Apresiasi Penonton Tinggi, Siaran Wisata Budaya Perlu Dioptimalkan
A
A
A
JAKARTA - Kehadiran program siaran wisata budaya pada siaran televisi harus dapat dioptimalkan. Hal ini tayangan tersebut dapat menguatkan integrasi nasional, meningkatkan perekonomian, serta memperkaya khazanah publik tentang kebinekaan dan keragaman bangsa Indonesia.
Hasil survei indeks kualitas program siaran televisi yang dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dan 12 perguruan tinggi di 12 kota besar di Indonesia menunjukkan nilai indeks tertinggi diperoleh program wisata budaya sebesar 3,30. Aspek penilaian pada program tersebut, di antaranya transfer budaya nilai-nilai bangsa, pelestarian budaya dan kearifan lokal, serta penghormatan nilai-nilai kesukuan, agama, ras dan antargolongan.
Ketua KPI Yuliandre Darwis mengatakan, stasiun televisi harus meningkatan kuantitas program siaran wisata budaya di tengah masyarakat. “Program wisata budaya jangan hanya dimunculkan pada akhir pekan. Kualitas program ini sangat baik dan memiliki kontribusi besar dalam penanaman karakter kebinekaan,” katanya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (23/8/2017).
Dari hasil survei ini, KPI mencatat pada program sinetron menunjukkan adanya apresiasi positif terhadap sinetron Dunia Terbalik (RCTI). Penilaian berdasarkan kualitas dari panel ahli maupun responden, menunjukkan sinetron Dunia Terbalik mendapatkan nilai paling tinggi. Selain itu, sinetron ini juga paling banyak ditonton oleh responden.
Penilaian positif atas Dunia Terbalik ini sejalan juga dengan penghargaan yang diberikan KPI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada momen Anugerah Syiar Ramadhan. “Sinetron Dunia Terbalik mendapat anugerah Syiar Ramadhan 2017 sebagai program sinetron terbaik,” ujarnya.
Hal ini menunjukkan mulai ada titik temu antara selera masyarakat dengan kualitas ideal yang seharusnya hadir dalam sebuah program siaran, sebagaimana yang ditetapkan oleh regulasi. KPI berharap, rumah-rumah produksi dapat meningkatkan kreativitas dengan menghadirkan sinetron yang sarat dengan nilai edukatif, relevan dengan kehidupan, serta menghormati nilai dan norma sosial di masyarakat. “Apalagi sinetron selalu muncul setiap hari di layar televisi dan memiliki penonton yang banyak,” jelasnya.
Terkait program infotainment yang mendapatkan nilai indeks paling rendah, KPI telah memutuskan untuk menghapus program ini dari kategori yang dilombakan pada Anugerah KPI 2017. Pada survei tahun 2016, indeks tertinggi yang dicapai program infotainment hanya 2,79. Pada survei 2017 tahap 1 sekarang, indeksnya hanya mencapai 2,36 dengan penilaian terendah pada aspek penghormatan kehidupan pribadi, serta penghormatan terhadap nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan.
Yuliandre meminta hasil survei ini menjadi rujukan bagi para pengiklan dalam menempatkan produk-produk mereka untuk diiklankan. Program anak, wisata budaya, dan religi yang mencapai standar indeks berkualitas, jumlah kehadirannya masih di bawah program lain yang justru indeksnya rendah, seperti infotainment dan variety show.
Padahal, tambah Yuliandre, televisi masih menjadi media yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Karenanya perlu komitmen kuat untuk melanggengkan program-program yang berkualitas hadir di tengah masyarakat.
Hasil survei indeks kualitas program siaran televisi yang dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dan 12 perguruan tinggi di 12 kota besar di Indonesia menunjukkan nilai indeks tertinggi diperoleh program wisata budaya sebesar 3,30. Aspek penilaian pada program tersebut, di antaranya transfer budaya nilai-nilai bangsa, pelestarian budaya dan kearifan lokal, serta penghormatan nilai-nilai kesukuan, agama, ras dan antargolongan.
Ketua KPI Yuliandre Darwis mengatakan, stasiun televisi harus meningkatan kuantitas program siaran wisata budaya di tengah masyarakat. “Program wisata budaya jangan hanya dimunculkan pada akhir pekan. Kualitas program ini sangat baik dan memiliki kontribusi besar dalam penanaman karakter kebinekaan,” katanya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Rabu (23/8/2017).
Dari hasil survei ini, KPI mencatat pada program sinetron menunjukkan adanya apresiasi positif terhadap sinetron Dunia Terbalik (RCTI). Penilaian berdasarkan kualitas dari panel ahli maupun responden, menunjukkan sinetron Dunia Terbalik mendapatkan nilai paling tinggi. Selain itu, sinetron ini juga paling banyak ditonton oleh responden.
Penilaian positif atas Dunia Terbalik ini sejalan juga dengan penghargaan yang diberikan KPI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada momen Anugerah Syiar Ramadhan. “Sinetron Dunia Terbalik mendapat anugerah Syiar Ramadhan 2017 sebagai program sinetron terbaik,” ujarnya.
Hal ini menunjukkan mulai ada titik temu antara selera masyarakat dengan kualitas ideal yang seharusnya hadir dalam sebuah program siaran, sebagaimana yang ditetapkan oleh regulasi. KPI berharap, rumah-rumah produksi dapat meningkatkan kreativitas dengan menghadirkan sinetron yang sarat dengan nilai edukatif, relevan dengan kehidupan, serta menghormati nilai dan norma sosial di masyarakat. “Apalagi sinetron selalu muncul setiap hari di layar televisi dan memiliki penonton yang banyak,” jelasnya.
Terkait program infotainment yang mendapatkan nilai indeks paling rendah, KPI telah memutuskan untuk menghapus program ini dari kategori yang dilombakan pada Anugerah KPI 2017. Pada survei tahun 2016, indeks tertinggi yang dicapai program infotainment hanya 2,79. Pada survei 2017 tahap 1 sekarang, indeksnya hanya mencapai 2,36 dengan penilaian terendah pada aspek penghormatan kehidupan pribadi, serta penghormatan terhadap nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan.
Yuliandre meminta hasil survei ini menjadi rujukan bagi para pengiklan dalam menempatkan produk-produk mereka untuk diiklankan. Program anak, wisata budaya, dan religi yang mencapai standar indeks berkualitas, jumlah kehadirannya masih di bawah program lain yang justru indeksnya rendah, seperti infotainment dan variety show.
Padahal, tambah Yuliandre, televisi masih menjadi media yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Karenanya perlu komitmen kuat untuk melanggengkan program-program yang berkualitas hadir di tengah masyarakat.
(poe)