Bulan Madu yang Singkat

Rabu, 21 Oktober 2015 - 11:58 WIB
Bulan Madu yang Singkat
Bulan Madu yang Singkat
A A A
Kemarin tepat setahun pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan JusufKalla(JK) menakhodaiIndonesia. Harapanmasyarakat begitu besar terhadap kedua pemimpin untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.Pasangan Jokowi-JK begitu bersemangat untuk segera merealisasi janji-janji yang ditebar selama masa kampanye pemilihan presiden sesaat setelah dilantik sebagai presiden dan wakil presiden. Presiden Jokowi mengusung konsep Nawacita dengan slogan ”Kerja, Kerja, Kerja” dan nama kabinet pun tak jauh dari slogan itu, yakni Kabinet Kerja.Lalu apa yang terjadi setelah setahun berjalan? Slogan kerja tiga bulan awal tecermin dari aktivitas para pembantu Presiden yang begitu penuh dinamika turun lapangan dan satu sama lain terlihat kompak dengan seragam kebesaran kemeja putih lengan panjang yang digulung. Namun dalam perjalanan setelah tiga bulan, ibarat pengantin baru, masa bulan madu begitu cepat berlalu.Para pembantu Presiden mulai kelihatanwarnaaslinya. Beberapa pernyataan dimedia massa sering kali mulai berbeda satu sama lain untuk sebuah program yang sama. Slogan ”Kerja, Kerja, Kerja” telah tereduksi secara pelan-pelan tapi pasti. Pihak Istana pun sadar akan kondisi tersebut.Untuk menunjukkan kepada publik bahwa pemerintahan tetap bekerja dengan berbagai upaya keras untuk mewujudkan harapan masyarakat, pemerintah mendorong dilakukan proses groundbreaking untuk sejumlah proyek infrastruktur. Presiden pun dengan penuh kesibukan melakukan groundbreaking dari satu proyek ke proyek lain.Tapi setelah itu kabar kelanjutan groundbreaking pun sepi dan masyarakat kini tak pernah mendengar groudbreaking proyek lagi. Seiring dengan itu semangat kerja pembantu Presiden pun terlihat mengendur, slogan kerja hanya tersisa pada sejumlah menteri yang memang sudah dikenal baik oleh publik bahwa jauh sebelum bergabung dengan Kabinet Kerja memang seorang pekerja keras yang punya visi ke depan.Celakanya, tuntutan kerja yang semakin besar di tengah pelemahan perekonomian nasional. Malah yang mengemuka adalah kegaduhan demi kegaduhan yang tidak perlu. Suguhan pertentangan di antara anggota kabinet sepertinya telah menutupi slogan pemerintah yang bekerja untuk masyarakat.Sumber kagaduhan tidak hanya berasal dari dalam tubuh kabinet kerja, tetapi jugadari partaipendukungpemerintah. Celakanya, seringkaliprogram yang dicanangkan pemerintah malah kandas di tangan partai pengusung pemerintah. Karena itu, tidak heran kalau sejumlah kalangan meminta Presiden Jokowi berani menolak intervensi dan punya inisiatif menyelesaikan kegaduhan di antara para pembantunya.Permintaan penolakan intervensi oleh pihak lain terhadap Presiden diawali oleh sebuah survei yang menyatakan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun karena tiga sebab. Pertama, harga kebutuhan pokok yang terus naik. Kedua , pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Ketiga , penanganan kebakaran hutan yang melanda Sumatera dan Kalimantan lamban.Selama ini, pemerintah dinilai tidak bisa membuat kebijakan yang tepat karena terlalu banyak intervensi pihak lain sehingga Presiden diminta tampil sebagai pemimpin sesungguhnya yang tidak bisa diintervensi pihak lain. Mempertanyakan kevalidan survei tersebut sah saja. Namun fakta lapangan tak bisa dibantah.Setidaknya mengacu pada angka pertumbuhan ekonomi dari kuartal ke kuartal. Pada kuartal pertama ekonomi hanya tumbuh 4,7% jauh di bawah target. Kuartal kedua malah pertumbuhannya lebih rendah, hanya sekitar 4,6%. Dan kuartal ketiga, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi naik menjadi 4,8% seiring dengan menurunnya angka inflasi beberapa bulan terakhir ini.Memang harus diakui bahwa melemahnya perekonomian nasional sepanjang setahun pemerintahan Presiden Jokowi tidak terlepas dari krisis global. Nilai tukar rupiah yang hancur tak bisa dikendalikan. Pemerintah tidak tinggal diam dalam waktu dua bulan terakhir. Sudah empat paket khusus yang dikeluarkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.Setelah peluncuran paket tersebut rupiah pun berotot, tetapi harus dicatat bahwa paket-paket tersebut sebagian besar masih diatas kertas, jadi baru berpengaruh secara psikologisyang membuat pihak luar melihat pemerintah punya upaya keras mengatasi krisis. Karena itu, empat paket kebijaksanaan ekonomi itu harus terimplementasi dengan baik kalau pasangan Jokowi-JK tidak ingin rapornya merah pada tahun kedua masa pemerintahannya.
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0853 seconds (0.1#10.140)