Said Aqil Nilai Saracen seperti Teroris dan Punya Motif Politik
A
A
A
SURABAYA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menilai ada banyak pihak yang mencoba untuk merusak demokrasi di Indonesia.
Salah satunya menyebar kebencian yang sudah keluar dari kebudayaan bangsa Indonesia. Bahkan, kata dia, sindikat jual beli ujaran kebencian sudah seperti teroris yang mengancam keutuhan masyarakat.
“Saya sendiri saja sering difitnah oleh mereka. Tapi saya diamkan saja, mereka terus memproduksi isu-isu sensitif yang tak benar untuk disebarluaskan,” ujar Said ketika ditemui di sela-sela acara diskusi bertema Demokrasi yang Pancasilais di Museum House of Sampoerna Surabaya, Sabtu (26/8/2017) tadi malam.
Hal itu diungkapkan Said terkait langkah Polri yang membongkar sindikat penyebar kabar bohong (hoax) dan kebencian di media sosial (medsos).
Said melanjutkan, isu-isu berbau ras dan agama terus dieksploitasi. Isu itu kemudian diarahkan untuk motif politik tertentu dalam memenangkan seseorang maupun menjatuhkannya. “Sudah jelas terorganisir, Saracen punya motif politik,” ucapnya.
Said juga mengatakan, kalau ada pihak yang sudah melakukan tindakan dan berdampak pada kegaduhan di masyarakat, perang saudara, perpecahan etnis, bahkan menghalalkan segala cara itu termasuk tindakan teror.
Kelompok tersebut dikatakannya membuka peluang aksi teror yang terus dilakukan secara masif. “Saracen ini bikin konflik dan perang saudara. Mereka membuat orang saling menghalalkan darah, itu sudah teror,” ucapnya. (Baca juga: Polisi Tangkap Kelompok Penyebar Kebencian di Medsos )
Staf Khusus Kantor Kepresidenan, Dimas Oky Nugroho mengatakan, di negara demokrasi gesekan menjadi bumbu yang tidak bisa dihindari. “Tapi semua itu harus dikelola secara produktif dan positif,” katanya.
Isu agama, kata Oki, menjadi rawan dalam beberapa tahun terakhir. Makanya perlu gotong royong dari banyak pihak untuk bisa mengatasi semua serangan.
“Penyebar fitnah memang harus dihentikan. Masyarakat juga sekarang bisa lebih waspada dalam memilah informasi,” ujarnya.
Salah satunya menyebar kebencian yang sudah keluar dari kebudayaan bangsa Indonesia. Bahkan, kata dia, sindikat jual beli ujaran kebencian sudah seperti teroris yang mengancam keutuhan masyarakat.
“Saya sendiri saja sering difitnah oleh mereka. Tapi saya diamkan saja, mereka terus memproduksi isu-isu sensitif yang tak benar untuk disebarluaskan,” ujar Said ketika ditemui di sela-sela acara diskusi bertema Demokrasi yang Pancasilais di Museum House of Sampoerna Surabaya, Sabtu (26/8/2017) tadi malam.
Hal itu diungkapkan Said terkait langkah Polri yang membongkar sindikat penyebar kabar bohong (hoax) dan kebencian di media sosial (medsos).
Said melanjutkan, isu-isu berbau ras dan agama terus dieksploitasi. Isu itu kemudian diarahkan untuk motif politik tertentu dalam memenangkan seseorang maupun menjatuhkannya. “Sudah jelas terorganisir, Saracen punya motif politik,” ucapnya.
Said juga mengatakan, kalau ada pihak yang sudah melakukan tindakan dan berdampak pada kegaduhan di masyarakat, perang saudara, perpecahan etnis, bahkan menghalalkan segala cara itu termasuk tindakan teror.
Kelompok tersebut dikatakannya membuka peluang aksi teror yang terus dilakukan secara masif. “Saracen ini bikin konflik dan perang saudara. Mereka membuat orang saling menghalalkan darah, itu sudah teror,” ucapnya. (Baca juga: Polisi Tangkap Kelompok Penyebar Kebencian di Medsos )
Staf Khusus Kantor Kepresidenan, Dimas Oky Nugroho mengatakan, di negara demokrasi gesekan menjadi bumbu yang tidak bisa dihindari. “Tapi semua itu harus dikelola secara produktif dan positif,” katanya.
Isu agama, kata Oki, menjadi rawan dalam beberapa tahun terakhir. Makanya perlu gotong royong dari banyak pihak untuk bisa mengatasi semua serangan.
“Penyebar fitnah memang harus dihentikan. Masyarakat juga sekarang bisa lebih waspada dalam memilah informasi,” ujarnya.
(dam)