Soekanto, Kapolri Pertama yang Tak Punya Kantor dan Staf

Kamis, 11 Agustus 2016 - 14:36 WIB
Soekanto, Kapolri Pertama yang Tak Punya Kantor dan Staf
Soekanto, Kapolri Pertama yang Tak Punya Kantor dan Staf
A A A
JAKARTA - Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) menggelar acara peluncuran buku biografi Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmojo.

Soekanto adalah Kapolri pertama yang memimpin Korps Bhayangkara‎ di zaman Presiden Soekarno. Buku ini ditulis oleh mantan Kapolri Jenderal Purn Awaloedin Djamin dan pengajar Kajian Ilmu Kepolisian pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Ambar Wulan dengan editor Ahwil Loetan dan Soepardi.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar menjelaskan Soekanto adalah Kapolri pertama peletak dasar kepolisian nasional yang profesional dan modern.

Soekanto diangkat sebagai Kapolri oleh Presiden Soekarno pada 29 September 1945. "Beliau (Soekanto) memulai tugas sebagai Kepala Kepolisian dari nol tidak ada kantor maupun staf yang membantunya," tutur Boy saat jumpa pers di Gedung PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (11/8/2016).

Boy memaparkan sejumlah warisan kepemimpinan Soekanto di antaranya kegigihannya dalam mengubah mental kepolisian kolonial menjadi kepolisian nasional‎.

Kemudian membangun sistem kepolisian nasional yang bertugas dan bertanggung jawab di seluruh negara Indonesia dengan mengemban semua tugas dan fungsi kepolisian yang diatur dalam undang-undang.

Menurut Boy, ada sebanyak 11 ‎gagasan dan kontribusi yang diwariskan Soekanto selama memimpin Korps Bhayangkara selama 15 tahun.

Salah satunya penyusunan jawatan kepolisian, seperti bagian tata usaha, keuangan, perlengkapan, organisasi dan pengusutan kejahatan. Soekanto juga orang pertama yang menginisiasi pendirian lembaga pendidikan kepolisian.

Sejumlah akademisi dan praktisi hadir dalam acara itu, yakni pakar komunikasi politik Effendi Ghazali, dan Direktur Setara Institut‎e, Hendardi.

Effendi menilai, ciri kepemimpinan Soekanto perlu dikenalkan kepada masyarakat. Pasalnya, kata Effendi, selama ini ada anekdot di masyarakat bahwa sosok polisi yang jujur dan sederhana hanya mantan Kapolri Hoegeng.

‎"Kalau sebelumnya ada Pak Hoegeng sebagai contoh keteladanan, mulai saat ini ada Pak Soekanto," ujar Effendi.

Hal senada juga disampaikan Hendardi. Menurut dia, ‎tradisi mengenalkan tokoh-tokoh kenegarawanan dari unsur polisi perlu dikembangkan.

Menurut dia, sosok Soekanto bisa menjadi teladan bagi seluruh anggota Polri. ‎"Sang tokoh ini telah wafat 23 tahun yang lalu, bentuk biografi yang ditulis orang lain cermin dari sikap kenegarawaran pak Soekanto yang perlu dicontoh," tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6039 seconds (0.1#10.140)