Politikus PDIP: Jokowi Mampu Mendengar, Kupingnya Tidak Tipis
A
A
A
JAKARTA - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait mengaku memperhatikan kritik masyarakat dan politikus terhadap dua tahun usia Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Menurut politikus PDIP Maruarar Sirait, urusan mengkritik sudah menjadi hal biasa baginya. Urusan kritik-mengkritik, kata dia, sudah dilakukan PDIP saat menjadi oposisi Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono.
"Presiden Jokowi mampu mendengar (kritikan masyarakat). Kupingnya tidak tipis (tidak mudah marah)," kata Maruarar dalam Polemik SindoTrijaya FM bertajuk Kerja, Citra, Drama di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/10/2016).
Maruarar mengatakan, tidak mudah bagi Jokowi membuat perubahan secara cepat di negeri ini. (Baca juga: Hasto: Menteri Jangan Jadi Beban Jokowi)
Dia mengatakan, satu tahun pertama Jokowi harus beradaptasi dengan realitas politik di parlemen yang mayoritas dikuasai partai oposisi.
Namun setahun berikutnya, kata dia, fakta politik berbalik. Pemerintah Jokowi mendapat dukungan mayoritas partai di parlemen. Dengan kondisi itu, sambung dia, konsentrasi pemerintah lebih efektif untuk merealisasikan program pemerintahannya.
"Kalau bicara ketidakpuasan ada kekurangan, ada kelebihan. Saya pikir baik. Semua meningkat. Kalau sekarang ada pilpres, (Jokowi) bisa terpilih lagi," ujarnya.
Menurut politikus PDIP Maruarar Sirait, urusan mengkritik sudah menjadi hal biasa baginya. Urusan kritik-mengkritik, kata dia, sudah dilakukan PDIP saat menjadi oposisi Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono.
"Presiden Jokowi mampu mendengar (kritikan masyarakat). Kupingnya tidak tipis (tidak mudah marah)," kata Maruarar dalam Polemik SindoTrijaya FM bertajuk Kerja, Citra, Drama di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/10/2016).
Maruarar mengatakan, tidak mudah bagi Jokowi membuat perubahan secara cepat di negeri ini. (Baca juga: Hasto: Menteri Jangan Jadi Beban Jokowi)
Dia mengatakan, satu tahun pertama Jokowi harus beradaptasi dengan realitas politik di parlemen yang mayoritas dikuasai partai oposisi.
Namun setahun berikutnya, kata dia, fakta politik berbalik. Pemerintah Jokowi mendapat dukungan mayoritas partai di parlemen. Dengan kondisi itu, sambung dia, konsentrasi pemerintah lebih efektif untuk merealisasikan program pemerintahannya.
"Kalau bicara ketidakpuasan ada kekurangan, ada kelebihan. Saya pikir baik. Semua meningkat. Kalau sekarang ada pilpres, (Jokowi) bisa terpilih lagi," ujarnya.
(dam)