Peringatan HUT Ke-71 RI Momentum Korpri Bersiap Masuki Era Digital
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Korpri Nasional Zudan Arif Fakrulloh pintar menjemput momentum. Tepat pada peringatan HUT ke-71 RI, korps pegawai yang dia pimpin bakal diboyong ke era digital, era ekonomi kreatif, dan era teknologi informasi. Organisasi yang melingkupi pegawai Republik Indonesia ini menandatangani kerja sama dengan PT Global Oase Indonesia (Go Indonesia) untuk membangun platform digital dalam memutar roda organisasi.
”Momentum itu adalah massa benda kali kecepatan! Saya percaya persaingan di era digital ini, siapa yang cepat akan mengalahkan yang lambat! Bukan yang besar mengalahkan yang kecil. Kami melihat, hari ini 17 Agustus 2016 adalah momentum terbaik bagi Korpri untuk berubah menjadi lebih baik, lebih profesional, lebih siap menjawab tantangan zaman. Memaknai HUT Kemerdekaan RI ke-71 dengan spirit kerja baru, go digital,” kata Zudan Arif Fakrulloh usai menandatangani Perjanjian Kerjasama di sekretariat KORPRI di Gedung B Kantor BAPETEN, Jakarta.
Era digital, menurut Zudan, itu sebuah keniscayaan. Cepat atau lambat akan terjadi, dan bahkan sudah di depan mata, terutama di kota-kota besar yang sudah terpasang jaringan 4G. Dunia semakin sempit, jarak dan waktu semakin irrelevant, semua urusan ada di genggaman smartphone, teknologi komunikasi membuat semua orang terhubung dalam jaringan media sosial. ”Kalau tidak memanfaatkan teknologi yang semakin pesat, organisasi ini juga sulit bergerak,” ungkap Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri ini.
Dia mengakui, sejak reformasi 1998 lalu, posisi Korpri seolah ”mati suri”. Tidak banyak terdengar gaungnya. Pun juga di saat HUT Kemerdekaan RI maupun HUT Korpri sendiri yakni 29 November. Tidak banyak terdengar oleh khalayak, prestasi hebat, profesionalisme, spirit membangun dengan optimisme. Yang mencuat di media hanyalah berita-berita bernada miring soal pegawai negeri. ”Inilah yang ingin kami bangun kembali di momentum 17 Agustus 2016 ini. Membangun kembali spirit korps yang sempat redup selama 18 tahun ini. Membangun spirit merdeka untuk berkarya nyata, bekerja optimal,” tandasnya.
Persepsi yang salah kaprah itu seolah semakin menenggelamkan jiwa korsa anggota Korpri, karena terus menerus dibombardir berita-berita bernada minor, tanpa ada pembelaan dan upaya pelurusan dari organisasi. Nyaris tidak ada kebanggaan terhadap organisasi yang melingkupinya. ”Padahal, ada banyak prestasi, bahkan sampai ke level global. Tetapi tidak banyak yang tahu, karena tidak pede untuk menyampaikan ke ranah publik. Inilah momentum untuk ’merdeka’ untuk menyampaikan prestasi-prestasi besar yang dicapai,” ungkapnya.
Persepsi yang kurang sedap itulah, kata Zudan, yang akan dibangun kembali, dieksplorasi, tentu yang bisa diverifikasi dan bisa dipertanggungjawabkan. ”Kami harus menjawab dengan fakta, menjawab dengan kerja keras, dan terus membangun atmosfer yang produktif buat anggota Korpri. Kami menyadari, era digital itu tidak bisa dilawan. Dunia sudah melaju cepat dengan digital. Kalau kita tidak menggunakan digital, kita pasti akan semakin tertinggal,” paparnya.
Zudan menegaskan, tidak semua anggota Korpri seperti yang dipersepsikan orang. Banyak yang berprestasi hebat. ”Mudah-mudahan dengan digital news yang akan kami kerja samakan ini, persepsi masyarakat bisa berubah. Dan anggota Korpri akan semakin bangga, punya confidence dengan profesinya. Ini yang akan membuat kinerja mereka semakin meningkat untuk melayani bangsa dan negara,” katanya.
Zudan menjelaskan saat ini Korpri dan anggotanya ingin bergerak lebih profesional, lebih cerdas, lebih cepat. ”Jajaran Korpri harus bisa jadi guru dan teladan bagi perubahan yang diharapkan oleh seluruh masyarakat dan mampu menata birokrasi yang bersih, kompeten dan mampu melayani masyarakat secara optimal,” ujarnya.
Ini sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang terus mendorong agar aparatur negara meningkatkan kualitas pekerjaannya. ”Arahan Presiden yang mendasar untuk seluruh anggota Korpri di 514 kabupaten/kota dan 34 provinsi adalah berharap Korpri dan seluruh ASN (aparatur sipil negara) itu mengubah pola pikir. Dari pola pikir lama menuju pola pikir yang baru,” tuturnya.
Lebuh lanjut Zudan menjelaskan, Presiden Jokowi menekankan Korpri harus mengubah paradigma. Hal ini karena saat ini sedang terjadi persaingan ketat antar ASN sendiri, maupun persaingan dengan dunia luar seperti masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Presiden ingin aparatur negara memberikan pelayanan publik tanpa basa-basi. ”Rakyat mau lihat birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi efektif dan efisien, birokrasi yang melayani bukan dilayani, serta birokrasi yang berikan layanan publik berkualitas,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Go Indonesia Ervik Ari Susanto mengatakan, membangun kekuatan digital itu wajib dilakukan oleh siapapun. Tidak hanya perusahaan swasta, tapi juga pemerintahan termasuk aparaturnya. Hal ini agar mereka bisa melihat perkembangan dan perubahan besar di masyarakat. ”Tahap pertama, kami akan desain dan buatkan website, termasuk content dan media sosialnya,” kata Ervik.
