Gerhana Matahari dan Wisata
A
A
A
HARI INI Indonesia mengalami gerhana matahari. Peristiwa alam yang langka ini sepertinya akan menjadi peristiwa alam terbesar pada 2016 ini. Sekitar 12 provinsi akan terpapar 100% dan beberapa daerah hanya terpapar sebagian. Pemerintah sepertinya jauh-jauh hari atau bahkan bulan sudah menjual peristiwa alam ini ke para wisatawan mancanegara ataupun domestik. Diyakini, puluhan ribu wisatawan baik dalam maupun luar negeri mengunjungi Indonesia. Bukan hanya wisatawan yang akan memadati atau akan menjadi saksi dari peristiwa ini, melainkan para peneliti atau ilmuwan juga akan memanfaatkan gerhana matahari ini sebagai pengembangan pengetahuan.
Namun, yang mungkin cukup menyedot perhatian pemerintah daerah maupun pusat lebih pada persoalan wisata. Beberapa paket wisata untuk menarik para wisatawan ditawarkan pemerintah daerah untuk menarik wisatawan. Seolah beberapa daerah bersaing untuk menjual gerhana matahari ini. Memang unik fenomena ini dikaitkan dengan wisata karena fenomena ini bisa dikatakan gratis karena pemberian Tuhan, namun bisa menghasilkan lebih. Berkaitan dengan wisata, saat ini pemerintah juga tengah gencar menggalakan promosi wisata Tanah Air.
Pada 2016 ini pemerintah mempunyai target kunjungan wisata sekitar 272 juta wisatawan. Jumlah tersebut terbagi atas 12 juta wisatawan mancanegara dan 260 juta wisatawan domestik atau Nusantara. Dari target tersebut, pemerintah menargetkan pemasukan devisa sebesar Rp172 triliun dari para wisatawan mancanegara dan sekitar Rp223 triliun untuk wisatawan Nusantara. Untuk mencapai target-target tersebut, pemerintah menggelontorkan dana sekitar Rp5 triliun.
Beberapa program telah dibuat dan terdapat 10 program prioritas yaitu Festival Grebeg Sudiro, Dukungan Wisata Religi Zikir Nasional, Gerhana Matahari Total, Festival Tambora, Festival Kuliner Nusantara, Lake Toba Ultra, Tour de Singkarak, Jakarta Marathon, Bono Surfing Expedition, dan Musi Triboatton. Sedangkan 10 destinasi yang akan menjadi prioritas adalah Danau Toba, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Wakataobi, Labuan Bajo, dan Pulau Morotai.
Momentum gerhana matahari ini sebuah keuntungan bagi promosi wisata Indonesia. Seolah alam ikut menyambut program pemerintah untuk mendongkrak jumlah wisatawan yang datang. Sudah semestinya, pemerintah bisa memanfaatkan kemurahan alam ini untuk merealisasikan targetnya. Seolah harapan dan doa pemerintah untuk menggenjot pariwisata direstui alam dan tinggal kita yang bisa memanfaatkan sebesar-besarnya. Namun, hingga Senin (7/3) kemarin baru ada sekitar 10.000 wisatawan asing dan 100.000 turis domestik yang akan menyaksikan fenomena alam yang menakjubkan ini.
Target ini masih jauh dari target di mana Kementerian Pariwisata berharap peristiwa ini bisa menarik 100.000 wisatawan mancanegara dengan asumsi perputaran uang Rp1,56 triliun. Sedangkan wisatawan Nusantara ditarget 5,1 juta dengan asumsi perputaran uang Rp3,8T. Memang angka kunjungan hingga Senin (7/3/2016) belum angka final, sedangkan realisasi target tentu akan diketahui seusai Gerhana Matahari. Sebagai pembanding pada Gerhana Matahari 2012 di Queensland, Australia berhasil menarik 60.000 pengunjung, termasuk 1.200 peneliti dari Jepang yang datang dengan mencarter pesawat. Peristiwa tersebut mempunyai nilai promosi yang tinggi karena disaksikan sekitar 20 juta orang lewat NASA Live Broadcast.
