Keamanan Kita
A
A
A
PENGANIAYAAN terhadap pakar teknologi informasi (TI), Hermansyah, yang terjadi kemarin pagi (9/7/2017) sekitar pukul 04.00 WIB di Tol Jagorawi, sukses membetot perhatian publik.
Bukan hanya skala kekejiannya yang luar biasa, namun juga karena tingkat keterkenalan Hermansyah yang membuat kasus ini menjadi sangat menarik. Lihat saja berbagai berita yang viral dengan tone kurang lebih senada. Arahnya, diduga Hermansyah dianiaya karena memberikan kesaksian yang menyudutkan logika yang dibangun oleh polisi terkait kasus Rizieq Syihab.
Tentu berita ini belum bisa diklarifikasi jika pelakunya tidak juga tertangkap. Namun, arah seperti ini tentu sangat berbahaya kalau tidak cepat diklarifikasi oleh polisi. Tragedi pengeroyokan disertai pembacokan yang dialami Hermansyah memang patut mendapatkan perhatian serius dari kita semua.
Aksi brutal yang dilakukan sekelompok orang tak dikenal di jalan tol arah Depok ini menjadi peringatan buat kita bahwa situasi keamanan makin mengkhawatirkan. Fenomena ini tentu menjadi tantangan dan pekerjaan rumah bagi aparat keamanan untuk bisa memberikan rasa aman dan tenteram bagi segenap masyarakat Indonesia di mana pun mereka berada.
Kasus Hermansyah menjadi satu contoh konkret bagaimana warga sipil yang lemah sangat mudah terancam oleh tindakan biadab orang-orang yang jahat. Tentu sebelumnya, kalau mau didata, ada banyak sekali angka kejahatan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Ada memang yang terungkap dan pelakunya ditangkap serta diseret ke pengadilan.
Namun ada banyak kasus yang hingga saat ini belum bisa diungkap oleh aparat keamanan. Kembali pada tragedi kekerasan yang menimpa Hermansyah, sudah semestinya polisi lekas menyelesaikannya.
Ada beberapa hal yang harus polisi perhatikan dalam penyelesaian kasus ini. Pertama, tidak sulit melacak siapa pelaku kekerasan terhadap Hermansyah jika ada niat dari polisi.
Masalah niat ini harus digarisbawahi karena berkaca pada beberapa kasus sebelumnya dengan kasus penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan sebagai magnitudonya, maka masalah niat inilah yang oleh banyak bagian masyarakat sangat diragukan.
Untuk kasus penganiayaan terhadap Hermansyah ini, kasusnya yang terjadi di tol akan sangat mempermudah polisi. Dari tempat kejadian perkara (TKP) di KM 6 Tol Jakarta Bogor Ciawi (Jagorawi) hanya ada beberapa pintu tol yaitu Pondok Gede, Pintu Tol Pasar Rebo yang menjadi persimpangan dengan Tol JORR, pintu Tol Cibubur, serta pintu Tol Cibubur Utama. Selain itu, ada satu tempat peristirahatan yaitu rest area Cibubur di KM 11.
Masing-masing pintu tol dan tempat peristirahatan tersebut memiliki closed circuit television (CCTV) yang bisa diakses oleh polisi untuk mencari plat nomor mobil pelaku pengeroyokan. Bahkan waktu kejadian perkara di sekitar pukul 04.00 WIB akan sangat memudahkan polisi karena tentunya mobil yang lewat di ruas tol tersebut relatif sedikit.
Kedua, kepercayaan publik harus segera dikembalikan. Lambannya proses berbagai kasus kekerasan dan berbagai masalah lain terkait penegakan hukum oleh polisi sudah sangat mengganggu kepercayaan publik terhadap korps baju cokelat ini. Kepercayaan ini, jika terus memburuk, bisa membuat rakyat tidak peduli terhadap polisi dan merusak tatanan dalam masyarakat.
Kasus besar yang mendapatkan sorotan, selalu bisa menjadi turnaround point. Kasus Hermansyah ini salah satunya. Jika polisi bisa sukses mengungkapnya dengan cepat, bukan tak mungkin level kepercayaan masyarakat akan membumbung tinggi.
Ketiga, suasana teror yang terbangun sangat tidak menguntungkan bagi rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bayangkan bagaimana pandangan para calon investor asing saat akan menanamkan uangnya di Indonesia ketika melihat tingkat kekerasan ada pada level yang mengkhawatirkan. Sementara penegak hukum, yaitu polisi, tidak bisa perform dengan baik sehingga menimbulkan keraguan besar.