”Momentum itu adalah massa benda kali kecepatan! Saya percaya persaingan di era digital ini, siapa yang cepat akan mengalahkan yang lambat! Bukan yang besar mengalahkan yang kecil. Kami melihat, hari ini 17 Agustus 2016 adalah momentum terbaik bagi Korpri untuk berubah menjadi lebih baik, lebih profesional, lebih siap menjawab tantangan zaman. Memaknai HUT Kemerdekaan RI ke-71 dengan spirit kerja baru, go digital,” kata Zudan Arif Fakrulloh usai menandatangani Perjanjian Kerjasama di sekretariat KORPRI di Gedung B Kantor BAPETEN, Jakarta.
Era digital, menurut Zudan, itu sebuah keniscayaan. Cepat atau lambat akan terjadi, dan bahkan sudah di depan mata, terutama di kota-kota besar yang sudah terpasang jaringan 4G. Dunia semakin sempit, jarak dan waktu semakin irrelevant, semua urusan ada di genggaman smartphone, teknologi komunikasi membuat semua orang terhubung dalam jaringan media sosial. ”Kalau tidak memanfaatkan teknologi yang semakin pesat, organisasi ini juga sulit bergerak,” ungkap Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri ini.
Dia mengakui, sejak reformasi 1998 lalu, posisi Korpri seolah ”mati suri”. Tidak banyak terdengar gaungnya. Pun juga di saat HUT Kemerdekaan RI maupun HUT Korpri sendiri yakni 29 November. Tidak banyak terdengar oleh khalayak, prestasi hebat, profesionalisme, spirit membangun dengan optimisme. Yang mencuat di media hanyalah berita-berita bernada miring soal pegawai negeri. ”Inilah yang ingin kami bangun kembali di momentum 17 Agustus 2016 ini. Membangun kembali spirit korps yang sempat redup selama 18 tahun ini. Membangun spirit merdeka untuk berkarya nyata, bekerja optimal,” tandasnya.
Persepsi yang salah kaprah itu seolah semakin menenggelamkan jiwa korsa anggota Korpri, karena terus menerus dibombardir berita-berita bernada minor, tanpa ada pembelaan dan upaya pelurusan dari organisasi. Nyaris tidak ada kebanggaan terhadap organisasi yang melingkupinya. ”Padahal, ada banyak prestasi, bahkan sampai ke level global. Tetapi tidak banyak yang tahu, karena tidak pede untuk menyampaikan ke ranah publik. Inilah momentum untuk ’merdeka’ untuk menyampaikan prestasi-prestasi besar yang dicapai,” ungkapnya.
Persepsi yang kurang sedap itulah, kata Zudan, yang akan dibangun kembali, dieksplorasi, tentu yang bisa diverifikasi dan bisa dipertanggungjawabkan. ”Kami harus menjawab dengan fakta, menjawab dengan kerja keras, dan terus membangun atmosfer yang produktif buat anggota Korpri. Kami menyadari, era digital itu tidak bisa dilawan. Dunia sudah melaju cepat dengan digital. Kalau kita tidak menggunakan digital, kita pasti akan semakin tertinggal,” paparnya.
Zudan menegaskan, tidak semua anggota Korpri seperti yang dipersepsikan orang. Banyak yang berprestasi hebat. ”Mudah-mudahan dengan digital news yang akan kami kerja samakan ini, persepsi masyarakat bisa berubah. Dan anggota Korpri akan semakin bangga, punya confidence dengan profesinya. Ini yang akan membuat kinerja mereka semakin meningkat untuk melayani bangsa dan negara,” katanya.
Zudan menjelaskan saat ini Korpri dan anggotanya ingin bergerak lebih profesional, lebih cerdas, lebih cepat. ”Jajaran Korpri harus bisa jadi guru dan teladan bagi perubahan yang diharapkan oleh seluruh masyarakat dan mampu menata birokrasi yang bersih, kompeten dan mampu melayani masyarakat secara optimal,” ujarnya.
Ini sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang terus mendorong agar aparatur negara meningkatkan kualitas pekerjaannya. ”Arahan Presiden yang mendasar untuk seluruh anggota Korpri di 514 kabupaten/kota dan 34 provinsi adalah berharap Korpri dan seluruh ASN (aparatur sipil negara) itu mengubah pola pikir. Dari pola pikir lama menuju pola pikir yang baru,” tuturnya.
Lebuh lanjut Zudan menjelaskan, Presiden Jokowi menekankan Korpri harus mengubah paradigma. Hal ini karena saat ini sedang terjadi persaingan ketat antar ASN sendiri, maupun persaingan dengan dunia luar seperti masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Presiden ingin aparatur negara memberikan pelayanan publik tanpa basa-basi. ”Rakyat mau lihat birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi efektif dan efisien, birokrasi yang melayani bukan dilayani, serta birokrasi yang berikan layanan publik berkualitas,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Go Indonesia Ervik Ari Susanto mengatakan, membangun kekuatan digital itu wajib dilakukan oleh siapapun. Tidak hanya perusahaan swasta, tapi juga pemerintahan termasuk aparaturnya. Hal ini agar mereka bisa melihat perkembangan dan perubahan besar di masyarakat. ”Tahap pertama, kami akan desain dan buatkan website, termasuk content dan media sosialnya,” kata Ervik.
(poe)