Kita berharap gerhana matahari ini bisa menjadi momentum untuk mendongkrak industri pariwisata Tanah Air. Jika ini tidak bisa dimanfaatkan, artinya pemerintah telah kehilangan momentum besar dan murah untuk mempromosikan wisata Indonesia. Jika gagal memanfaatkan momentum ini, pemerintah seperti tidak berterima kasih kepada alam yang telah menjawab harapan Indonesia untuk meningkatkan pariwisatanya.
Namun, yang mungkin cukup menyedot perhatian pemerintah daerah maupun pusat lebih pada persoalan wisata. Beberapa paket wisata untuk menarik para wisatawan ditawarkan pemerintah daerah untuk menarik wisatawan. Seolah beberapa daerah bersaing untuk menjual gerhana matahari ini. Memang unik fenomena ini dikaitkan dengan wisata karena fenomena ini bisa dikatakan gratis karena pemberian Tuhan, namun bisa menghasilkan lebih. Berkaitan dengan wisata, saat ini pemerintah juga tengah gencar menggalakan promosi wisata Tanah Air.
Pada 2016 ini pemerintah mempunyai target kunjungan wisata sekitar 272 juta wisatawan. Jumlah tersebut terbagi atas 12 juta wisatawan mancanegara dan 260 juta wisatawan domestik atau Nusantara. Dari target tersebut, pemerintah menargetkan pemasukan devisa sebesar Rp172 triliun dari para wisatawan mancanegara dan sekitar Rp223 triliun untuk wisatawan Nusantara. Untuk mencapai target-target tersebut, pemerintah menggelontorkan dana sekitar Rp5 triliun.
Beberapa program telah dibuat dan terdapat 10 program prioritas yaitu Festival Grebeg Sudiro, Dukungan Wisata Religi Zikir Nasional, Gerhana Matahari Total, Festival Tambora, Festival Kuliner Nusantara, Lake Toba Ultra, Tour de Singkarak, Jakarta Marathon, Bono Surfing Expedition, dan Musi Triboatton. Sedangkan 10 destinasi yang akan menjadi prioritas adalah Danau Toba, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Wakataobi, Labuan Bajo, dan Pulau Morotai.
Momentum gerhana matahari ini sebuah keuntungan bagi promosi wisata Indonesia. Seolah alam ikut menyambut program pemerintah untuk mendongkrak jumlah wisatawan yang datang. Sudah semestinya, pemerintah bisa memanfaatkan kemurahan alam ini untuk merealisasikan targetnya. Seolah harapan dan doa pemerintah untuk menggenjot pariwisata direstui alam dan tinggal kita yang bisa memanfaatkan sebesar-besarnya. Namun, hingga Senin (7/3) kemarin baru ada sekitar 10.000 wisatawan asing dan 100.000 turis domestik yang akan menyaksikan fenomena alam yang menakjubkan ini.
Target ini masih jauh dari target di mana Kementerian Pariwisata berharap peristiwa ini bisa menarik 100.000 wisatawan mancanegara dengan asumsi perputaran uang Rp1,56 triliun. Sedangkan wisatawan Nusantara ditarget 5,1 juta dengan asumsi perputaran uang Rp3,8T. Memang angka kunjungan hingga Senin (7/3/2016) belum angka final, sedangkan realisasi target tentu akan diketahui seusai Gerhana Matahari. Sebagai pembanding pada Gerhana Matahari 2012 di Queensland, Australia berhasil menarik 60.000 pengunjung, termasuk 1.200 peneliti dari Jepang yang datang dengan mencarter pesawat. Peristiwa tersebut mempunyai nilai promosi yang tinggi karena disaksikan sekitar 20 juta orang lewat NASA Live Broadcast.
Kita berharap gerhana matahari ini bisa menjadi momentum untuk mendongkrak industri pariwisata Tanah Air. Jika ini tidak bisa dimanfaatkan, artinya pemerintah telah kehilangan momentum besar dan murah untuk mempromosikan wisata Indonesia. Jika gagal memanfaatkan momentum ini, pemerintah seperti tidak berterima kasih kepada alam yang telah menjawab harapan Indonesia untuk meningkatkan pariwisatanya.
(poe)