New Priok Harapan Baru

Selasa, 13 September 2016 - 08:05 WIB
New Priok Harapan Baru
New Priok Harapan Baru
A A A
SETELAH pengecekan secara menyeluruh guna menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meresmikannya. Ke depan semua kegiatan bongkar-muat (transhipment) kapal besar ke seluruh daerah di Indonesia harus melewati pelabuhan baru itu. Pemerintah juga optimistis NPCT 1 bisa menjadi persinggahan kapal besar sebagai pelabuhan kelas internasional. Terpenting, kehadiran pelabuhan yang menelan biaya puluhan triliun rupiah ini realisasi konsep tol laut.

Pelabuhan modern yang mampu menerima kapal besar di atas 10.000 DWT dan 10.000 TEUs ini didukung peralatan canggih yang sesuai standar internasional. Kehadiran NPCT 1 menandai era baru pengelolaan pelabuhan canggih di Indonesia. PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dalam mengoperasikan pelabuhan yang mencapai kedalaman 16 meter tersebut menggandeng operator pelabuhan dan kapal dunia di antaranya Mitsui & Co Ltd (Mitsui), Nippon Yusen Kabushiki Kaisha (NYK Line), dan PSA International Pte Ltd (PSA). "Ini menjadi awal era baru pengelolaan pelabuhan berkelas internasional," ungkap Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Masassya dengan nada optimistis menyambut peresmian NPCT 1.

Sebagai negeri maritim, Indonesia memang sangat ironis bila tidak memiliki sebuah pelabuhan besar yang bisa menampung kapal-kapal besar. Karena itu, keberadaan NPCT 1 setidaknya telah mengawali era baru pelabuhan di negeri ini. Pelabuhan yang menelan total investasi mencapai Rp 40 triliun di atas lahan seluas 195 ha ini setidaknya bisa masuk radar para pengguna jasa pelabuhan internasional seperti pelabuhan Singapura, Rotterdam, Sanghai, dan sejumlah pelabuhan besar dunia lain. Untuk menyaingi pelabuhan Singapura, ibaratnya masih jauh panggang dari api.

Data statistik enam tahun lalu menunjukkan kapasitas pelabuhan Negeri Jiran itu sudah mencapai 29,9 juta TEUs per tahun, bandingkan dengan Pelabuhan Tanjung Priok dengan kapasitas 5,7 TEUs per tahun pada periode yang sama. Singapura adalah negara dengan wilayah terkecil di antara negara Asia Tenggara, namun dalam urusan pelabuhan tercatat sebagai salah satu negara dengan pelabuhan tersibuk di dunia. Di negeri ini, mendengar kata pelabuhan, yang tergambar di benak adalah sebuah kesemrawutan dalam berbagai hal yang sulit diurai selama ini.

Di antara persoalan klasik Pelabuhan Tanjung Priok, selain kapasitas yang tak mampu lagi mengimbangi peningkatan arus barang domestik dan internasional, persoalan transportasi intermoda juga selama ini tidak terintegrasi dengan maksimal. Sejak setahun terakhir ini pemerintah memang sudah fokus membenahi Pelabuhan Tanjung Priok terkait waktu bongkar barang hingga keluar pelabuhan (dwell time) misalnya angkutan kereta api untuk kontainer sudah dioperasikan meski belum sesuai harapan. Memang, waktu bongkar barang hingga keluar pelabuhan sudah bisa digeser dari lima hingga enam hari menjadi rata-rata 3,1 hari menjadi 3,2 hari.

Terlepas dari kehadiran NCPT 1 sebagai terminal canggih dan modern, persoalan serius yang masih mengganjal di pelabuhan adalah masalah dwell time. Pemerintah memahami bahwa pengurangan dwell time satu di antara faktor-faktor yang bisa menekan biaya logistik yang akhirnya berdampak langsung pada penurunan harga barang. Lalu, dwell time yang wajar untuk ukuran Pelabuhan Tanjung Priok? Menurut Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Masassy dwell time yang wajar pada level dua hari hingga 2,5 hari. Untuk mencapai dwell time yang ideal tersebut, mantan petinggi Jamsostek itu tak berani mematok target. Yang pasti, manajemen Pelindo II akan berusaha semaksimal mungkin dan berharap dukungan penuh dari para stakeholder di Pelabuhan Tanjung Priok.

Namun, sekadar mengingatkan bahwa persoalan dwell time bukanlah penentu segalanya dalam urusan kepelabuhanan. Bukan hanya persoalan dwell time yang harus dibenahi, tetapi semua aspek yang terkait. Karena karakteristik bisnis di pelabuhan terdapat rantai yang saling berkaitan dalam proses distribusi barang dan semua rantai tersebut harus berfungsi benar. Kita berharap NPCT 1 sebagai fase pertama dari dua fase pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok bisa mengubah wajah pelabuhan di Indonesia. Fase pertama ini terdiri atas lima terminal yang diharapkan beroperasi penuh pada 2020.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9735 seconds (0.1#10.140)