China Dominasi Wisman
A
A
A
PADA Februari lalu, kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 957.580 orang. Wisman yang menjajal sejumlah tujuan wisata favorit di negeri ini didominasi turis dari China sekitar 21,31%, diikuti turis Australia 10,6% , lalu Malaysia mencapai 10,48% dan Singapura sekitar 9,76%, serta Jepang 4,29%.
Kunjungan wisman pada dua bulan awal tahun ini cukup menggembirakan. Pada periode Februari 2017 tercatat kenaikan sekitar 7,8% menjadi 957.580, dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebanyak 888.310 kunjungan.
Selain itu, secara kumulatif sepanjang Januari–Februari 2017 sebagaimana publikasi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), juga terjadi kenaikan 16,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat 1,8 juta kunjungan yang melewati 19 pintu utama, sekitar 193.000 kunjungan di luar pintu utama tersebut.
Dari 19 pintu utama masuknya wisman, BPS mencatat persentase kenaikan tertinggi dialami Bandara Adi Sumarmo, Jawa Tengah sekitar 602,70%. Kenaikan kunjungan wisman pada periode Januari–Februari 2017 dibandingkan periode yang sama 2016 turut mendongkrak tingkat penghunian kamar (TPK) hotel. Terpantau TPK tertinggi diraih Papua sekitar 62%, disusul DKI Jakarta yang mencapai 61,83% dan Bali mencatat 60,82%.
Memang dalam rencana kerja Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sepanjang tahun ini fokus menggarap Greater China sebanyak 2.453.000 orang, terdiri atas China 2.037.000 orang, Taiwan sekitar 284,000 orang, dan Hong Kong 132.000 orang. Menyusul Singapura 2.275.000 orang dan kawasan Eropa yang dipatok mencapai 2.198.000 orang, meliputi Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, dan Rusia.
Adapun kunjungan wisman dari Australia dipatok 1.816.000 orang dan turis dari negeri jiran Malaysia 1.772.000 orang. Untuk tahun ini, Kemenpar telah mematok target kunjungan wisman sebanyak 15 juta orang.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menargetkan sebanyak 10 juta turis asal Negeri Panda yang berkunjung ke Indonesia hingga tiga tahun ke depan. Mantan gubernur DKI Jakarta itu beralasan bahwa setiap tahun orang China yang melancong ke berbagai negara mencapai 150 juta orang. Selama ini, tujuan utama wisata warga China lebih banyak ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Presiden optimistis dapat menarik perhatian warga China untuk berwisata ke Indonesia. sepanjang segala yang berkaitan dengan kedatangan mereka dipersiapkan matang, dari membenahi tujuan wisata dengan meningkatkan pelayanan hingga memperbanyak frekuensi penerbangan terhadap negeri yang berpenduduk terbesar di dunia itu. Apalagi, pemerintah Indonesia dan China telah menjalin kesepakatan penerbangan langsung dari China ke Indonesia.
China yang telah berhasil memosisikan diri sebagai kekuatan ekonomi kedua dunia, kini menjadi tempat yang subur tumbuhnya kelas menengah baru dengan kemampuan finansial atau daya beli yang kuat, termasuk dalam urusan berwisata. Kabarnya, turis China termasuk royal membelanjakan uangnya.
Selama tiga tahun berturut-turut, berdasarkan data International Luxury Travel Market Asia (ILTMA), wisatawan dari China menduduki ranking pertama di pasar belanja global. ILTMA mencatat rata-rata turis China membelanjakan uang hingga USD1.139 per perjalanan atau setara Rp15 juta pada kurs Rp13.476 per dolar AS. Karena itu, wajar kalau pemerintah membidik serius wisatawan China.
Selain China, pemerintah juga mulai melirik wisatawan dari Timur Tengah menyusul kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud yang berlibur di Bali selama sepekan. Kedatangan Raja Salman di Pulau Dewata seakan menambah napas baru pada industri pariwisata nasional.
Jumlah wisatawan dari Arab Saudi berdasarkan data BPS masih tipis atau baru sekitar 14.342 orang pada Januari 2017. Hanya, harus dipahami bahwa karakter berwisata orang Arab memiliki siklus tersendiri biasanya menjelang bulan puasa, baru ramai-ramai mengunjungi tempat wisata.
Sekarang tinggal langkah pemerintah mampukah memanfaatkan kedatangan Raja Salman di Bali untuk menarik warga Timur Tengah khususnya Arab Saudi guna melancong ke Indonesia, sebagai promosi gratis.
Pemerintah telah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah menyadari dari sisi investasi sektor pariwisata tidak bisa memberi kontribusi yang besar, namun sektor pariwisata telah terbukti mampu menampung jumlah tenaga kerja yang besar. Tahun lalu jumlah wisman yang memasuki Indonesia mencapai 11,52 juta orang atau naik sekitar 10,69% dibandingkan 2015.
