Bandara sebagai Etalase Bangsa
A
A
A
Sudah lama masalah bandar udara (bandara) di Indonesia yang masih relatif biasa saja kualitasnya dibanding bandar-bandar udara elite dunia menjadi perhatian pemerintah. Beberapa presiden yang memimpin negeri ini memberikan target perbaikan bagi bandara yang merupakan etalase bangsa ini.
Beberapa bandara sudah menjalani peremajaan, bahkan beberapa di antaranya diperbaiki secara menyeluruh. Salah satunya Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta didesain untuk menyaingi Changi Airport. Pada kadar tertentu, target itu tercapai dan cukup diakui oleh dunia internasional.
Ternyata, Changi Airport bergerak lebih maju lagi. Bandara yang sudah sejak lama menjadi hub internasional itu kemarin (25/7) memperkenalkan Terminal 4 Changi Airport yang akan diresmikan pada 7 Agustus 2017.
Terminal terbaru tersebut memperkenalkan beberapa kemajuan serta kecanggihan teknologi. Salah satunya adalah fast and seamless travel (FAST) yang memasukkan sistem pendeteksi wajah otomatis (facial recognition ). Belum banyak bandara di dunia yang menerapkan sistem ini.
Dalam rangka pengembangan bandara sebagai etalase bangsa ini, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, penambahan kapasitas bandara. Sudah sejak lama bandar-bandar udara besar di Indonesia seperti Soekarno-Hatta, Juanda, Ngurah Rai, Adisucipto, dan berbagai bandara lain yang harus menerima penumpang berkali-kali lipat dari kapasitas idealnya. Tentunya kondisi ini akan mengorbankan kenyamanan yang bukan tidak mungkin memberikan pengalaman buruk bagi para penumpang.
Kedua, keramahan yang harus dijaga. Keramahan bangsa Indonesia tidak diragukan lagi di dunia internasional. Bahkan di dunia penerbangan keramahan tersebut dikonfirmasi dengan penghargaan World’s Best Cabin Crew yang diberikan oleh Skytrax ke maskapai pelat merah Garuda Indonesia empat kali berturut-turut, yaitu tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017.
Maskapai-maskapai kesohor macam Singapore Airlines, Etihad, Emirates, Cathay Pacific, British Airways, Japan Airlines, Lufthansa, KLM, Turkish Airlines adalah beberapa yang dikalahkan oleh Garuda Indonesia. Sayangnya, ketika beranjak ke pelayanan bandara, maka sangat jarang bandar-bandar udara internasional di Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari segi hospitality.
Ketiga, sarana pendukung. Berbagai sarana pendukung di Terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta sangat menggembirakan dan membuat penumpang nyaman. Namun, tentunya pengalaman penumpang harus dibuat seragam dalam arti Terminal 1 dan Terminal 2 juga harus dirombak agar sebagai Terminal 3.
Keempat, kecanggihan teknologi menjadi suatu keniscayaan. Ke depan masyarakat pengguna angkutan udara akan kian berharap dengan penggunaan teknologi. Apa yang dilakukan oleh Changi Aiport harus diikuti, bahkan kalau bisa dilompati oleh bandar-bandar udara di Indonesia. Tentu kita tak ingin bandara kita mendapatkan rating buruk dari para pelancong internasional karena teknologi yang disematkan sudah uzur.
Kelima, landasan pacu (runway ) ketiga dan air traffic controller (ATC) yang lebih baik lagi. Semua pengembangan yang dilakukan akan sia-sia jika Bandara Soekarno-Hatta terutama tidak memperhatikan dua poin krusial yang selama ini sangat tertinggal di bandara Ibu Kota ini. minimnya runway di Soekarno-Hatta berakibat antrean pesawat yang kadang sudah tidak masuk akal lagi.
Pesawat bisa mengantre hingga setengah jam, bahkan lebih, untuk mendapatkan aba-aba "clear to take off " atau "clear to land ". Bahkan beberapa kali terjadi kesalahan dari ATC yang nyaris berakibat kecelakaan. Tentunya masalah-masalah ini akan menyurutkan minat maskapai-maskapai asing untuk menjadikan Indonesia khususnya bandara Soekarno-Hatta sebagai hub internasionalnya.
