Waspada Uang Palsu

Jum'at, 10 Juni 2016 - 11:07 WIB
Waspada Uang Palsu
Waspada Uang Palsu
A A A
Waspadalah, waspadalah, waspadalah! Petuah yang dipopulerkan Bang Napi dalam sebuah program kriminalitas yang disiarkan televisi swasta itu saat ini patut kembali dikemukakan.

Hal ini terkait dengan maraknya peredaran uang palsu (upal) di masyarakat. Masyarakat perlu ekstra-hati-hati karena bukan hanya kuantitas upal kian banyak, tapi kualitasnya pun hampir sempurna.

Peringatan adanya ancaman penyebaran upal disampaikan Bank Indonesia (BI). Hal ini berdasar temuan bank sentral tersebut bekerja sama dengan Polri. Dalam operasi terakhir, mereka menemukan 18.000 lembar upal, sebagian besar beredar di kota-kota sentra ekonomi di Pulau Jawa.
Peringatan ini juga disampaikan terkait tren peningkatan upal yang biasa terjadi pada saat Ramadan dan Lebaran.

Apa yang disampaikan BI kian relevan setelah beberapa hari lalu Polri mengungkap jaringan pengedar upal di Jakarta. Dalam penggerebekan yang dilakukan di halaman parkir Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta Timur (7/6), polisi mengamankan 3.000 lembar upal pecahan Rp100.000. Yang memprihatinkan, salah satu tersangkanya seorang perwira TNI aktif yang bekerja di Kementerian Pertahanan.

Temuan di atas menunjukkan sejumlah fakta, di antaranya jaringan pengedar tidak pernah menyusutkan niat jahatnya untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengedarkan upal mereka dan jejaring mereka kian kuat karena berhasil melibatkan perwira TNI.

Jaringan pengedar upal tidak pernah menyusut walaupun satu per satu di antara mereka dilumpuhkan polisi. Hal ini bisa dilihat dari data upal yang berhasil disita selama 2014 menunjukkan tren peningkatan, yakni 122.091 lembar (2014) dan 361.167 (2015).

Jika dirasiokan, setiap 1 juta lembar pada 2015 lalu terdapat 21 lembar upal. Jumlah yang tidak sedikit. Bila angka ini diproyeksikan pada uang yang digelontorkan BI selama Ramadan dan Lebaran tahun ini yang mencapai Rp160 triliun, jumlah upal sudah pasti akan jauh membengkak. Misal Rp160 triliun berupa uang pecahan Rp100.000, maka kemungkinan total upal yang beredar di masyarakat dalam kurun itu sebanyak 93.000 lembar upal pecahan Rp100.000.

Kuatnya jaringan pengedar upal tentu bisa dibaca dengan hukum ekonomi supply and demand seperti juga berlaku pada dunia mafia narkoba. Pemalsu terus mencetak upal karena permintaan pengedar di lapangan dan pengguna terus datang dan bahkan meningkat.

Dengan demikian, masyarakat yang menjadi korban pun otomatis semakin banyak. Keuntungan besar dari bisnis haram tersebut tentu sangat menggiurkan sehingga menarik minat banyak orang. Jejaring upal pun semakin kuat, termasuk melibatkan perwira TNI. Keberadaan orang kuat dalam jejaring pengedar upal sebenarnya bukan kali ini saja.

Salah satu yang paling menggegerkan adalah temuan pada 2000 lalu yang menyeret seorang purnawirawan TNI yang menjadi ketua Tim Ofisial Piala Thomas dan Uber Indonesia dan beberapa purnawirawan lain.

Selain semakin banyaknya upal yang beredar dan semakin kuatnya jejaring mereka, ada juga temuan yang tak kalah memprihatinkan, yakni kualitas upal yang semakin baik.

Bahkan upal jenis KW1 super disebut-sebut lolos sensor UV dengan kualitas kertas sama dengan kertas uang asli, ada tanda air (watermark )-nya, kasar bila diraba, dan memiliki benang pengaman (security thread ).

Saking sempurnanya upal palsu itu, BI pun sempat mengakui kebobolan karena alat sensor mereka kurang peka. Dengan adanya ancaman upal ini, masyarakat tentu harus meningkatkan kewaspadaannya jika tidak mau menjadi korban.

Salah satu langkah praktis yang bisa dilakukan adalah menerapkan metode 3D, yaitu dilihat, diraba, dan diterawang.

Uang asli dilihat tidak luntur dan gambarnya tajam, ada benang pengaman yang tidak putus serta ada bagian yang kasar jika diraba. Namun upaya tersebut tidak menjamin 100%. Langkah paling aman adalah menggunakan transaksi nontunai. Peran aparat kepolisian bersama BI untuk menelusuri dan membongkar jaringan pengedar upal sangat penting.

Apalagi pergerakan mereka cenderung lebih masif dan nekat. Indikasi ini bisa dilihat dari semakin terbukanya produsen dan distributor upal mempromosikan upal lewat dunia maya kepada para pengedar maupun pengguna.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6977 seconds (0.1#10.140)