Dipecat PKS, Fahri Hamzah Duga Ada Operasi Intelijen
A
A
A
JAKARTA - Fahri Hamzah menduga ada operasi intelijen di balik peristiwa pemecatannya dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebab menurut Fahri, keputusan PKS memecatnya dianggap janggal.
"Apa yang terjadi di belakang ini pelan-pelan kita buka. Karena saya kira ada operasi lain di belakang keputusan DPP, operasi intelijen menjadikan persoalan saya jadi bias dan berkembang," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Fahri menambahkan, PKS membuat opini seolah dirinya melawan atau tidak bersedia mengundurkan diri. "Padahal pembocoran dokumen dilakukan mereka, hari Sabtu (2 April) tiba-tiba ramai ngebom saya," ungkap Fahri.
"Saya bilang belum terima, hari Minggu (3 April) makin deras dan presiden partai mengakui kebocoran itu. Jadi siapa yang bocorkan? Saya jelas belum terima (Surat pemecatannya)," imbuhnya.
Kemudian kata dia, Presiden PKS M Sohibul Iman menyuruh office boy mengirimkan surat pemecatan itu kepadanya.
"Panggil kek saya ke fraksi. Menurut saya, Undang-undang Domestik memecat pembantu saja kan tidak boleh seperti itu, ada pesangon, ini enggak ada pesangon, enggak ada etikanya sama sekali, saya anggap ada pihak lain yang bermain. Naif kalau PKS membiarkan sekasar ini kepada orang lain," tandasnya.
"Apa yang terjadi di belakang ini pelan-pelan kita buka. Karena saya kira ada operasi lain di belakang keputusan DPP, operasi intelijen menjadikan persoalan saya jadi bias dan berkembang," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Fahri menambahkan, PKS membuat opini seolah dirinya melawan atau tidak bersedia mengundurkan diri. "Padahal pembocoran dokumen dilakukan mereka, hari Sabtu (2 April) tiba-tiba ramai ngebom saya," ungkap Fahri.
"Saya bilang belum terima, hari Minggu (3 April) makin deras dan presiden partai mengakui kebocoran itu. Jadi siapa yang bocorkan? Saya jelas belum terima (Surat pemecatannya)," imbuhnya.
Kemudian kata dia, Presiden PKS M Sohibul Iman menyuruh office boy mengirimkan surat pemecatan itu kepadanya.
"Panggil kek saya ke fraksi. Menurut saya, Undang-undang Domestik memecat pembantu saja kan tidak boleh seperti itu, ada pesangon, ini enggak ada pesangon, enggak ada etikanya sama sekali, saya anggap ada pihak lain yang bermain. Naif kalau PKS membiarkan sekasar ini kepada orang lain," tandasnya.
(maf)