Kunjungan wisman pada dua bulan awal tahun ini cukup menggembirakan. Pada periode Februari 2017 tercatat kenaikan sekitar 7,8% menjadi 957.580, dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebanyak 888.310 kunjungan.
Selain itu, secara kumulatif sepanjang Januari–Februari 2017 sebagaimana publikasi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), juga terjadi kenaikan 16,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat 1,8 juta kunjungan yang melewati 19 pintu utama, sekitar 193.000 kunjungan di luar pintu utama tersebut.
Dari 19 pintu utama masuknya wisman, BPS mencatat persentase kenaikan tertinggi dialami Bandara Adi Sumarmo, Jawa Tengah sekitar 602,70%. Kenaikan kunjungan wisman pada periode Januari–Februari 2017 dibandingkan periode yang sama 2016 turut mendongkrak tingkat penghunian kamar (TPK) hotel. Terpantau TPK tertinggi diraih Papua sekitar 62%, disusul DKI Jakarta yang mencapai 61,83% dan Bali mencatat 60,82%.
Memang dalam rencana kerja Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sepanjang tahun ini fokus menggarap Greater China sebanyak 2.453.000 orang, terdiri atas China 2.037.000 orang, Taiwan sekitar 284,000 orang, dan Hong Kong 132.000 orang. Menyusul Singapura 2.275.000 orang dan kawasan Eropa yang dipatok mencapai 2.198.000 orang, meliputi Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, dan Rusia.
Adapun kunjungan wisman dari Australia dipatok 1.816.000 orang dan turis dari negeri jiran Malaysia 1.772.000 orang. Untuk tahun ini, Kemenpar telah mematok target kunjungan wisman sebanyak 15 juta orang.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menargetkan sebanyak 10 juta turis asal Negeri Panda yang berkunjung ke Indonesia hingga tiga tahun ke depan. Mantan gubernur DKI Jakarta itu beralasan bahwa setiap tahun orang China yang melancong ke berbagai negara mencapai 150 juta orang. Selama ini, tujuan utama wisata warga China lebih banyak ke Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Presiden optimistis dapat menarik perhatian warga China untuk berwisata ke Indonesia. sepanjang segala yang berkaitan dengan kedatangan mereka dipersiapkan matang, dari membenahi tujuan wisata dengan meningkatkan pelayanan hingga memperbanyak frekuensi penerbangan terhadap negeri yang berpenduduk terbesar di dunia itu. Apalagi, pemerintah Indonesia dan China telah menjalin kesepakatan penerbangan langsung dari China ke Indonesia.
China yang telah berhasil memosisikan diri sebagai kekuatan ekonomi kedua dunia, kini menjadi tempat yang subur tumbuhnya kelas menengah baru dengan kemampuan finansial atau daya beli yang kuat, termasuk dalam urusan berwisata. Kabarnya, turis China termasuk royal membelanjakan uangnya.
Selama tiga tahun berturut-turut, berdasarkan data International Luxury Travel Market Asia (ILTMA), wisatawan dari China menduduki ranking pertama di pasar belanja global. ILTMA mencatat rata-rata turis China membelanjakan uang hingga USD1.139 per perjalanan atau setara Rp15 juta pada kurs Rp13.476 per dolar AS. Karena itu, wajar kalau pemerintah membidik serius wisatawan China.
Selain China, pemerintah juga mulai melirik wisatawan dari Timur Tengah menyusul kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud yang berlibur di Bali selama sepekan. Kedatangan Raja Salman di Pulau Dewata seakan menambah napas baru pada industri pariwisata nasional.
Jumlah wisatawan dari Arab Saudi berdasarkan data BPS masih tipis atau baru sekitar 14.342 orang pada Januari 2017. Hanya, harus dipahami bahwa karakter berwisata orang Arab memiliki siklus tersendiri biasanya menjelang bulan puasa, baru ramai-ramai mengunjungi tempat wisata.
Sekarang tinggal langkah pemerintah mampukah memanfaatkan kedatangan Raja Salman di Bali untuk menarik warga Timur Tengah khususnya Arab Saudi guna melancong ke Indonesia, sebagai promosi gratis.
Pemerintah telah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah menyadari dari sisi investasi sektor pariwisata tidak bisa memberi kontribusi yang besar, namun sektor pariwisata telah terbukti mampu menampung jumlah tenaga kerja yang besar. Tahun lalu jumlah wisman yang memasuki Indonesia mencapai 11,52 juta orang atau naik sekitar 10,69% dibandingkan 2015.
(poe)