Gubernur NTB Dihina, Menhan Ingin WNI Keturunan Ikut Bela Negara

Senin, 17 April 2017 - 17:55 WIB
Gubernur NTB Dihina, Menhan Ingin WNI Keturunan Ikut Bela Negara
Gubernur NTB Dihina, Menhan Ingin WNI Keturunan Ikut Bela Negara
A A A
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menanggapi kasus penghinaan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang Zainul Majdi yang dilakukan Steven Hadisuryo Sulistyo di Bandara Changi, Singapura, beberapa waktu lalu.

Rencananya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) membidik warga keturunan untuk ikut dalam program bela negara. Dengan begitu, mereka akan memiliki rasa nasionalisme dan saling menghormati sesama warga negara Indonesia.

"Pasti (program Bela Negara sasar warga keturunan)," ujar Ryamizard saat pemaparan rencana puncak perayaan Hari Bela Negara di Manado, Sulawesi Utara, di Kantor Kemhan, Senin (17/04/2017).

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini mengaku, prihatin dengan anak-anak yang menjalani pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, sampai mahasiswa di luar negeri, karena bisa berimbas pada semangat bela negara.

"Bela negara nol. Nah ini harus dicatat kita kumpulkan beri pengarahan bagaimana jadi warga negara yang baik. Inikan belum warga negara cuma namanya, tapi tidak ngerti, yang begini-begini nih ada benih-benih yang tidak benar," katanya.

(Baca juga: Jokowi Undang Yusuf Mansur, Arifin Ilham hingga Mahfud MD ke Istana)


Ryamizard menilai, mereka yang mengikuti pendidikan di luar negeri dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi akan kurang memahami bangsanya.

"Coba bayangkan dari SD, SMP, SMA sampai mahasiswa di luar negeri, dia tidak tahu bangsanya, dia harus tahu bangsanya. Dia bangsa siapa, bangsa Indonesia," ucapnya.

Mantan Pangkostrad ini berharap, sebelum mengikuti pendidikan di luar negeri, pemahaman mengenai jati diri bangsa harus diperkuat. Jangan sampai kepribadian atau budaya di negara lain menjadikan mereka tidak memahami bangsa dan negaranya sendiri.

"Tidak boleh. Kita berharap untuk sekolah keluar negeri dimantabkan dulu (nasionalisme), SMA boleh, SD-SMP harus di sini. Itu harapan kita, itu akan bertahap," tandasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6343 seconds (0.1#10.140)