Wimboh Dibanjiri Harapan
A
A
A
OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) kini punya nakhoda baru. Adalah Wimboh Santoso yang telah terpilih dengan memborong 50 dari 54 suara dalam voting pemilihan ketua Dewan Komisioner OJK periode 2017–2022 oleh Komisi XI DPR.
Begitu terpilih, pria yang mengawali karier di Bank Indonesia (BI) sejak 1984 silam selaku pemeriksa dan pengawas bank ini dibanjiri harapan dari lembaga atau institusi yang berkaitan langsung dengan kewenangan OJK. Bahkan pemerintah pun menaruh harapan besar kepada lelaki kelahiran Boyolali, 15 Maret 1957 ini.
Pemerintah, lewat Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, berharap Wimboh dapat membawa OJK menjadi lembaga yang kredibel dan menjaga stabilitas sektor keuangan serta nantinya mampu memberdayakan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Dan OJK dapat menciptakan hubungan harmonis antara Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan pemerintah.
Menaruh harapan besar terhadap nakhoda baru OJK hal yang wajar mengingat peran lembaga tersebut begitu vital berkaitan dengan sektor finansial. Maju tidaknya lembaga keuangan sangat tergantung pada peran yang dimainkan OJK.
Mencermati ungkapan harapan terhadap OJK di bawah kepemimpinan Wimboh Santoso baik dari perbankan maupun lembaga keuangan nonbank, hingga seputar penurunan suku bunga yang gencar disuarakan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution, cukup menggambarkan bahwa begitu besar beban yang harus dipikul OJK ke depan.
Misalnya kalangan perbankan berharap OJK bisa mengeluarkan relaksasi kebijakan yang lebih banyak. Hal itu terkait dengan pembiayaan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah saat ini sehingga diperlukan berbagai relaksasi kebijakan.
Selain itu kalangan perbankan juga berharap OJK menghitung ulang biaya-biaya yang dikenakan kepada industri keuangan untuk menghindari beban lebih tinggi yang bisa berefek pada ketidakefisienan industri keuangan.
Tak kalah penting fungsi pengawasan dan pembinaan yang senantiasa harus ditingkatkan guna mendukung industri keuangan agar lebih efisien dan efektif yang mampu bertarung secara regional, bahkan global. Harapan lainnya adalah pengelolaan OJK lebih terkoordinasi, solid, dan tercipta one stop service serta dapat bersinergi lebih baik dengan BI dan pihak lain dalam kaitan memajukan industri keuangan.
Harapan senada juga berembus dari kalangan industri asuransi. Harapan lebih spesifik sebagaimana disuarakan Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum (AAUI) Julian Noor adalah bagaimana agar OJK meningkatkan kerja sama antara sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank, khususnya asuransi.
Pihak AAUI mengakui bahwa integrasi ketiga sektor tersebut selama ini sudah berjalan namun belum maksimal dan salah satu tugas utama kehadiran OJK adalah mengintegrasikan ketiga sektor tersebut.
Setali tiga uang, pelaku industri pembiayaan atau lebih dikenal dengan istilah multifinance berharap OJK dapat memberi perhatian merata terhadap industri keuangan nonbank. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno berharap Wimboh tak melakukan perubahan signifikan pada aturan yang sudah ada.
Pihak APPI berharap OJK dapat meningkatkan sisi edukasi dan perlindungan terhadap konsumen. Selain itu, OJK diharapkan mampu menjembatani masalah atau kasus yang muncul pada industri pembiyaan. Persoalan antara industri pembiayaan dan masyarakat cukup beragam dan dibutuhkan penengah yang mampu menyelesaikan persoalan tanpa merugikan pihak yang bersengketa.
Wimboh sepertinya sangat menyadari betapa berat tugas ke depan yang harus diselesaikan. Hanya jeda beberapa saat setelah terpilih sebagai orang nomor satu di OJK, Wimboh langsung menyambangi Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Salah satu topik yang dibicarakan adalah mengenai penurunan suku bunga kredit perbankan. Meski pertemuan tersebut hanya sebatas bincang-bincang saja, Darmin menyatakan mengingatkan Wimboh yang kini masih menjabat sebagai komisaris utama Bank Mandiri untuk meneruskan program penurunan suku bunga kredit yang dulu digagas bersama ketika Darmin masih menjadi petinggi bank sentral.
Sulit dimungkiri bahwa suku bunga kredit perbankan di negeri ini masih terlalu tinggi dibandingkan sejumlah negara. Sebagai perbandingan, tingkat inflasi di Indonesia rata-rata sekitar 3% hingga 4% dengan tingkat suku bunga kredit 11% hingga 13%.
Bandingkan dengan sejumlah negara dengan tingkat inflasi 2% level suku bunga kredit hanya sekitar 6%. Ini salah satu harapan bagi dunia usaha yang sudah lama didambakan. Kita berharap peran OJK di bawah kendali Wimboh Santoso bisa lebih maksimal mewujudkan berbagai harapan yang sudah dilontarkan masyarakat.
