TNI AL Halau Kapal Selam Amerika Masuk Perairan Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama M Zainudin menepis anggapan bahwa pesawat udara TNI AL melakukan pengawalan terhadap kapal selam Amerika Serikat di Selat Malaka.
"Pemberitaan pesawat udara TNI AL mengawal kapal selam Amerika di Selat Malaka merupakan info yang tidak benar, seluruh pengguna laut termasuk kapal selam memiliki hak yang sama untuk menggunakan hak lintas transit. Kapal selam Amerika tidak akan melaksanakan operasi di perairan dangkal seperti Selat Malaka. Hanya lintas transit saja tidak menyelam," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (4/2/2016).
Untuk itu, helikopter hanya membayang-bayangi atau shadowing saja untuk menyakinkan kapal asing tidak melanggar batas perairan. "Jadi tidak ada masalah, kita hanya membayangi-bayangi jangan sampai melanggar lintas transit. Soal di jamming kami tidak tahu, belum ada laporan. Tapi memang setiap kapal perang memiliki electronic counter measures, untuk mengukur kemampuan lawan berapa," jelasnya.
Menurut Zainudin, saat ini beberapa negara seperti, Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura tengah melakukan patroli bersama udara maritim selama dua hari mulai 3-4 Februari di Selat Malaka dan Selat Singapura. Operasi patroli udara maritim bersama Eye in the Sky (EiS) ini di bawah komando operasi Pangkoopsau I dan kendali operasi Danguspurlabar, menggunakan Pesud Casa U-621.
Latihan bersama EiS ini, kata Zainudin, dilakukan setiap tiga bulan atau empat kali dalam setahun. Namun, dari empat negara yang ikut dalam latihan ini, hanya Thailand yang belum menurunkan kapal perangnya. "Thailand saja yang belum turun ke laut," katanya.
Seperti diketahui, ‪sebuah kapal selam Amerika Serikat, USS Tucson SSN 770 terekam radar mendekati perairan Nongsa pada Kamis 28 Januari 2016 lalu. TNI AL kemudian memerintahkan Helikopter BO 105 nomor lambung NV-408 milik Wing Udara 2 Pusat Penerbangan TNI AL yang bermarkas di Tanjungpinang untuk mencari dan membayangi kapal selam itu.
Tim reaksi cepat Western Fleet Quick Response (WFQR) TNI AL mendapatkan perintah untuk mencari keberadaan kapal selam USS Tucson SSN 770 dan membayanginya agar tidak memasuki perairan Indonesia.
Helikopter jenis bolkow yang dipiloti Kapten Laut (P) S Hayat dan Lettu Laut (P) Asgar Serli segera terbang menuju wilayah perairan Nongsa, Batam. Lokasi tersebut merupakan titik mula kapal selam tertangkap radar.
Pencarian membuahkan hasil dan secara visual dapat terlihat USS Tucson berada di perairan internasional, namun berdekatan dengan perairan Indonesia.
Perintah pencarian dilanjutkan dengan misi membayangi atau shadowing hingga armada asing tersebut mengarah ke perairan Matak dan mendekati perairan Singapura. Setelah hampir dua jam membayangi kapal selam itupun menjauhi perairan Indonesia.
PILIHAN:
Banyu Biru Resmi Mundur dari Keanggotaan BIN
Presiden Jokowi Ingin Move On dari Kasus AS, BW dan Novel
"Pemberitaan pesawat udara TNI AL mengawal kapal selam Amerika di Selat Malaka merupakan info yang tidak benar, seluruh pengguna laut termasuk kapal selam memiliki hak yang sama untuk menggunakan hak lintas transit. Kapal selam Amerika tidak akan melaksanakan operasi di perairan dangkal seperti Selat Malaka. Hanya lintas transit saja tidak menyelam," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (4/2/2016).
Untuk itu, helikopter hanya membayang-bayangi atau shadowing saja untuk menyakinkan kapal asing tidak melanggar batas perairan. "Jadi tidak ada masalah, kita hanya membayangi-bayangi jangan sampai melanggar lintas transit. Soal di jamming kami tidak tahu, belum ada laporan. Tapi memang setiap kapal perang memiliki electronic counter measures, untuk mengukur kemampuan lawan berapa," jelasnya.
Menurut Zainudin, saat ini beberapa negara seperti, Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura tengah melakukan patroli bersama udara maritim selama dua hari mulai 3-4 Februari di Selat Malaka dan Selat Singapura. Operasi patroli udara maritim bersama Eye in the Sky (EiS) ini di bawah komando operasi Pangkoopsau I dan kendali operasi Danguspurlabar, menggunakan Pesud Casa U-621.
Latihan bersama EiS ini, kata Zainudin, dilakukan setiap tiga bulan atau empat kali dalam setahun. Namun, dari empat negara yang ikut dalam latihan ini, hanya Thailand yang belum menurunkan kapal perangnya. "Thailand saja yang belum turun ke laut," katanya.
Seperti diketahui, ‪sebuah kapal selam Amerika Serikat, USS Tucson SSN 770 terekam radar mendekati perairan Nongsa pada Kamis 28 Januari 2016 lalu. TNI AL kemudian memerintahkan Helikopter BO 105 nomor lambung NV-408 milik Wing Udara 2 Pusat Penerbangan TNI AL yang bermarkas di Tanjungpinang untuk mencari dan membayangi kapal selam itu.
Tim reaksi cepat Western Fleet Quick Response (WFQR) TNI AL mendapatkan perintah untuk mencari keberadaan kapal selam USS Tucson SSN 770 dan membayanginya agar tidak memasuki perairan Indonesia.
Helikopter jenis bolkow yang dipiloti Kapten Laut (P) S Hayat dan Lettu Laut (P) Asgar Serli segera terbang menuju wilayah perairan Nongsa, Batam. Lokasi tersebut merupakan titik mula kapal selam tertangkap radar.
Pencarian membuahkan hasil dan secara visual dapat terlihat USS Tucson berada di perairan internasional, namun berdekatan dengan perairan Indonesia.
Perintah pencarian dilanjutkan dengan misi membayangi atau shadowing hingga armada asing tersebut mengarah ke perairan Matak dan mendekati perairan Singapura. Setelah hampir dua jam membayangi kapal selam itupun menjauhi perairan Indonesia.
PILIHAN:
Banyu Biru Resmi Mundur dari Keanggotaan BIN
Presiden Jokowi Ingin Move On dari Kasus AS, BW dan Novel
(kri)