Saya Akan Tuntaskan Kasus-Kasus Besar
A
A
A
KETUA Komisi PemberantasanKorupsi( KPK) Agus Rahardjo baru dua bulan dua hari menduduki kursi tertinggi di lembaga antikorupsi tersebut. Namun, segudang persoalan dan masalah sudah dihadapinya. Bagaimana strategi Agus Rahardjo menghadapi itu semua? Berikut petikan wawancaranya dengan KORAN SINDO.
Bagaimana proses integrasi pimpinan KPK dengan ribuan pegawai di lembaga ini?
Kami dari awal cukup terbuka. Dalam arti kami ingin mengetahui teman-teman di dalam seperti apa? Jadi apa sih yang diharapkan? Kami juga mengharapkan apa? Kemudian kami juga membuat rencana KPK ke depan. Saya lama di birokrasi, boleh dikatakan lebih dari 30 tahun. Jadi cukup memahami kultur birokrat.
Karena itu, mungkin kalau saya selalu (menyampaikan) ada keseimbangan antara pencegahan dan penindakan. Bukan berarti penindakan diabaikan. Kalau dulu banyak yang pesimistis, yang tidak percaya kepada kami, ya tidak apa-apa. Kami nanti buktikan dengan tindakan, tidak perlu saya berjanji, tidak perlu saya bersumpah. Nanti tindakan kami silakan saja nilai. Jadi, kami ingin keseimbangan antara penindakan dan pencegahan.
Penindakan berkualitas seperti apa yang Anda ingin wujudkan?
Saya ingin kalau menindak seseorang itu sampai terjun ke dalam, sampai networking-nya kelihatan, sampai kita bisa memperbaiki sistem dan tata kelolanya. Contohnya, kita menangkap kasus sapi, Pak Luthfi (mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah dkk). Tapi sekarang kan tidak ada perubahan sama sekali. Kartel tetap berjalan. Iya kan? Ibu-ibu beli daging masih Rp90.000, Rp100.000.
Di Singapura dan di Sidney lebih murah. Itu kan tidak (ada perubahan). Kalau bagi saya, ini jadi pintu masuk, kita benahi. Masuk ke dalam, kita benahi. Pencegahan pun begitu. Pencegahan kalau bisa yang membantu menyelesaikan masalah-masalah bangsa. Intinya, mari kita bersama-sama melawan korupsi.
Tidak bisa korupsi itu Anda serahkan kepada KPK. Penegak hukum lain harus diberdayakan, harus di-encourage , nilainya supaya tingkah lakunya sama dengan KPK. Harapan kami, polisi yang ke sini pulangnya (ke kepolisian) membawa value-nya KPK. Di samping itu, saya sampaikan berkali-kali, bagaimana pencegahan itu bisa menggerakkan masyarakat, bisa ikut berpartisipasi menegakkan integritas.
Contohnya integritas di sistem sekolah. Saya (berencana) memasang satu aplikasi sederhana di sekolah. Hal yang sudah ada kita gunakan, kemudian kita sempurnakan. Ada aplikasi check my school . Di situ Anda sebagai orangtua murid bisa melihat sekolah anak-anak Anda, baik profilnya, anggaran sekolahnya, (dan) penggunaan anggaran itu.
Hari ini, kalau anda menyekolahkan anak, kadang- kadang gurunya jual buku, itu anda anggap wajar saja. Itu tidak boleh lho sebetulnya. Kemudian gurunya piknik ke mana-mana gratis. Wajar? Tidak. Sebetulnya itu tidak boleh. Itu (aplikasi check my school) kan bisa kita pakai juga di puskesmas-puskesmas di rumah sakit.
Jadi, saya ingin layanan-layanan ini bisa dipakai dan orang bisa berpartisipasi dengan ikut mengontrol. Bisa kita terapkan juga dilayanan satu atap terpadu di satu kabupaten. Hal yang lebih besar lagi transparansi seperti itu bisa dipergunakan di pemberian izin yang besar-besar. Contohnya, batubara, pertambangan, bahkan Freeport. Jadi, saya ingin pencegahan arahnya itu.
Selain itu, apalagi yang akan Anda lakukan?
Saya ingin fokus juga membenahi bidang strategis. Itu sebetulnya bisa membantu menyelesaikan permasalahan bangsa, masalah SDA (Sumber Daya Alam), masalah pangan, masalah infrastruktur. Seperti tadi kami panggil Bulog dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Hal yang kita dengarkan di pasar-pasar itu selalu terjadi kalau bidang tertentu atau pangan, misalnya beras, dikuasai tujuh mafia, gula dikuasai ini, bawang putih dikuasai yang ini. Kalau kita mau secara bersama-sama mengubah itu, mestinya sudah dapat kita hilangkan. Tentu dengan lebih mengedepankan (pencegahan). Sebetulnya yang punya pilihan dan leluasa kan sebagian besar rakyat.
