Kompak Menyambut Raja Salman

Jum'at, 03 Maret 2017 - 07:38 WIB
Kompak Menyambut Raja Salman
Kompak Menyambut Raja Salman
A A A
KEKOMPAKAN dalam politik Indonesia sejak Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014 seperti menjadi sesuatu yang jauh, bahkan banyak yang menganggapnya sebagai angan-angan belaka. Terlebih pilkada serentak 2017 dengan episentrum pada Pilkada DKI Jakarta mempertajam ketidakkompakan ini.

Keterbelahan politik Indonesia sudah sedemikian rupa. Para elite politik seperti sulit sekali untuk bersepakat dalam begitu banyak hal. Gejala di elite politik ini pun akhirnya menular ke masyarakat.

Namun, di tengah kondisi yang sepertinya sangat sulit dicairkan itu, rupanya ada juga faktor eksternal yang bisa membuat para elite politik melupakan sejenak pertarungan sesamanya. Kita lihat para elite politik negeri ini sibuk ikut menyambut kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud.

Dari Presiden Joko Widodo yang terlihat begitu bersemangat menyambut Raja Salman hingga figur Setya Novanto, Prabowo Subianto, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan banyak elite politik lain yang ada dalam hajatan menyambut tamu agung ini.

Para elite politik yang selama ini memengaruhi warna politik kita ternyata bisa bersuara dalam nada yang sama. Mereka semua menyuarakan antusiasme dalam pengembangan hubungan Indonesia-Arab Saudi yang bisa dikatakan memasuki babak baru ini.

Sekalipun di publik masih ada perdebatan mengenai kedatangan Raja Salman, namun bisa kita lihat jelas bahwa suara para elite politik senada. Tak ada saling sanggah antarelite politik yang biasanya memanasi tensi di masyarakat.

Kita telah melihat di hari pertama kunjungan Raja Salman beserta rombongannya sudah dilakukan 11 MoU yang ditandatangani sepuluh menteri Indonesia dan Kapolri. Ini adalah kesempatan besar dalam konteks kerja sama bilateral Indonesia-Arab Saudi. Dalam hal itu, beberapa hal bisa dilakukan.

Pertama, satu suaranya para elite dalam hal-hal yang jelas menguntungkan negara, terbukti akan menciptakan situasi yang tenang dan kondusif. Situasi seperti ini akan sangat menguntungkan negara yang butuh segala kesempatan yang tersedia untuk maju. Bayangkan jika ada elite politik negeri ini yang demi hanya untuk menunjukkan posisi yang berbeda, akhirnya mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontraproduktif.

Kedua, kita juga melihat bahwa Indonesia jelas sangat membutuhkan multitrack diplomacy yang maksimal. Dalam konsep ini, diplomasi dilakukan bukan hanya oleh pemerintah, melainkan juga oleh segenap rakyat. Kita bisa lihat figur seperti Prabowo Subianto, Setya Novanto, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri mempunya modal sosial dan akses yang luar biasa besar di luar negeri.

Kalau para elite ini rela mengaktifkan semua sumber daya yang dimiliki untuk kemajuan Indonesia, tentu kita semua akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Memang credit point akan jatuh ke Presiden Jokowi, namun publik pasti tahu persis siapa figur elite politik yang berperan.

Ketiga, seperti halnya perdebatan keras para elite politik yang menular ke masyarakat, maka damainya elite juga akan ikut menurunkan tensi di publik. Para elite sudah selayaknya memberikan contoh yang baik bagi masyarakat.

Pemimpin itu memimpin dengan contoh. Rakyat itu cerdas, rakyat memiliki kemampuan untuk menilai apakah pemimpin itu benar-benar berjuang untuk rakyat atau hanya untuk menyelamatkan citra.

Keempat, dalam konteks hubungan bilateral dengan Arab Saudi ini, lobi pemerintah patut diacungi jempol. Kesuksesan hingga 11 MoU dan janji investasi, jelas bukan kerja sehari dua hari.

Pola kerja yang seperti ini patut untuk didorong lebih kuat lagi demi kemajuan bangsa. Dalam konteks ini, pemerintah juga harus lebih serius menggandeng pengusaha dalam negeri untuk memanfaatkan secara baik kesempatan-kesempatan yang tersedia itu.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3491 seconds (0.1#10.140)