26 Tahun Reformasi Belum Mewujudkan Harapan Masyarakat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Refleksi Reformasi 26 Tahun Napak Tilas Perjuangan Mahasiswa Aktivis 1998 dalam melawan kekuasaan Orde Baru digelar di Kampus Universitas Islam Negeri Fatmawati Soekarno (UIN FAS) Bengkulu, Jumat (14/6/2024). Kegiatan itu digelar Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN FAS Bengkulu yang diketuai oleh Muhammad Tegar Amrullah bersama Founder Bengkulu Movement Rido Harjuni.
"Kami menyelenggarakan peringatan Reformasi 26 Tahun ini karena kami menyadari bahwa 26 tahun reformasi belum mewujudkan harapan masyarakat, mulai dari reformasi hukum, ekonomi, sosial, budaya, bahkan malah sebaliknya reformasi menjadi awal keleluasaan para pemerintah untuk menindas dan memanfaatkan jabatannya untuk menguntungkan dirinya sendiri dan kelompoknya," ujar Tegar.
Perjuangan yang terus mengalir dalam setiap pergerakan mahasiswa mengantarkan Refleksi 26 Tahun Reformasi digaungkan kembali dengan mempertontonkan pameran foto peristiwa tragedi 98 dan replika nisan para korban kekejaman Orde Baru sebanyak 1.500 foto dan 100 tengkorak.
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa Bengkulu yang terdiri dari Unib, Unihaz, Dehasen, UMB, Kampus Kesehatan, UIN FAS Bengkulu, dan mahasiswa kampus lainnya. Mereka yakin pameran foto ini mampu membangkitkan semangat mahasiswa dan menjadi titik balik perjuangan serta perlawanan mahasiswa dalam memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bengkulu Movement mengingat bahwa banyak kebijakan pemerintah saat ini yang menyengsarakan rakyat melalui kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT), naiknya harga bahan pokok, dolar Amerika Serikat naik, dan program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang tidak mewujudkan kebutuhan rakyat.
“Dalam kegiatan refleksi reformasi ini kami juga menyambut kedatangan teman-teman mahasiswa yang berasal dari Jakarta dengan membawa semangat perjuangan dan membagun harapan bersama untuk selalu dalam garis perjuangan mahasiswa,” ujar Tegar.
Pada kesempatan ini juga para mahasiswa Jakarta mengadakan roadshow se-pulau Sumatera dan Provinsi Bengkulu menjadi kota pertama yang dikunjungi, sebagai penanda Bengkulu mempunyai peran dalan membentuk Negara Indonesia.
Acara ini juga diisi oleh penampilan seni puisi, orasi yang berisikan kritikan dan perjuangan serta mengingatkan bahwa terdapat para aktivis dan korban pelanggaran HAM yang masih ada dan terus melawan. Apalagi, dia juga menyoroti kondisi demokrasi saat ini yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
“Melalui kegiatan ini, kami menginginkan dan mendorong mahasiswa harus kembali pada fitrahnya sebagai agent of control dan agent of change bagi pemerintah dan semangat mahasiswa sehingga ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah selalu dikritisi oleh mahasiswa,” pungkasnya.
Lihat Juga: Dies Natalis Ke-29 UBHARA JAYA, Wisudawan Terbaik Serukan Reformasi Hukum Laut Indonesia
"Kami menyelenggarakan peringatan Reformasi 26 Tahun ini karena kami menyadari bahwa 26 tahun reformasi belum mewujudkan harapan masyarakat, mulai dari reformasi hukum, ekonomi, sosial, budaya, bahkan malah sebaliknya reformasi menjadi awal keleluasaan para pemerintah untuk menindas dan memanfaatkan jabatannya untuk menguntungkan dirinya sendiri dan kelompoknya," ujar Tegar.
Perjuangan yang terus mengalir dalam setiap pergerakan mahasiswa mengantarkan Refleksi 26 Tahun Reformasi digaungkan kembali dengan mempertontonkan pameran foto peristiwa tragedi 98 dan replika nisan para korban kekejaman Orde Baru sebanyak 1.500 foto dan 100 tengkorak.
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa Bengkulu yang terdiri dari Unib, Unihaz, Dehasen, UMB, Kampus Kesehatan, UIN FAS Bengkulu, dan mahasiswa kampus lainnya. Mereka yakin pameran foto ini mampu membangkitkan semangat mahasiswa dan menjadi titik balik perjuangan serta perlawanan mahasiswa dalam memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bengkulu Movement mengingat bahwa banyak kebijakan pemerintah saat ini yang menyengsarakan rakyat melalui kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT), naiknya harga bahan pokok, dolar Amerika Serikat naik, dan program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang tidak mewujudkan kebutuhan rakyat.
“Dalam kegiatan refleksi reformasi ini kami juga menyambut kedatangan teman-teman mahasiswa yang berasal dari Jakarta dengan membawa semangat perjuangan dan membagun harapan bersama untuk selalu dalam garis perjuangan mahasiswa,” ujar Tegar.
Pada kesempatan ini juga para mahasiswa Jakarta mengadakan roadshow se-pulau Sumatera dan Provinsi Bengkulu menjadi kota pertama yang dikunjungi, sebagai penanda Bengkulu mempunyai peran dalan membentuk Negara Indonesia.
Acara ini juga diisi oleh penampilan seni puisi, orasi yang berisikan kritikan dan perjuangan serta mengingatkan bahwa terdapat para aktivis dan korban pelanggaran HAM yang masih ada dan terus melawan. Apalagi, dia juga menyoroti kondisi demokrasi saat ini yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
“Melalui kegiatan ini, kami menginginkan dan mendorong mahasiswa harus kembali pada fitrahnya sebagai agent of control dan agent of change bagi pemerintah dan semangat mahasiswa sehingga ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah selalu dikritisi oleh mahasiswa,” pungkasnya.
Lihat Juga: Dies Natalis Ke-29 UBHARA JAYA, Wisudawan Terbaik Serukan Reformasi Hukum Laut Indonesia
(rca)