Australia Akui Indonesia Selalu Menjadi Mitra Strategis

Kamis, 02 Februari 2017 - 17:12 WIB
Australia Akui Indonesia...
Australia Akui Indonesia Selalu Menjadi Mitra Strategis
A A A
Laporan Wartawan SINDOnews Hanna Farhana dari Australia

SYDNEY – Indonesia akan selalu menjadi salah satu mitra strategis yang paling penting untuk Australia dalam berbagai bidang, terutama keamanan, pendidikan, serta berbagai program terkait pemberdayaan wanita. Pemerintah Australia berkomitmen untuk melanjutkan kemitraan yang erat dan efektif.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Julie Bishop mengatakan Indonesia adalah salah satu negara tetangga paling penting yang juga kawan dekat bagi Australia. ”Hubungan Indonesia-Australia selalu meningkat ke arah yang lebih positif. Sekarang ini (sejak Rabu, 1 Februari 2017) tiga menteri kami mengunjungi Indonesia untuk melakukan sejumlah kerja sama,” kata Bishop saat menemui partisipan Women in News and Sports (WINS) Visit in Australia di Gedung ABC, Sydney, Australia, Kamis (2/2/2017).

Dia menambahkan, kerja sama antara kedua negara melibatkan banyak departemen dan dilakukan di berbagai bidang. ”Sekitar 22 departemen terlibat dalam berbagai kerja sama bilateral,” lanjutnya.

Bishop mengungkapkan, dia juga selalu berhubungan baik dengan Kedutaan Besar Indonesia di Australia. Ketika bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Kesoema, Rabu 1 Februari 2017, salah satunya untuk membahas kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

”Kami sangat mengharapkan kedatangan Presiden Widodo ke Australia, sebelum bulan depan, mungkin di Sydney atau Canberra,” ujarnya.

Bishop juga mendukung enam pendekatan baru yang dilakukan Australia dan Indonesia untuk memotong jalur keuangan teroris. Menteri Kehakiman Michael Keenan menegaskan pencucian uang, pelacakan transaksi serta pendanaan terorisme merupakan isu global yang menjadi tantangan negara-negara di seluruh dunia. Dengan begitu, kerja sama dengan negara tetangga perlu dilakukan dan ditingkatkan.

Hal itu diuangkapkan Keenan saat meneken kesepakatan dengan Australian Transaction Reports and Analysis Centre (AUSTRAC) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Rabu 1 Februari 2017. ”Penting bagi kita untuk bekerja dengan mitra regional untuk menegakkan langkah pencegahan dan meningkatkan kolaborasi intelijen keuangan sebagai prioritas,” katanya.

Program kemitraan PPATK-AUSTRAC selama tujuh tahun ini mencakup proyek baru termasuk menugaskan spesialis informatika untuk memperkuat sistem pelaporan dan analisis PPATK. Selanjutnya lokakarya intensif tentang kejahatan khusus pembiayaan kontra-terorisme dan anti-pencucian uang untuk meningkatkan kemampuan investigasi dan analisis PPATK serta program pertukaran sehingga ahli PPATK dapat belajar langsung dari AUSTRAC.

Selain itu, AUSTRAC dan PPATK juga bakal meluncurkan proyek cyber baru akhir tahun ini. Proyek besar ini untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam menghadapi ancaman daring yang meningkat.

”Sangat penting bahwa Australia bekerja sama dengan mitra internasional untuk memastikan kawasan kita tidak menjadi surga bagi kejahatan cyber,” imbuh Keenan.

Sejak Agustus 2014, pemerintah Australia telah menggelontorkan uang AUD 1,3 miliar dalam upaya memerangi terorisme, termasuk AUD 20 juta untuk AUSTRAC dalam mendeteksi dan memutus pembiayaan teror.

Saat meluncurkan Gender Equality and Women’s Empowerment Strategy tahun lalu, Bishop menegaskan 80% dari dana bantuan program Australian Aid harus melibatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. WINS merupakan bagian dari Australian Aid yang dikucurkan oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT).

Politisi dari Partai Liberal itu menekankan ada tiga pilar untuk mendorong pemberdayaan wanita dan kesetaraan gender, yakni memberikan kesempatan agar mereka menjadi pemimpin di bidang apapun. ”Kedua, dengan pemberdayaan perempuan, ekonomi akan lebih bergerak. Terakhir, kesetaraan gender bisa mengakhiri kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan,” imbuh Bishop.

Bishop menegaskan pendidikan adalah kunci dari segala hal, termasuk dalam mempromosikan kesetaraan gender. ”Dengan memberikan kesempatan yang sama dalam belajar, perempuan bakal memiliki peluang yang lebih besar untuk bisa mandiri secara finansial,” katanya.

Di Indonesia kerja sama di bidang edukasi sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Hubungan ini dipererat dengan diperkenalkannya New Colombo Plan pada 2014. ”Hingga saat ini, bagi orang Australia, Indonesia adalah negara favorit untuk mencari short course. Tak hanya itu, bahasa Indonesia terus menjadi favorit untuk diajarkan di sekolah-sekolah di sini,” sambung Bishop.

Teranyar adalah beasiswa Australia Awards yang ditujukan bagi warga negara Indonesia yang berminat dalam melanjutkan studi pascasarjana untuk masa studi 2018. Lebih dari 60 tahun, program ini sudah menjadi perekat hubungan Australia-Indonesia. Dalam 15 tahun terakhir sedikitnya 5.000 pelajar berkesempatan melanjutkan studi melalui beasiswa Australia Awards.

Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson mengatakan, para calon penerima beasiswa dipilih berdasarkan prestasi akademik, kepemimpinan, kemampuan berbahasa Inggris, dan potensi mereka berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia di berbagai sektor termasuk pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan.

”Penerima beasiswa tidak hanya memperoleh gelar master atau doktor yang diakui secara internasional. Tapi juga mendapatkan pengalaman terbaik yang dapat ditawarkan Australia serta kesempatan untuk menjalin persahabatan seumur hidup,” kata Grigson di Jakarta, Rabu 1 Februari 2017.

Australia adalah negara tujuan favorit untuk menimba ilmu bagi pelajar Indonesia. Menurut Times Higher Education, lima universitas Australia masuk dalam 25 perguruan tinggi terbaik di dunia, yakni Australian National University, University of NSW, University of Melbourne, Monash University dan University of Sydney.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6180 seconds (0.1#10.140)