Semoga polisi bisa dan mau menuntaskan kasus ini, sehingga rakyat kian percaya pada polisi.
Bukan hanya skala kekejiannya yang luar biasa, namun juga karena tingkat keterkenalan Hermansyah yang membuat kasus ini menjadi sangat menarik. Lihat saja berbagai berita yang viral dengan tone kurang lebih senada. Arahnya, diduga Hermansyah dianiaya karena memberikan kesaksian yang menyudutkan logika yang dibangun oleh polisi terkait kasus Rizieq Syihab.
Tentu berita ini belum bisa diklarifikasi jika pelakunya tidak juga tertangkap. Namun, arah seperti ini tentu sangat berbahaya kalau tidak cepat diklarifikasi oleh polisi. Tragedi pengeroyokan disertai pembacokan yang dialami Hermansyah memang patut mendapatkan perhatian serius dari kita semua.
Aksi brutal yang dilakukan sekelompok orang tak dikenal di jalan tol arah Depok ini menjadi peringatan buat kita bahwa situasi keamanan makin mengkhawatirkan. Fenomena ini tentu menjadi tantangan dan pekerjaan rumah bagi aparat keamanan untuk bisa memberikan rasa aman dan tenteram bagi segenap masyarakat Indonesia di mana pun mereka berada.
Kasus Hermansyah menjadi satu contoh konkret bagaimana warga sipil yang lemah sangat mudah terancam oleh tindakan biadab orang-orang yang jahat. Tentu sebelumnya, kalau mau didata, ada banyak sekali angka kejahatan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Ada memang yang terungkap dan pelakunya ditangkap serta diseret ke pengadilan.
Namun ada banyak kasus yang hingga saat ini belum bisa diungkap oleh aparat keamanan. Kembali pada tragedi kekerasan yang menimpa Hermansyah, sudah semestinya polisi lekas menyelesaikannya.
Ada beberapa hal yang harus polisi perhatikan dalam penyelesaian kasus ini. Pertama, tidak sulit melacak siapa pelaku kekerasan terhadap Hermansyah jika ada niat dari polisi.
Masalah niat ini harus digarisbawahi karena berkaca pada beberapa kasus sebelumnya dengan kasus penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan sebagai magnitudonya, maka masalah niat inilah yang oleh banyak bagian masyarakat sangat diragukan.
Untuk kasus penganiayaan terhadap Hermansyah ini, kasusnya yang terjadi di tol akan sangat mempermudah polisi. Dari tempat kejadian perkara (TKP) di KM 6 Tol Jakarta Bogor Ciawi (Jagorawi) hanya ada beberapa pintu tol yaitu Pondok Gede, Pintu Tol Pasar Rebo yang menjadi persimpangan dengan Tol JORR, pintu Tol Cibubur, serta pintu Tol Cibubur Utama. Selain itu, ada satu tempat peristirahatan yaitu rest area Cibubur di KM 11.
Masing-masing pintu tol dan tempat peristirahatan tersebut memiliki closed circuit television (CCTV) yang bisa diakses oleh polisi untuk mencari plat nomor mobil pelaku pengeroyokan. Bahkan waktu kejadian perkara di sekitar pukul 04.00 WIB akan sangat memudahkan polisi karena tentunya mobil yang lewat di ruas tol tersebut relatif sedikit.
Kedua, kepercayaan publik harus segera dikembalikan. Lambannya proses berbagai kasus kekerasan dan berbagai masalah lain terkait penegakan hukum oleh polisi sudah sangat mengganggu kepercayaan publik terhadap korps baju cokelat ini. Kepercayaan ini, jika terus memburuk, bisa membuat rakyat tidak peduli terhadap polisi dan merusak tatanan dalam masyarakat.
Kasus besar yang mendapatkan sorotan, selalu bisa menjadi turnaround point. Kasus Hermansyah ini salah satunya. Jika polisi bisa sukses mengungkapnya dengan cepat, bukan tak mungkin level kepercayaan masyarakat akan membumbung tinggi.
Ketiga, suasana teror yang terbangun sangat tidak menguntungkan bagi rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bayangkan bagaimana pandangan para calon investor asing saat akan menanamkan uangnya di Indonesia ketika melihat tingkat kekerasan ada pada level yang mengkhawatirkan. Sementara penegak hukum, yaitu polisi, tidak bisa perform dengan baik sehingga menimbulkan keraguan besar.
Semoga polisi bisa dan mau menuntaskan kasus ini, sehingga rakyat kian percaya pada polisi.
(dam)