digencarkan oleh pemerintah, tapi setelah datang justru wisman kecewa dengan infrastruktur maupun keramahan masyarakat. Percuma juga dengan pembangunan infrastruktur bila ribuan objek wisata tidak dikenal oleh wisman.
Begitu juga percuma jika promosi begitu gencar dan infrastruktur sudah memadai, tapi keramahan masyarakat masih rendah. Wisata adalah salah satu usaha untuk meningkatkan ekonomi yang cukup tahan terhadap krisis ekonomi dan potensi wisata adalah anugerah dari Tuhan bagi sebuah negeri yang harus benar-benar bisa dimanfaatkan karena investasi atau belanja modal untuk ini tidak terlalu besar dibandingkan bidang lain.
Pemerintah pusat dan daerah harus bergandengan tangan untuk bisa mengembangkan potensi wisata di Indonesia. Dengan bekerja sama dengan baik, jumlah 17 juta wisman di 2018 bisa dilampaui, bahkan di beberapa tahun ke depan Indonesia akan menjadi yang terbesar dalam kunjungan wisman. Sekali lagi, potensi wisata yang ada saat ini harus benar-benar dimanfaatkan dan menjadi sumber pemasukan utama bagi bangsa Indonesia untuk memajukan bangsa ini.
Sayang, terbanyak dan terbaik itu masih belum bisa dimaksimalkan karena terkendala banyak hal. Bahkan, untuk urusan wisata Indonesia harus mengakui Thailand, Malaysia, atau negara kecil seperti Singapura. Bisa dibayangkan, kekayaan dan keragaman tiga negara tersebut sangat jauh dari Indonesia.
Namun, dari jumlah kunjungan wisatawan pada 2016 kita hanya 11,62 juta wisatawan mancanegara (wisman). Bandingkan dengan Thailand yang mencapai 32,59 juta, Malaysia 26,76 juta dan Singapura 12,91 juta wisman pada 2016.
Artinya, ada yang salah dalam pengelolaan objek wisata kita. Infrastruktur, promosi, keramahan, dan lain-lain tampaknya masih kalah dengan tiga negara di Asia Tenggara tersebut. Mungkin hanya Bali yang bisa mengimbangi atau mengungguli tiga negara tersebut.
Tapi, objek wisata Indonesia yang sangat indah bukan hanya Bali. Di Pulau Jawa, terutama di pesisir selatan atau pegunungan di wilayah tengah, akan banyak dijumpai objek wisata. Sumatera dengan Danau Toba (danau vulkanik terbesar di dunia) ataupun jajaran bukit barisan, belum lagi pantai-pantainya. Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, bahkan Papua pun mempunyai daya tarik yang tak kalah dengan Bali.
Bukan hanya alam, tapi kebudayaan itu bisa menjadi daya tarik yang luar biasa bagi wisman. Kita tentu senang pemerintah saat ini sangat peduli dengan potensi wisata tanah air. Bahkan baru-baru ini, pemerintah daerah didorong untuk aktif menggelar event pariwisata berskala internasional.
Pada 2018 didorong untuk digelar 100 premier event berskala internasional. Langkah tersebut untuk mendukung pencapaian target jumlah kunjungan sebanyak 17 juta wisman pada tahun depan.
Jumlah yang tentu masih jauh dengan tiga negara di Asia Tenggara di atas.
Namun langkah tersebut sangat tepat karena memang selama ini daerahlah yang mempunyai kewenangan lebih untuk bisa memaksimalkan potensi wisatanya. Lalu pemerintah pusat bisa mengoordinasikan dengan baik potensi-potensi objek wisata di daerah tersebut.
Pemerintah pusat harus bisa memfasilitasi, terutama dalam hal promosi ke luar negeri, dan membuat infrastruktur secara memadai. Dengan promosi, objek wisata di tanah air kita ini bisa lebih mudah dikenal di mancanegara.
Infrastruktur akan mampu membuat wisman merasa nyaman untuk kembali lagi datang. Di samping itu, pemerintah daerah harus mampu mengubah pola pikir dan laku masyarakat untuk bisa lebih ramah lagi kepada wisatawan. Keramahan tentu bukan hanya dalam bersikap, tapi juga dalam memberikan penawaran produk atau jasa yang berkaitan dengan objek wisata.
Dengan cara tersebut wisman bukan hanya sekali datang ke Indonesia, tapi berulang kali. Percuma saja jika promosi (pengenalan) digencarkan oleh pemerintah, tapi setelah datang justru wisman kecewa dengan infrastruktur maupun keramahan masyarakat. Percuma juga dengan pembangunan infrastruktur bila ribuan objek wisata tidak dikenal oleh wisman.
Begitu juga percuma jika promosi begitu gencar dan infrastruktur sudah memadai, tapi keramahan masyarakat masih rendah. Wisata adalah salah satu usaha untuk meningkatkan ekonomi yang cukup tahan terhadap krisis ekonomi dan potensi wisata adalah anugerah dari Tuhan bagi sebuah negeri yang harus benar-benar bisa dimanfaatkan karena investasi atau belanja modal untuk ini tidak terlalu besar dibandingkan bidang lain.
Pemerintah pusat dan daerah harus bergandengan tangan untuk bisa mengembangkan potensi wisata di Indonesia. Dengan bekerja sama dengan baik, jumlah 17 juta wisman di 2018 bisa dilampaui, bahkan di beberapa tahun ke depan Indonesia akan menjadi yang terbesar dalam kunjungan wisman. Sekali lagi, potensi wisata yang ada saat ini harus benar-benar dimanfaatkan dan menjadi sumber pemasukan utama bagi bangsa Indonesia untuk memajukan bangsa ini.
(whb)