Sekjen PDIP: Tradisi Halal Bihalal Perkokoh Persaudaraan Nasional
A
A
A
JAKARTA - Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriyah kepada segenap lapisan masyarakat di Tanah Air. Dia mengatakan tradisi halal bihalal harus dipelihara dengan baik.
"Tradisi halal bihalal sungguh hidup, menjabarkan kepribadian bangsa Indonesia yang suka tolong menolong, gotong royong dan menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum untuk memerkuat tali persaudaraan sambil bermaaf-maafan," ujarnya lewat rilis yang diterima SINDOnews, Senin (26/6/2017).
Dalam perspektif kesejarahan, kata Hasto, tradisi halal bihalal yang dimulai dengan penuh kesadaran baik di kalangan pemimpin nasional maupun masyarakat luas dimulai sejak tahun 1948. Saat itu Indonesia dilanda berbagai persoalan seperti pemberontakan, dan elite politik yang saling bertengkar serta tidak mau bermusyawarah.
"Atas dasar hal tersebut pada pertengahan bulan Ramadan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara guna diminta pendapatnya bagaimana Lebaran menjadi momentum agar para tokoh bangsa dan elite politik yang berbeda pendapat bisa bertemu dan bermusyawarah," tuturnya.
Mendengar hal tersebut, lanjut Hasto, maka KH Wahab mengusulkan perlunya silaturahmi. Namun, Presiden RI pertama Soekarno meminta istilah yang lain, dan akhirnya disepakati halal bihalal, yang maknanya saling menghalalkan.
"Maka sejak tahun 1948 tradisi Idul Fitri menjadi momentum halal bihalal guna saling bermaaf-maafan dan mengedepankan persaudaraan sebagai satu bangsa," ucap dia.
Untuk itu, PDIP mengajak seluruh komponen bangsa untuk benar-benar menggunakan momentum Lebaran tersebut guna memerkokoh persaudaraan nasional agar bangsa ini dapat segera bangkit mengejar ketertinggalannya dengan cara gotong royong.
"Seluruh kader Partai menghikmati Idul Fitri tidak hanya sebagai hari kemenangan setelah satu bulan berpuasa, namun juga mengambil semangat halal bihalal tersebut guna meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa. Selamat Idul Fitri," tutupnya.
"Tradisi halal bihalal sungguh hidup, menjabarkan kepribadian bangsa Indonesia yang suka tolong menolong, gotong royong dan menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum untuk memerkuat tali persaudaraan sambil bermaaf-maafan," ujarnya lewat rilis yang diterima SINDOnews, Senin (26/6/2017).
Dalam perspektif kesejarahan, kata Hasto, tradisi halal bihalal yang dimulai dengan penuh kesadaran baik di kalangan pemimpin nasional maupun masyarakat luas dimulai sejak tahun 1948. Saat itu Indonesia dilanda berbagai persoalan seperti pemberontakan, dan elite politik yang saling bertengkar serta tidak mau bermusyawarah.
"Atas dasar hal tersebut pada pertengahan bulan Ramadan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara guna diminta pendapatnya bagaimana Lebaran menjadi momentum agar para tokoh bangsa dan elite politik yang berbeda pendapat bisa bertemu dan bermusyawarah," tuturnya.
Mendengar hal tersebut, lanjut Hasto, maka KH Wahab mengusulkan perlunya silaturahmi. Namun, Presiden RI pertama Soekarno meminta istilah yang lain, dan akhirnya disepakati halal bihalal, yang maknanya saling menghalalkan.
"Maka sejak tahun 1948 tradisi Idul Fitri menjadi momentum halal bihalal guna saling bermaaf-maafan dan mengedepankan persaudaraan sebagai satu bangsa," ucap dia.
Untuk itu, PDIP mengajak seluruh komponen bangsa untuk benar-benar menggunakan momentum Lebaran tersebut guna memerkokoh persaudaraan nasional agar bangsa ini dapat segera bangkit mengejar ketertinggalannya dengan cara gotong royong.
"Seluruh kader Partai menghikmati Idul Fitri tidak hanya sebagai hari kemenangan setelah satu bulan berpuasa, namun juga mengambil semangat halal bihalal tersebut guna meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa. Selamat Idul Fitri," tutupnya.
(kri)