Omongan M Nasir soal Insinyur Jadi Politikus Kesasar Tuai Kritik

Senin, 20 Maret 2017 - 10:00 WIB
Omongan M Nasir soal Insinyur Jadi Politikus Kesasar Tuai Kritik
Omongan M Nasir soal Insinyur Jadi Politikus Kesasar Tuai Kritik
A A A
JAKARTA - Pernyataan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir yang menyebut insinyur menjadi politikus berarti kesasar membuat prihatin Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan.

Dirinya menilai Menristek Dikti M Nasir keliru dengan melontarkan ucapan tersebut. Maka itu, dirinya heran dengan Menristek Dikti M Nasir. ‎

"Kok bisa ya ada statement seperti itu, itu kan mendasar sekali kelirunya," ujar Arteria dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/3/2017).

Dia mengatakan, ‎politik itu ilmu sekaligus seni yang berkaitan dengan kekuasaan dalam segala bentuk dan pengertiannya dengan tujuan kebaikan bersama. Lanjut dia, politikus itu adalah seseorang yang terlibat dalam aktivitas politik, yang dikaitkan dan ikut serta dalam jabatan pemerintahan, baik eksekutif maupun legislatif.

Kemudian, kata dia, berpolitik itu adalah hak, yang disediakan dan menjadi hak bagi setiap warga negara yang dilindungi dan dijamin secara konstitusional dalam UUD 1945. "Setiap warga negara Indonesia sepanjang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan itu berhak dan sedang tidak dicabut haknya," paparnya.

Menurut dia, negara wajib memfasilitasi, melindungi dan menjamin keberlangsungan hak tersebut. Sebab, berpolitik itu adalah suatu kehormatan dan membangun peradaban. "Setidaknya itulah yang saya yakini hingga saat ini," imbuhnya.‎

Dia menambahkan, untuk menjadi politikus itu hak setiap warga negara yang sedang tidak dicabut hak pilihnya, sama derajat dan kualifikasinya antara orang miskin dan kaya, petani nelayan pengusaha guru buruh dan pengangguran sekalipun.

"Tanpa melihat latar belakang pendidikan, tidak musti yang menjadi politikus itu harus berasal dari fakultas ilmu sosial dan politik, atau dari institut ilmu sosial dan politik, mereka bisa berasal dari latar belakang pendidikan apapun, mengingat politik itu bersifat multi dimensi," pungkasnya.

Sebelumnya, Menrsitek Dikti M Nasir mengatakan, masih banyaknya lulusan yang menekuni pekerjaan tak cocok dengan bidang keilmuannya, seperti insinyur menjadi politikus. "Kaitannya dengan perguruan tinggi, kami lihat pekerjaan lulusannya sudah sesuai bidangnya apa belum? Bukan hanya lulusannya yang sudah bekerja. Insinyur jadi politisi berarti 'kesasar'," ujarnya di sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP-PTSI) yang berlangsung di Hotel Semesta, Semarang, Sabtu 18 Maret 2017.

Dia mencontohkan lulusan perguruan tinggi di bidang keinsinyuran, seperti Fakultas Teknik (FT) tentunya pas jika lulusannya terjun di bidang teknik, demikian pula bidang-bidang lainnya.

"Insiyur kok kerjanya jadi wartawan, politisi, kan tidak pas," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Diponegoro Semarang (Undip) itu, disambut tawa hadirin.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6027 seconds (0.1#10.140)
pixels