Bebas Visa Indonesia untuk China Perlu Pengawasan
A
A
A
JAKARTA - China menjadi salah satu negara yang mendapatkan bebas visa kunjungan singkat dari Indonesia. Sayangnya selain turis, ada juga yang justru memanfaatkan bebas visa untuk kegiatan melanggar hukum.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Soegeng Rahardjo tidak menutup mata, bahwa bebas visa kunjungan singkat, dimanfaatkan juga untuk mencari kerja.
"Untuk itu, perlu adanya suatu mekanisme pengawasan yang bersifat 'win-win', yaitu menghindarkan pelanggaran pemanfaatan bebas visa kunjungan singkat, dan menjamin para wisatawan China melakukan kunjungan dengan aman dan nyaman," ujar Soegeng kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Dalam hal ini, dicontohkan, agar bebas visa kunjungan singkat dilaksanakan dengan baik, maka berwisata ke Indonesia harus dikoordinir oleh travel biro yang terakreditasi oleh Pemerintah China. Travel Biro tersebut, tujuh hari sebelum perjalanan telah menyiapkan fotokopi paspor turis yang akan berkunjung ke Indonesia kepada Kantor Atase Imigrasi di Beijing atau di KJRI di China.
Selanjutnya, Kantor Atase Imigrasi atau KJRI di China melakukan scanning paspor untuk dikirimkan kepada Kantor Imigrasi di pelabuhan udara para turis China masuk.
Selama berada di Indonesia, kunjungan para turis China tersebut harus dikoordinasikan oleh travel biro di Indonesia, sebagai penanggung jawab. Dengan demikian, apabila terjadi masalah dengan turis China, dengan mudah, cepat dan tepat sasaran untuk membahasnya baik dengan travel biro yang berada di China dan Indonesia, sebagai penanggung jawab.
Tujuan penggunaan travel biro, kata dia, bukan untuk memonopoli usaha, tapi agar lebih mudah dalam melakukan pengawasan dan penanganan masalah. Jadi data para turis sesuai dengan yang diserahkan oleh Travel Biro atau sinkron. Mulai dari jumlah orangnya, sampai kapan mereka akan berada di Indonesia.
"Baik pihak travel maupun Kantor Imigrasi akan lebih mudah untuk melakukan pengawasan, membantu dan mengatasi berbagai masalah yang terjadi menimpa turis, secara cepat dan efektif," lanjutnya.
Dari data Imigrasi, turis asal China merupakan wisatawan yang paling banyak mengunjungi Indonesia. Tercatat hampir 1 juta turis China yang berkunjung ke berbagai tujuan wisata di Indonesia.
Soegeng menekankan, bahwa meningkatnya kunjungan wisatawan China ke berbagai belahan dunia, bukan karena bebas visa kunjungan singkat saja, namun demikian karena masyarakat China memiliki tabungan yang harus dibelanjakan di luar negeri.
"Tercatat setiap tahunnya lebih dari 120 juta turis China yang berkunjung ke seluruh dunia, dan yang memanfaatkan kunjungan turis China tersebut, yaitu Jepang, Korea Selatan, Hong Kong. Indonesia hanya menikmati sebagian kecil saja. Saat ini, Pulau Bali merupakan tempat favorit tujuan wisata turis China,” tutupnya.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Soegeng Rahardjo tidak menutup mata, bahwa bebas visa kunjungan singkat, dimanfaatkan juga untuk mencari kerja.
"Untuk itu, perlu adanya suatu mekanisme pengawasan yang bersifat 'win-win', yaitu menghindarkan pelanggaran pemanfaatan bebas visa kunjungan singkat, dan menjamin para wisatawan China melakukan kunjungan dengan aman dan nyaman," ujar Soegeng kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Dalam hal ini, dicontohkan, agar bebas visa kunjungan singkat dilaksanakan dengan baik, maka berwisata ke Indonesia harus dikoordinir oleh travel biro yang terakreditasi oleh Pemerintah China. Travel Biro tersebut, tujuh hari sebelum perjalanan telah menyiapkan fotokopi paspor turis yang akan berkunjung ke Indonesia kepada Kantor Atase Imigrasi di Beijing atau di KJRI di China.
Selanjutnya, Kantor Atase Imigrasi atau KJRI di China melakukan scanning paspor untuk dikirimkan kepada Kantor Imigrasi di pelabuhan udara para turis China masuk.
Selama berada di Indonesia, kunjungan para turis China tersebut harus dikoordinasikan oleh travel biro di Indonesia, sebagai penanggung jawab. Dengan demikian, apabila terjadi masalah dengan turis China, dengan mudah, cepat dan tepat sasaran untuk membahasnya baik dengan travel biro yang berada di China dan Indonesia, sebagai penanggung jawab.
Tujuan penggunaan travel biro, kata dia, bukan untuk memonopoli usaha, tapi agar lebih mudah dalam melakukan pengawasan dan penanganan masalah. Jadi data para turis sesuai dengan yang diserahkan oleh Travel Biro atau sinkron. Mulai dari jumlah orangnya, sampai kapan mereka akan berada di Indonesia.
"Baik pihak travel maupun Kantor Imigrasi akan lebih mudah untuk melakukan pengawasan, membantu dan mengatasi berbagai masalah yang terjadi menimpa turis, secara cepat dan efektif," lanjutnya.
Dari data Imigrasi, turis asal China merupakan wisatawan yang paling banyak mengunjungi Indonesia. Tercatat hampir 1 juta turis China yang berkunjung ke berbagai tujuan wisata di Indonesia.
Soegeng menekankan, bahwa meningkatnya kunjungan wisatawan China ke berbagai belahan dunia, bukan karena bebas visa kunjungan singkat saja, namun demikian karena masyarakat China memiliki tabungan yang harus dibelanjakan di luar negeri.
"Tercatat setiap tahunnya lebih dari 120 juta turis China yang berkunjung ke seluruh dunia, dan yang memanfaatkan kunjungan turis China tersebut, yaitu Jepang, Korea Selatan, Hong Kong. Indonesia hanya menikmati sebagian kecil saja. Saat ini, Pulau Bali merupakan tempat favorit tujuan wisata turis China,” tutupnya.
(kri)