Pagar Nusa di Tengah Arus Islamisme
A
A
A
Emha Nabil Haroen
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat PSNU Pagar Nusa
SELAMA ini, Pagar Nusa menjadi benteng kokoh komunitas pesantren. Pencak Silat Nahdlatul Ulama (Pagar Nusa) tidak sekadar merawat tradisi luhur Nusantara dalam seni bela diri, namun memiliki tujuan pengabdian untuk menjaga marwah kiai sekaligus menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejak awal dibentuk, Pagar Nusa terbukti konsisten menjaga keseimbangan dalam keamanan nasional maupun di internal pesantren. Para pendekar dan kader Pagar Nusa mampu menjadi tonggak yang kokoh, sebagai benteng fisik, dan spiritual bagi komunitas pesantren. Pagar Nusa juga berkomitmen untuk menjaga kesatuan NKRI di tengah ancaman disintegrasi.
Islamisme dan Ideologi Trans-Nasional
Di tengah arus deras Islamisme, bagaimana Pagar Nusa mempersiapkan diri? Tantangan radikalisme dan merebaknya ideologi transnasional yang masuk ke Indonesia melalui jaringan organisasi internasional, ataupun lembaga-lembaga yang terkoneksi dengan politik internasional perlu direspons secara strategis.
Bagaimanapun, Pagar Nusa bukanlah barisan paramiliter. Pagar Nusa tidak menyiapkan kadernya dalam pertarungan kasar yang hanya mengandalkan kekuatan fisik. Para pendekar Pagar Nusa dilatih memiliki kekuatan fisik, kecerdasan emosional, dan kematangan spiritual. Sesepuh Pagar Nusa, almarhum Kiai Maksum Jauhari (Gus Maksum) menjadi teladan bagi para kader dan pendekar Pagar Nusa.
Akan tetapi, Pagar Nusa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan negeri. Para pendekar khos (khusus) yang dimiliki Pagar Nusa memiliki peran-peran strategis, yang tidak perlu dikampanyekan di ranah publik. Peran merasa terasa, cepat dan signifikan jika menghadapi tantangan yang dirasa perlu mendapatkan respons. Ada standar dan kriteria masalah ataupun tantangan yang menjadi tanggung jawab Pagar Nusa.
Tidak semua hal harus direspons, tidak semua masalah harus dijawab secara reaktif. Pagar Nusa selama ini memilih bekerja secara efektif, bergerak dalam diam, namun kontribusinya maksimal dalam menjaga kedaulatan bangsa, mengawal integrasi NKRI.
Di sisi lain, Pagar Nusa juga mengabdi untuk terus mengawal kiai-kiai pesantren yang menjadi panutan. Jika kehormatan kiai dilecehkan dan dihina, Pagar Nusa tidak akan tinggal diam. Ini komitmen Pagar Nusa menjaga simbol pesantren. Jika simbol pengetahuan dilecehkan, sama halnya tidak ada penghormatan atas jamaah (komunitas) Nahdliyin dan Jam'iyyah (organisasi) Nahdlatul Ulama.
Lalu, bagaimana cara Pagar Nusa menjaga NKRI di tengah arus deras islamisme dan radikalisme berbasis agama? Arus islamisme merupakan gelombang formalisasi agama yang berusaha membangun kekuatan politik untuk kepentingan kekuasaan. Islamisme menggunakan kendaraan agama untuk masuk ruang kekuasaan dan politik. Inilah yang terjadi belakangan ini di Tanah Air, berupa kebencian-kebencian yang ditanamkan di mimbar-mimbar masjid.
Kebencian yang diserukan secara heroik dengan menggunakan jubah agama akan berbahaya bagi kesatuan umat. Seharusnya kita meminggirkan egoisme politik di lingkaran kesejukan agama. Islam mewartakan perdamaian dan kesatuan umat. Inilah yang harus menjadi renungan bersama.
