Ini Imbauan Bagi Jamaah Haji yang Akan Memasuki Madinah
A
A
A
MADINAH - Jamaah haji Indonesia gelombang kedua mulai besok, Selasa (12/9/2017) akan tiba di Kota Madinah, Arab Saudi. Untuk gelombang kedua ini, pemondokan terjauh jamaah ke Masjid Nabawi hanya 550 meter.
Namun jarak dekat hotel dengan Masjid Nabawi bukan jaminan jamaah haji tak mengalami kejadian sama seperti pada gelombang pertama. Seperti kesasar menuju hotel, kaki melempuh karena tidak pakai sandal, dan mengalami serangan heatstroke.
Aplikasi cuaca sendiri memperkirakan sepekan ke depan suhu Madinah antara 38–43 derajat celcius dengan kelembaban 2%. Meski tak terlalu tinggi, suhu di Madinah lebih terasa panas dibandingkan Mekkah.
Karena itu, Daerah Kerja (Daker) Madinah mengimbau kepada jamaah haji agar memerhatikan sejumlah hal agar nyaman dalam beribadah. “Pergi bersama rombongan dan ingat dari pintu nomor berapa jamaah datang. Bawa air minum dan jangan tunggu haus untuk minum,” pesan Kadaker Madinah, Amin Handoyo di Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Madinah, Senin (11/9/2017).
Saat akan salat di Masjid Nabawi, jamaah diminta membawa kantung plastik untuk membawa sandal. Dia khawatir jamaah saat keluar berada di pintu berbeda saat masuk sehingga sandalnya hilang.
“Kalau tanpa alas kaki, kaki jamaah terancam melepuh seperti pada kasus-kasus sebelumnya di gelombang pertama kedatangan di Madinah. Jadi kalau dibawa dengan kantung plastik, di mana pun jamaah keluar masjid, sandal tidak hilang,” tutur Amin.
Selain itu, Kadaker Madinah berharap jamaah haji lebih mengutamakan keselamatan dibanding mengejar keutamaan. “Bagi yang sepuh atau yang sudah kelelahan jangan dipaksakan mengerjakan ibadah arbain (salat wajib berjamaah 40 waktu tak terputus di Masjid Nabawi),” pungkasnya.
Seperti diketahui, jamaah haji Indonesia di Madinah dalam rangka mengerjakan arbain. Mereka berada di Kota Nabi selama 8–9 untuk kemudian dipulangkan menuju embarkasinya masing-masing melalui Bandara Madinah.
Sebelumnya, Penanggung Jawab Medis Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah M Rizki Akbar mengimbau, supaya jamaah yang memiliki risiki tinggi (risti) agar tidak memaksakan diri mengikuti arbain. Ibadah arbain termasuk kegiatan fisik.
Bagi jamaah risti, terutama lansia dengan risiko jantung coroner, aktivitas fisik yang tinggi dapat memicu terjadinya serangan jantung. “Beberapa pasien yang kami rawat di sini menunjukan hal itu. Meski mereka sebetulnya tidak sanggup, tapi memaksakan diri untuk beribadah. Hampir sebagian besar pola pasien yang dirawat di KKHI ini seperti itu,” tuturnya.
Senada dengan M Rizki, Konsultan Ibadah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Aswadi mengatakan bahwa menjalankan Arbain tidak menjadi keharusan bagi jemaah, apalagi bagi yang risti. Menurutnya, Arbain tidak ubahnya sebuah proses edukasi disiplin waktu.
Namun jarak dekat hotel dengan Masjid Nabawi bukan jaminan jamaah haji tak mengalami kejadian sama seperti pada gelombang pertama. Seperti kesasar menuju hotel, kaki melempuh karena tidak pakai sandal, dan mengalami serangan heatstroke.
Aplikasi cuaca sendiri memperkirakan sepekan ke depan suhu Madinah antara 38–43 derajat celcius dengan kelembaban 2%. Meski tak terlalu tinggi, suhu di Madinah lebih terasa panas dibandingkan Mekkah.
Karena itu, Daerah Kerja (Daker) Madinah mengimbau kepada jamaah haji agar memerhatikan sejumlah hal agar nyaman dalam beribadah. “Pergi bersama rombongan dan ingat dari pintu nomor berapa jamaah datang. Bawa air minum dan jangan tunggu haus untuk minum,” pesan Kadaker Madinah, Amin Handoyo di Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Madinah, Senin (11/9/2017).
Saat akan salat di Masjid Nabawi, jamaah diminta membawa kantung plastik untuk membawa sandal. Dia khawatir jamaah saat keluar berada di pintu berbeda saat masuk sehingga sandalnya hilang.
“Kalau tanpa alas kaki, kaki jamaah terancam melepuh seperti pada kasus-kasus sebelumnya di gelombang pertama kedatangan di Madinah. Jadi kalau dibawa dengan kantung plastik, di mana pun jamaah keluar masjid, sandal tidak hilang,” tutur Amin.
Selain itu, Kadaker Madinah berharap jamaah haji lebih mengutamakan keselamatan dibanding mengejar keutamaan. “Bagi yang sepuh atau yang sudah kelelahan jangan dipaksakan mengerjakan ibadah arbain (salat wajib berjamaah 40 waktu tak terputus di Masjid Nabawi),” pungkasnya.
Seperti diketahui, jamaah haji Indonesia di Madinah dalam rangka mengerjakan arbain. Mereka berada di Kota Nabi selama 8–9 untuk kemudian dipulangkan menuju embarkasinya masing-masing melalui Bandara Madinah.
Sebelumnya, Penanggung Jawab Medis Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah M Rizki Akbar mengimbau, supaya jamaah yang memiliki risiki tinggi (risti) agar tidak memaksakan diri mengikuti arbain. Ibadah arbain termasuk kegiatan fisik.
Bagi jamaah risti, terutama lansia dengan risiko jantung coroner, aktivitas fisik yang tinggi dapat memicu terjadinya serangan jantung. “Beberapa pasien yang kami rawat di sini menunjukan hal itu. Meski mereka sebetulnya tidak sanggup, tapi memaksakan diri untuk beribadah. Hampir sebagian besar pola pasien yang dirawat di KKHI ini seperti itu,” tuturnya.
Senada dengan M Rizki, Konsultan Ibadah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Aswadi mengatakan bahwa menjalankan Arbain tidak menjadi keharusan bagi jemaah, apalagi bagi yang risti. Menurutnya, Arbain tidak ubahnya sebuah proses edukasi disiplin waktu.
(pur)