Kematangan Demokrasi

Jum'at, 04 November 2016 - 09:22 WIB
Kematangan Demokrasi
Kematangan Demokrasi
A A A
HARI ini rencananya ratusan ribu orang akan turun ke jalan untuk mendemo Polri dan pemerintah guna memperjelas tindak lanjut atas laporan dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Berbagai spekulasi menyertai rencana demonstrasi besar-besaran ini. Kekhawatiran akan aksi demonstrasi yang bisa saja berubah anarki pun tak sedikit disuarakan banyak pihak. Namun, kita tentu harus proporsional juga menilai rencana aksi demonstrasi hari ini. Masing-masing individu dijaga haknya dalam demokrasi untuk tidak setuju atas jalan yang dipilih oleh negara. Ketika ada yang menilai negara lamban, dia boleh mengingatkan negara.

Pendemo harus menghargai masyarakat lain yang tak sependapat, dan begitu pula sebaliknya. Sikap saling menghargai inilah yang menjadikan kita bangsa yang berdemokrasi. Selama ini sikap tersebut yang mulai terkikis sehingga situasi memanas. Ke mana konsep tenggang rasa dan tepa selira? Konsep tersebut sudah diajarkan dan dicontohkankekitasejakmasihkanak-kanak, namunmengapadilevel politik masih terjadi defisit besar pada pelaksanaannya?

Bahkan, minimnya tenggang rasa dan tepa selira ini menjadi salah satu alasan mengapa kita harus menghadapi kegaduhan yang berepisentrum di Jakarta hingga menulari daerah-daerah lain di Indonesia? Ini juga mengingatkan kita bahwa dengan majemuknya Indonesia maka akan majemuk pula pemikirannya. Kita jangan memaksakan semua sudut pandang beserta asumsi yang kita miliki terhadap orang lain, karena ada kemungkinan besar asumsi dan sudut pandang kita berbeda dengan orang lain.

Pemaksaan seperti itu hanya akan memperkeruh suasana. Sebagai contoh, untuk kalangan yang tidak sejalan dengan pendemo hari ini, biasanya akan mempertanyakan pola pikir maupun argumen pendemo. Salah satunya adalah pascademo besar sebelumnya pada 14 Oktober sudah ada gerakan dari polisi untuk menuntaskan kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kalangan ini bertanya-tanya mengapa tetap harus berdemo. Bahkan, tak sedikit yang menyamaratakan semua yang berdemo hari ini ditunggangi kepentingan politik praktis Pilkada DKI.

Namun, kalau kita menyelami sudut pandang dan asumsi kelompok yang berdemo hari ini, asumsi kelompok yang menolak demo ini belum pas. Karena bagi mereka, Ahok belum diapa-apakan oleh polisi. Kelompok yang berdemo hari ini secara lantang meminta hukum yang berlaku di Indonesia saat ini yang digunakan untuk dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. Namun, sebagian dari kelompok yang akan berdemo dan simpatisannya, juga berlaku kurang lebih sama dengan melihat masalahhanyamelaluikacamatanya, lupabahwakitamemiliki banyak kacamata dalam negeri yang majemuk ini.

Pihak yang kurang sreg dengan demo, langsung serta-merta dicap sebagai pendukung Ahok. Padahal, kita tahu dukung mendukung tidak sesimpel itu. Demonstrasi yang akan terjadi hari ini akan menjadi ujian besar bagi demokrasi dan semangat kebangsaan di negeri ini. Para pendemo harus ingat bahwa memang betul bahwa demokrasi membuka keran untuk demonstrasi, namun demokrasi juga tidak memberikan ruang sama sekali untuk anarkisme.

Jangan sampai demo menuntut pemberlakuan hukum yang selayaknya justru dibumbui dengan berbagai macam pelanggaran hukum karena anarkisme. Kelompok yang tidak mendukung demo juga tidak dilarang untuk tidak menyukai demo. Namun, mendiskreditkan sedemikian rupa terhadap demonstrasi juga bukanlah tindakan yang elok karena jelas tidak memperbaiki situasi, justru bisa memperpanas dan mempersulit situasi yang sudah rumit ini. Kita semua tentu menaruh harapan besar pada aparat keamanan untuk bertindak proporsional dalam demonstrasi ini.

Tekanan besar memang dititipkan pada pundak aparat keamanan, karena mereka harus juga turut serta menjaga emosinya untuk tidak berpihak dan bersikap semena-mena pada para pendemo. Semoga demonstrasi hari ini berjalan dengan tertib dan damai. Kita sebagai bangsa berharap momen ini adalah proses pendewasaan sebagai bangsa yang demokratis.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7951 seconds (0.1#10.140)