Bagaimana proses integrasi pimpinan KPK dengan ribuan pegawai di lembaga ini?
Kami dari awal cukup terbuka. Dalam arti kami ingin mengetahui teman-teman di dalam seperti apa? Jadi apa sih yang diharapkan? Kami juga mengharapkan apa? Kemudian kami juga membuat rencana KPK ke depan. Saya lama di birokrasi, boleh dikatakan lebih dari 30 tahun. Jadi cukup memahami kultur birokrat.
Karena itu, mungkin kalau saya selalu (menyampaikan) ada keseimbangan antara pencegahan dan penindakan. Bukan berarti penindakan diabaikan. Kalau dulu banyak yang pesimistis, yang tidak percaya kepada kami, ya tidak apa-apa. Kami nanti buktikan dengan tindakan, tidak perlu saya berjanji, tidak perlu saya bersumpah. Nanti tindakan kami silakan saja nilai. Jadi, kami ingin keseimbangan antara penindakan dan pencegahan.
Penindakan berkualitas seperti apa yang Anda ingin wujudkan?
Saya ingin kalau menindak seseorang itu sampai terjun ke dalam, sampai networking-nya kelihatan, sampai kita bisa memperbaiki sistem dan tata kelolanya. Contohnya, kita menangkap kasus sapi, Pak Luthfi (mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah dkk). Tapi sekarang kan tidak ada perubahan sama sekali. Kartel tetap berjalan. Iya kan? Ibu-ibu beli daging masih Rp90.000, Rp100.000.
Di Singapura dan di Sidney lebih murah. Itu kan tidak (ada perubahan). Kalau bagi saya, ini jadi pintu masuk, kita benahi. Masuk ke dalam, kita benahi. Pencegahan pun begitu. Pencegahan kalau bisa yang membantu menyelesaikan masalah-masalah bangsa. Intinya, mari kita bersama-sama melawan korupsi.
Tidak bisa korupsi itu Anda serahkan kepada KPK. Penegak hukum lain harus diberdayakan, harus di-encourage , nilainya supaya tingkah lakunya sama dengan KPK. Harapan kami, polisi yang ke sini pulangnya (ke kepolisian) membawa value-nya KPK. Di samping itu, saya sampaikan berkali-kali, bagaimana pencegahan itu bisa menggerakkan masyarakat, bisa ikut berpartisipasi menegakkan integritas.
Contohnya integritas di sistem sekolah. Saya (berencana) memasang satu aplikasi sederhana di sekolah. Hal yang sudah ada kita gunakan, kemudian kita sempurnakan. Ada aplikasi check my school . Di situ Anda sebagai orangtua murid bisa melihat sekolah anak-anak Anda, baik profilnya, anggaran sekolahnya, (dan) penggunaan anggaran itu.
Hari ini, kalau anda menyekolahkan anak, kadang- kadang gurunya jual buku, itu anda anggap wajar saja. Itu tidak boleh lho sebetulnya. Kemudian gurunya piknik ke mana-mana gratis. Wajar? Tidak. Sebetulnya itu tidak boleh. Itu (aplikasi check my school) kan bisa kita pakai juga di puskesmas-puskesmas di rumah sakit.
Jadi, saya ingin layanan-layanan ini bisa dipakai dan orang bisa berpartisipasi dengan ikut mengontrol. Bisa kita terapkan juga dilayanan satu atap terpadu di satu kabupaten. Hal yang lebih besar lagi transparansi seperti itu bisa dipergunakan di pemberian izin yang besar-besar. Contohnya, batubara, pertambangan, bahkan Freeport. Jadi, saya ingin pencegahan arahnya itu.
Selain itu, apalagi yang akan Anda lakukan?
Saya ingin fokus juga membenahi bidang strategis. Itu sebetulnya bisa membantu menyelesaikan permasalahan bangsa, masalah SDA (Sumber Daya Alam), masalah pangan, masalah infrastruktur. Seperti tadi kami panggil Bulog dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Hal yang kita dengarkan di pasar-pasar itu selalu terjadi kalau bidang tertentu atau pangan, misalnya beras, dikuasai tujuh mafia, gula dikuasai ini, bawang putih dikuasai yang ini. Kalau kita mau secara bersama-sama mengubah itu, mestinya sudah dapat kita hilangkan. Tentu dengan lebih mengedepankan (pencegahan). Sebetulnya yang punya pilihan dan leluasa kan sebagian besar rakyat.
(kur)