Gonta-ganti Nama, Kapal Buruan Interpol Ditangkap di Tanjung Berakit

Jum'at, 26 Februari 2016 - 22:43 WIB
Gonta-ganti Nama, Kapal...
Gonta-ganti Nama, Kapal Buruan Interpol Ditangkap di Tanjung Berakit
A A A
JAKARTA - Tim Western Fleet Quick Response Lantamal IV Tanjungpinang berhasil menangkap kapal ikan berbendera Nigeria.

Kapal ikan itu ditahan di dermaga Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Mentigi, Tanjunguban, Bintan, Kepulauan Riau, Jumat (26/2/2016) dini hari.

Komandan Pangakalan Utama TNI Angkatan Laut IV Tanjungpinang, Kolonel Laut (P) S Irawan mengatakan, kapal ikan berkapasitas 600 ton dan berbendera Nigeria itu merupakan buruan Interpol.

Penangkapan kapal berawal dari berita dari ILO Singapura IFC/MSTF tentang pelaku illegal fishing masuk perairan Indonesia.

"Berdasarkan purple notice Interpol Norwegia, Viking sudah 13 kali ganti nama, 12 kali ganti bendera dan delapan kali ganti call sign," kata Irawan saat menggela konferensi pers di dermaga Fasharkan Mentigi, Tanjung Uban, Jumat (26/2/2016).

Menurut Irawan, kapal tersebut diduga melanggar hukum dan konvensi internasional dan terlibat penangkapan ikan secara tidak sah (illegal fishing).

"Tim mengamankan seorang nahkoda dari warga negara Chili dan 11 anak buah kapal yang terdiri dari warga negara Myanmar, Argentina, Peru dan Indonesia," tuturnya.

Kronologi penangkapan kapal Viking, kata Iwan, berawal dari broadcast yang dilakukan oleh Interpol Norwegia yang direspons dengan menerjunkan unsur helikopter dari Wing Udara 2 Tanjungpinang untuk menemukan lokasi kapal asing itu.

Pencarian oleh helikopter NBO-105 nomor lambung NV-408 yang dipiloti oleh Kapten Laut (P) Rai Terianom mengendus keberadaan Viking sedang lego jangkar di perairan Tanjung Berakitm Kepulauan Riau.

Informasi yang didapat oleh helikopter yang merupakan bagian dari Tim WFQR itu kemudian ditindak lanjuti dengan mengerahkan KRI Sultan Thaha Syaifudin-376 menuju lokasi yang dilaporkan.

"Kemudian pada Kamis (25 Februari 2016) sekitar pukul 17.30 WIB, kapal tersebut berhasil kita amankan berada pada posisi 12,5 mil dari perairan utara Berakit, dan saya perintahkan kepada Komandan KRI untuk langsung membawa kapal tersebut ke Fasharkan Mentigi di Tanjunguban," kata Irawan.

Komandan KRI Sultan Thaha Syaifuddin, Letkol Laut (P) Komaruddin menjelaskan proses penagkapan berlangsung tanpa perlawanan.

"Hanya saja saat itu ombak cukup kuat, jadi kapal tidak kami periksa di laut karena alasan safety, langsung diarahkan ke Fasharkan," kata Komaruddin.

Dengan pengawalan ketat, kapal yang diawaki oleh 11 ABK yang berasal dari Argentina, Chile, Peru, Myanmar dan 4 orang WNI itu tiba di Fasharkan sekira pukul 00.05.

Meskipun Viking dapat dihentikan tanpa perlawanan, Komaruddin menyatakan tetap bersikap waspada. "Kami tetap siaga penuh, semua persenjataan di KRI langsung diawaki pada saat itu," terang Komaruddin.

KRI berjenis Parchim Class itu mengawal laju Viking yang mengalami kerusakan pada sejumlah komponen generator dan mesin hingga tiba di Mentigi.

Setelah proses sandar yang cukup sulit, Viking diapit dengan badan KRI Sultan Thaha Syaifuddin dari luar lambung dan segera dilakukan pemeriksaan.

Tim Visit Boarding Searc and Seizure (VBSS) dari KRI langsung diturunkan untuk memeriksa kelengkapan dokumen dan mewawancarai ABK.

Proses investigasi dilakukan tanpa terputus hingga pukul 05.30 oleh tim VBSS, WFQR dari Kopaska, Dinas Hukum Lantamal IV dan Komandan Satuan Keamanan Laut (Satkamla) IV dan jajarannya.

Dari hasil pemeriksaan sementara, menurut Irawan, TNI AL menemukan daftar riwayat perubahan nama, bendera, call sign dan ketidaksesuaian dokumen kapal.

Viking yang memiliki fasilitas tangkap ikan lengkap dengan pengemasan itu tidak jelas siapa pemiliknya, dan tidak memiliki dokumen Syahbandar dari pelabuhan manapun.

Register kapal terakhir diklaim dilakukan di Lagos, Nigeria dan dalam proses pengawakannya tidak dilakukan di pelabuhan, dalam artian ABK naik di tengah laut (off port limit/OPL).

Terkait jalur tikus WNI yang menjadi ABK kapal tersebut, kata Irawan, pihaknya sedang melakukan pengejaran terhadap agen pelayaran tersebut. "Semua nakhoda sudah dilakukan pemeriksaan oleh imigrasi termasuk WNA itu," ujarnya.

Saat ini, kata Irawan, pihaknya juga tengah menunggu pihak interpol yang sedang dalam perjalanan menuju Tanjunguban.

"Penangkapan ini pertama kali kita lakukan, dan ini sangat luar biasa. Negara ini melalui TNI AL, kita buktikan kerja sama antarnegara. Selanjutnya, kita tunggu Interpol dari Norwegia," tuturnya.

PILIHAN:

Perebutan Kursi Ketua Umum Golkar Jangan Didominasi Dua Calon
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0904 seconds (0.1#10.140)