Semangat Idul Adha, PDIP Ajak untuk Bumikan Pancasila

Jum'at, 01 September 2017 - 21:44 WIB
Semangat Idul Adha,...
Semangat Idul Adha, PDIP Ajak untuk Bumikan Pancasila
A A A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyampaikan bahwa Idul Adha bukan sekadar jalan pengorbanan demi keyakinan‎ kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hal demikian dikatakan Hasto saat mengikuti perayaan Idul Adha 1938 Hijriyah di Masjid Al-Huda, Teggumung Wetan, Surabaya, Jumat (1/9/2017). Dia mengaku sudah tiga tahun terakhir berada di Jawa Timur untuk merayakan Idul Adha, demi menyatu dengan Wong Cilik.

Dan bicara Wong Cilik, yang di bawah adalah adanya kaum Nahdliyin dan Marhaen. Sedangkan Jawa Timur (Jatim) memiliki arti yang bersejarah bagi partai berlambang kepala banteng bermoncong putih itu.

Pasalnya, Bung Karno lahir dan belajar Islam sebagai semangat pembebasan dengan HOS Tjokroaminoto di Jawa Timur. Islam yang memberikan inspirasi kepada watak patriotisme dan nasionalisme Bung Karno.

Selain itu, Jawa Timur pun merekam jejak historis kultural PDIP dengan Nahdatul Ulama. Bung Karno pada Oktober 1945 berkonsultasi dengan para ulama yang menghasilkan Resolusi Jihad. Lahirlah inspirasi untuk menggerakkan rakyat membela kemerdekaan dengan mengorbankan jiwa dan raga pada 10 November 1945.

"Oleh Pak Jokowi kemudian dijadikanlah momen itu sebagai peringatan Hari Santri, demi memperingati bagaimana Resolusi Jihad menggerakkan rakyat di Jatim menjadi benteng kemerdekaan," kata Hasto.

"Dengan semangat Idul Adha ini, mari bumikan Pancasila, kita kobarkan ‎semangat pengorbanan untuk bangsa dan negara, dengan semangat dedication of life," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Hasto mengisahkan dialog antara Ketua Umum PDIP yang juga Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Megawati dan Jokowi lalu berdialog soal bagaimana membumikannya, demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Kata Hasto, saat itu Jokowi bertanya kepada Megawati soal bagaimana susunan kabinet akan dibentuk.

Megawati lalu berkata dengan jelas kepada Jokowi, bahwa republik ini dibangun dengan perjuangan, tetesan keringat, darah dan air mata. Lalu, siapa yang berkeringat bagi republik? Pada 1912, didirikan lah Muhammadiyah.

Pada 1926, didirikan lah Nahdatul Ulama. Lalu, pada 1927 didirikan Partai Nasional Indonesia. Dan pada 1945, Bung Karno membangun Tentara Nasional Indonesia.

Megawati lalu menekankan kepada Jokowi, bahwa jika keempat kekuatan itu bersatu, maka ‎Indonesia yang adil dan makmur akan terwujud dengan baik. Selanjutnya, Megawati juga mengingatkan Jokowi bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang membangun peradaban, Islam yang masuk dengan tradisi perdagangan.

"Karena itulah perkuat ekonomi rakyat, libatkanlah umat Islam dalam kegiatan ekonomi itu. Karena ini lah subjek sejati Islam yang ada di Indonesia," tutur Hasto mengutip pernyataan Megawati ketika itu.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8473 seconds (0.1#10.140)