Terhadap kelompok yang mengancam kesatuan dan kedaulatan NKRI, Pagar Nusa tidak akan tinggal diam. Mereka yang berteriak melawan negara atau bahkan berusaha merobohkan negara, harus berpikir ulang. Pagar Nusa berkomitmen untuk terus mengabdi menjaga negara. Sesuai kaidah yang menjadi rujukan: hubbul wathan minal iman , cinta negara merupakan bagian dari iman.
Mencintai negara, sekaligus menjaga agar keamanan dan sistem sosial-politik stabil. Jika sistem stabil maka ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan akan mendapat dukungan untuk kreasi terbaik. Akan tetapi, dukungan Pagar Nusa terhadap negara dibarengi dengan sikap kritis untuk mendorong pemimpin bangsa bekerja untuk kemaslahatan umat.
"Tasharruful imam 'ala al-ra'iyyah manuthun bil maslahah ", kebijakan seorang pemimpin haruslah terkoneksi dengan kemaslahatan publik. Jadi, kaidah yang menjadi fondasi prinsip Pagar Nusa terhadap pengabdian kepada negara dan dukungan kepada pemimpin yang berorientasi pada maslahat berada pada garis stabil.
Komitmen Kebangsaan
Di tengah kontestasi ideologi maupun tantangan politik kenegaraan ini, Pagar Nusa terus melangkah dengan komitmen kebangsaan. Komitmen ini dijaga dengan mempersiapkan barisan, mengawal kader, dan konsolidasi kepemimpinan.
Pimpinan Pusat Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) akan menyelenggarakan Kongres ketiga pada 3-5 Mei 2017 di Jakarta. Kongres ini bukan semata alih estafet kepemimpinan, namun sejatinya untuk menghadirkan kader-kader pemimpin yang matang dalam mengelola organisasi sekaligus mampu mengabdi untuk pesantren dan mengawal bangsa.
Selamat untuk Kongres Pagar Nusa, teruslah berkhidmat untuk pesantren dan bangsa Indonesia!
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat PSNU Pagar Nusa
SELAMA ini, Pagar Nusa menjadi benteng kokoh komunitas pesantren. Pencak Silat Nahdlatul Ulama (Pagar Nusa) tidak sekadar merawat tradisi luhur Nusantara dalam seni bela diri, namun memiliki tujuan pengabdian untuk menjaga marwah kiai sekaligus menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejak awal dibentuk, Pagar Nusa terbukti konsisten menjaga keseimbangan dalam keamanan nasional maupun di internal pesantren. Para pendekar dan kader Pagar Nusa mampu menjadi tonggak yang kokoh, sebagai benteng fisik, dan spiritual bagi komunitas pesantren. Pagar Nusa juga berkomitmen untuk menjaga kesatuan NKRI di tengah ancaman disintegrasi.
Islamisme dan Ideologi Trans-Nasional
Di tengah arus deras Islamisme, bagaimana Pagar Nusa mempersiapkan diri? Tantangan radikalisme dan merebaknya ideologi transnasional yang masuk ke Indonesia melalui jaringan organisasi internasional, ataupun lembaga-lembaga yang terkoneksi dengan politik internasional perlu direspons secara strategis.
Bagaimanapun, Pagar Nusa bukanlah barisan paramiliter. Pagar Nusa tidak menyiapkan kadernya dalam pertarungan kasar yang hanya mengandalkan kekuatan fisik. Para pendekar Pagar Nusa dilatih memiliki kekuatan fisik, kecerdasan emosional, dan kematangan spiritual. Sesepuh Pagar Nusa, almarhum Kiai Maksum Jauhari (Gus Maksum) menjadi teladan bagi para kader dan pendekar Pagar Nusa.
