Lembaga Zakat Indonesia Bantu Korban Kelaparan di Somalia
A
A
A
MOGADISHU - Kekeringan panjang yang melanda beberapa negara Afrika sejak akhir 2016 ditandai dengan krisis pangan, kegagalan panen dan hewan ternak yang mati. Fenomena ini direspons cepat beberapa lembaga zakat dan kemanusiaan di Indonesia di antaranya Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), Dompet Peduli Umat Darut Tauhid (DPU DT), Lembaga Manajemen Infaq (LMI), dan LAZ Amanah Jakarta.
”Peristiwa ini hampir sama dengan fenomena El-Nino yang menyebabkan kekeringan parah di tahun 2011,” kata Deni Kurniawan, International Recovery tim PKPU Human Initiative di Jakarta, Sabtu 8 April 2017.
Deni mengatakan, wilayah tersebut mengalami krisis makanan, air bersih, kurang gizi dan gangguan kesehatan dengan jumlah penduduk yang terdampak bervariasi. PKPU Human Initiative sendiri telah mendistribusikan bantuan di Mogadishu sejak akhir Maret lalu.
Distribusi menjangkau pusat-pusat pengungsian yang baru terbentuk di daerah pinggiran Mogadishu. ”Sampai hari ini bantuan yang sudah disalurkan di antaranya paket makanan dan distribusi air bersih serta pelayanan kesehatan,” ujarnya.
Untuk paket makanan terdiri dari beras, tepung, gula dan minyak goreng. Sementara distribusi air bersih dilakukan dengan menyediakan truk tanki 12 ribu liter untuk memenuhi kebutuhan air di setiap titik pengungsian.
Secara keseluruhan bantuan yang terus dilakukan dalam 10 hari telah menjangkau hampir 30.000 pengungsi di Somalia. ”Selain itu pelayanan kesehatan keliling juga dilakukan untuk menangkal wabah, pemulihan penderita gizi buruk dan pengobatan,” jelasnya.
Diketahui dalam kunjungannya ke Somalia pada awal Maret lalu, Sekjen PBB Antonie Gutteres menyerukan kepada dunia segera bertindak mengatasi ancaman kelaparan. Sebagai negara dengan jumlah populasi terdampak paling besar Somalia sangat membutuhkan uluran tangan di tengah ketidakpastian negara ini yang sedang dilanda gejolak konflik.
Kekeringan ekstrem sudah terjadi sejak akhir 2016 khususnya di bagian selatan Somalia. Dari 22,9 juta orang yang terpapar ancaman kelaparan di Sudan Selatan, Kenya, Ethiopia dan Yaman, sebanyak 6,2 juta ada di Somalia. Jumlah ini termasuk 363.000 anak usia di bawah lima tahun yang mengalami gizi buruk akut. (kai/kis/pkpu_hi)
”Peristiwa ini hampir sama dengan fenomena El-Nino yang menyebabkan kekeringan parah di tahun 2011,” kata Deni Kurniawan, International Recovery tim PKPU Human Initiative di Jakarta, Sabtu 8 April 2017.
Deni mengatakan, wilayah tersebut mengalami krisis makanan, air bersih, kurang gizi dan gangguan kesehatan dengan jumlah penduduk yang terdampak bervariasi. PKPU Human Initiative sendiri telah mendistribusikan bantuan di Mogadishu sejak akhir Maret lalu.
Distribusi menjangkau pusat-pusat pengungsian yang baru terbentuk di daerah pinggiran Mogadishu. ”Sampai hari ini bantuan yang sudah disalurkan di antaranya paket makanan dan distribusi air bersih serta pelayanan kesehatan,” ujarnya.
Untuk paket makanan terdiri dari beras, tepung, gula dan minyak goreng. Sementara distribusi air bersih dilakukan dengan menyediakan truk tanki 12 ribu liter untuk memenuhi kebutuhan air di setiap titik pengungsian.
Secara keseluruhan bantuan yang terus dilakukan dalam 10 hari telah menjangkau hampir 30.000 pengungsi di Somalia. ”Selain itu pelayanan kesehatan keliling juga dilakukan untuk menangkal wabah, pemulihan penderita gizi buruk dan pengobatan,” jelasnya.
Diketahui dalam kunjungannya ke Somalia pada awal Maret lalu, Sekjen PBB Antonie Gutteres menyerukan kepada dunia segera bertindak mengatasi ancaman kelaparan. Sebagai negara dengan jumlah populasi terdampak paling besar Somalia sangat membutuhkan uluran tangan di tengah ketidakpastian negara ini yang sedang dilanda gejolak konflik.
Kekeringan ekstrem sudah terjadi sejak akhir 2016 khususnya di bagian selatan Somalia. Dari 22,9 juta orang yang terpapar ancaman kelaparan di Sudan Selatan, Kenya, Ethiopia dan Yaman, sebanyak 6,2 juta ada di Somalia. Jumlah ini termasuk 363.000 anak usia di bawah lima tahun yang mengalami gizi buruk akut. (kai/kis/pkpu_hi)
(poe)