Begitu terpilih, pria yang mengawali karier di Bank Indonesia (BI) sejak 1984 silam selaku pemeriksa dan pengawas bank ini dibanjiri harapan dari lembaga atau institusi yang berkaitan langsung dengan kewenangan OJK. Bahkan pemerintah pun menaruh harapan besar kepada lelaki kelahiran Boyolali, 15 Maret 1957 ini.
Pemerintah, lewat Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, berharap Wimboh dapat membawa OJK menjadi lembaga yang kredibel dan menjaga stabilitas sektor keuangan serta nantinya mampu memberdayakan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Dan OJK dapat menciptakan hubungan harmonis antara Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan pemerintah.
Menaruh harapan besar terhadap nakhoda baru OJK hal yang wajar mengingat peran lembaga tersebut begitu vital berkaitan dengan sektor finansial. Maju tidaknya lembaga keuangan sangat tergantung pada peran yang dimainkan OJK.
Mencermati ungkapan harapan terhadap OJK di bawah kepemimpinan Wimboh Santoso baik dari perbankan maupun lembaga keuangan nonbank, hingga seputar penurunan suku bunga yang gencar disuarakan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution, cukup menggambarkan bahwa begitu besar beban yang harus dipikul OJK ke depan.
Misalnya kalangan perbankan berharap OJK bisa mengeluarkan relaksasi kebijakan yang lebih banyak. Hal itu terkait dengan pembiayaan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah saat ini sehingga diperlukan berbagai relaksasi kebijakan.
Selain itu kalangan perbankan juga berharap OJK menghitung ulang biaya-biaya yang dikenakan kepada industri keuangan untuk menghindari beban lebih tinggi yang bisa berefek pada ketidakefisienan industri keuangan.
Tak kalah penting fungsi pengawasan dan pembinaan yang senantiasa harus ditingkatkan guna mendukung industri keuangan agar lebih efisien dan efektif yang mampu bertarung secara regional, bahkan global. Harapan lainnya adalah pengelolaan OJK lebih terkoordinasi, solid, dan tercipta one stop service serta dapat bersinergi lebih baik dengan BI dan pihak lain dalam kaitan memajukan industri keuangan.
Harapan senada juga berembus dari kalangan industri asuransi. Harapan lebih spesifik sebagaimana disuarakan Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum (AAUI) Julian Noor adalah bagaimana agar OJK meningkatkan kerja sama antara sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank, khususnya asuransi.
Pihak AAUI mengakui bahwa integrasi ketiga sektor tersebut selama ini sudah berjalan namun belum maksimal dan salah satu tugas utama kehadiran OJK adalah mengintegrasikan ketiga sektor tersebut.
Setali tiga uang, pelaku industri pembiayaan atau lebih dikenal dengan istilah multifinance berharap OJK dapat memberi perhatian merata terhadap industri keuangan nonbank. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno berharap Wimboh tak melakukan perubahan signifikan pada aturan yang sudah ada.
Pihak APPI berharap OJK dapat meningkatkan sisi edukasi dan perlindungan terhadap konsumen. Selain itu, OJK diharapkan mampu menjembatani masalah atau kasus yang muncul pada industri pembiyaan. Persoalan antara industri pembiayaan dan masyarakat cukup beragam dan dibutuhkan penengah yang mampu menyelesaikan persoalan tanpa merugikan pihak yang bersengketa.
Wimboh sepertinya sangat menyadari betapa berat tugas ke depan yang harus diselesaikan. Hanya jeda beberapa saat setelah terpilih sebagai orang nomor satu di OJK, Wimboh langsung menyambangi Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Salah satu topik yang dibicarakan adalah mengenai penurunan suku bunga kredit perbankan. Meski pertemuan tersebut hanya sebatas bincang-bincang saja, Darmin menyatakan mengingatkan Wimboh yang kini masih menjabat sebagai komisaris utama Bank Mandiri untuk meneruskan program penurunan suku bunga kredit yang dulu digagas bersama ketika Darmin masih menjadi petinggi bank sentral.
Sulit dimungkiri bahwa suku bunga kredit perbankan di negeri ini masih terlalu tinggi dibandingkan sejumlah negara. Sebagai perbandingan, tingkat inflasi di Indonesia rata-rata sekitar 3% hingga 4% dengan tingkat suku bunga kredit 11% hingga 13%.
Bandingkan dengan sejumlah negara dengan tingkat inflasi 2% level suku bunga kredit hanya sekitar 6%. Ini salah satu harapan bagi dunia usaha yang sudah lama didambakan. Kita berharap peran OJK di bawah kendali Wimboh Santoso bisa lebih maksimal mewujudkan berbagai harapan yang sudah dilontarkan masyarakat.
(poe)