Akan tetapi, Pagar Nusa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan negeri. Para pendekar khos (khusus) yang dimiliki Pagar Nusa memiliki peran-peran strategis, yang tidak perlu dikampanyekan di ranah publik. Peran merasa terasa, cepat dan signifikan jika menghadapi tantangan yang dirasa perlu mendapatkan respons. Ada standar dan kriteria masalah ataupun tantangan yang menjadi tanggung jawab Pagar Nusa.
Tidak semua hal harus direspons, tidak semua masalah harus dijawab secara reaktif. Pagar Nusa selama ini memilih bekerja secara efektif, bergerak dalam diam, namun kontribusinya maksimal dalam menjaga kedaulatan bangsa, mengawal integrasi NKRI.
Di sisi lain, Pagar Nusa juga mengabdi untuk terus mengawal kiai-kiai pesantren yang menjadi panutan. Jika kehormatan kiai dilecehkan dan dihina, Pagar Nusa tidak akan tinggal diam. Ini komitmen Pagar Nusa menjaga simbol pesantren. Jika simbol pengetahuan dilecehkan, sama halnya tidak ada penghormatan atas jamaah (komunitas) Nahdliyin dan Jam'iyyah (organisasi) Nahdlatul Ulama.
Lalu, bagaimana cara Pagar Nusa menjaga NKRI di tengah arus deras islamisme dan radikalisme berbasis agama? Arus islamisme merupakan gelombang formalisasi agama yang berusaha membangun kekuatan politik untuk kepentingan kekuasaan. Islamisme menggunakan kendaraan agama untuk masuk ruang kekuasaan dan politik. Inilah yang terjadi belakangan ini di Tanah Air, berupa kebencian-kebencian yang ditanamkan di mimbar-mimbar masjid.
Kebencian yang diserukan secara heroik dengan menggunakan jubah agama akan berbahaya bagi kesatuan umat. Seharusnya kita meminggirkan egoisme politik di lingkaran kesejukan agama. Islam mewartakan perdamaian dan kesatuan umat. Inilah yang harus menjadi renungan bersama.
Terhadap kelompok yang mengancam kesatuan dan kedaulatan NKRI, Pagar Nusa tidak akan tinggal diam. Mereka yang berteriak melawan negara atau bahkan berusaha merobohkan negara, harus berpikir ulang. Pagar Nusa berkomitmen untuk terus mengabdi menjaga negara. Sesuai kaidah yang menjadi rujukan: hubbul wathan minal iman , cinta negara merupakan bagian dari iman.
Mencintai negara, sekaligus menjaga agar keamanan dan sistem sosial-politik stabil. Jika sistem stabil maka ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan akan mendapat dukungan untuk kreasi terbaik. Akan tetapi, dukungan Pagar Nusa terhadap negara dibarengi dengan sikap kritis untuk mendorong pemimpin bangsa bekerja untuk kemaslahatan umat.
"Tasharruful imam 'ala al-ra'iyyah manuthun bil maslahah ", kebijakan seorang pemimpin haruslah terkoneksi dengan kemaslahatan publik. Jadi, kaidah yang menjadi fondasi prinsip Pagar Nusa terhadap pengabdian kepada negara dan dukungan kepada pemimpin yang berorientasi pada maslahat berada pada garis stabil.
Komitmen Kebangsaan
Di tengah kontestasi ideologi maupun tantangan politik kenegaraan ini, Pagar Nusa terus melangkah dengan komitmen kebangsaan. Komitmen ini dijaga dengan mempersiapkan barisan, mengawal kader, dan konsolidasi kepemimpinan.
Pimpinan Pusat Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) akan menyelenggarakan Kongres ketiga pada 3-5 Mei 2017 di Jakarta. Kongres ini bukan semata alih estafet kepemimpinan, namun sejatinya untuk menghadirkan kader-kader pemimpin yang matang dalam mengelola organisasi sekaligus mampu mengabdi untuk pesantren dan mengawal bangsa.
Selamat untuk Kongres Pagar Nusa, teruslah berkhidmat untuk pesantren dan bangsa Indonesia!
(whb)