Bandara sebagai etalase bangsa ini mutlak harus dibenahi dan ditingkatkan. Kita harus mematok benchmark yang tinggi untuk hal yang satu ini. Semoga dengan makin baiknya etalase bangsa, akan makin banyak pula orang asing yang tertarik untuk berwisata dan berbisnis ke negeri ini.
Beberapa bandara sudah menjalani peremajaan, bahkan beberapa di antaranya diperbaiki secara menyeluruh. Salah satunya Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta didesain untuk menyaingi Changi Airport. Pada kadar tertentu, target itu tercapai dan cukup diakui oleh dunia internasional.
Ternyata, Changi Airport bergerak lebih maju lagi. Bandara yang sudah sejak lama menjadi hub internasional itu kemarin (25/7) memperkenalkan Terminal 4 Changi Airport yang akan diresmikan pada 7 Agustus 2017.
Terminal terbaru tersebut memperkenalkan beberapa kemajuan serta kecanggihan teknologi. Salah satunya adalah fast and seamless travel (FAST) yang memasukkan sistem pendeteksi wajah otomatis (facial recognition ). Belum banyak bandara di dunia yang menerapkan sistem ini.
Dalam rangka pengembangan bandara sebagai etalase bangsa ini, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, penambahan kapasitas bandara. Sudah sejak lama bandar-bandar udara besar di Indonesia seperti Soekarno-Hatta, Juanda, Ngurah Rai, Adisucipto, dan berbagai bandara lain yang harus menerima penumpang berkali-kali lipat dari kapasitas idealnya. Tentunya kondisi ini akan mengorbankan kenyamanan yang bukan tidak mungkin memberikan pengalaman buruk bagi para penumpang.
Kedua, keramahan yang harus dijaga. Keramahan bangsa Indonesia tidak diragukan lagi di dunia internasional. Bahkan di dunia penerbangan keramahan tersebut dikonfirmasi dengan penghargaan World’s Best Cabin Crew yang diberikan oleh Skytrax ke maskapai pelat merah Garuda Indonesia empat kali berturut-turut, yaitu tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017.
Maskapai-maskapai kesohor macam Singapore Airlines, Etihad, Emirates, Cathay Pacific, British Airways, Japan Airlines, Lufthansa, KLM, Turkish Airlines adalah beberapa yang dikalahkan oleh Garuda Indonesia. Sayangnya, ketika beranjak ke pelayanan bandara, maka sangat jarang bandar-bandar udara internasional di Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari segi hospitality.
Ketiga, sarana pendukung. Berbagai sarana pendukung di Terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta sangat menggembirakan dan membuat penumpang nyaman. Namun, tentunya pengalaman penumpang harus dibuat seragam dalam arti Terminal 1 dan Terminal 2 juga harus dirombak agar sebagai Terminal 3.
Keempat, kecanggihan teknologi menjadi suatu keniscayaan. Ke depan masyarakat pengguna angkutan udara akan kian berharap dengan penggunaan teknologi. Apa yang dilakukan oleh Changi Aiport harus diikuti, bahkan kalau bisa dilompati oleh bandar-bandar udara di Indonesia. Tentu kita tak ingin bandara kita mendapatkan rating buruk dari para pelancong internasional karena teknologi yang disematkan sudah uzur.
Kelima, landasan pacu (runway ) ketiga dan air traffic controller (ATC) yang lebih baik lagi. Semua pengembangan yang dilakukan akan sia-sia jika Bandara Soekarno-Hatta terutama tidak memperhatikan dua poin krusial yang selama ini sangat tertinggal di bandara Ibu Kota ini. minimnya runway di Soekarno-Hatta berakibat antrean pesawat yang kadang sudah tidak masuk akal lagi.
Pesawat bisa mengantre hingga setengah jam, bahkan lebih, untuk mendapatkan aba-aba "clear to take off " atau "clear to land ". Bahkan beberapa kali terjadi kesalahan dari ATC yang nyaris berakibat kecelakaan. Tentunya masalah-masalah ini akan menyurutkan minat maskapai-maskapai asing untuk menjadikan Indonesia khususnya bandara Soekarno-Hatta sebagai hub internasionalnya.
Bandara sebagai etalase bangsa ini mutlak harus dibenahi dan ditingkatkan. Kita harus mematok benchmark yang tinggi untuk hal yang satu ini. Semoga dengan makin baiknya etalase bangsa, akan makin banyak pula orang asing yang tertarik untuk berwisata dan berbisnis ke negeri ini.
(maf)